Malang Menyiapkan Banyak Jebakan bagi Mahasiswa Baru yang Nggak Siap dan Tidak Kuat Iman

Malang Itu Berbahaya, Menjebak Maba yang Nggak Siap (Unsplash)

Malang Itu Berbahaya, Menjebak Maba yang Nggak Siap (Unsplash)

Malang itu memang selalu membuat rindu. Ketika pulang kampung untuk liburan, entah kenapa saya selalu ingin segera kembali. Rasanya sangat rindu. Namun, di balik segala keindahannya, kota ini menyimpan jebakan berbahaya, khususnya untuk mahasiswa baru.

Saya menemui jebakan itu setelah menjalani perkuliahan selama 2 semester. Pokoknya Malang itu bisa ngeri kalau kita nggak bisa mengontrol diri.

Nah, berhubung ada banyak calon mahasiswa baru yang akan segera menimba ilmu di Malang, saya akan kasih beberapa hal yang harus dipersiapkan.

#1 Siapkan uang pecahan dua ribu sebanyak mungkin

Iya, “yang banyak”. Kota Malang ini kota parkir. Di setiap jalan dan sudutnya, pasti ada tukang parkir liar yang menunggu uang 2 ribu rupiah dari kita sebagai pengendara motor. Memang, fenomena tukang parkir liar yang sudah tersebar di segala penjuru Indonesia ini sudah umum. Tapi tetep aja, parkir ini bisa menguras dana banget.

“Halah, 2 ribu nggak bikin kamu miskin.” Ya memang tidak, kalau terakumulasi bisa banyak banget itu. Bayangin, deh. Kamu makan 3 kali di warung, nugas di luar kos, lalu harus belanja kebutuhan, sampai ngopi sama teman. Semua tempat itu ada tukang parkirnya. Total-total sehari aja bisa habis 10 ribu rupiah, sebulan 300 ribu rupiah hanya untuk parkir.

Baca halaman selanjutnya: Pokoknya harus kuat iman.

#2 Kuatkan iman ketika kuliah di Malang

Saya yakin ini yang ditakutkan oleh para orang tua dari mahasiswa yang belajar di Malang. Nggak bisa dimungkiri, Malang ini kota yang sangat bebas. 

Banyak teman saya yang sebelumnya terkenal akan keagamaannya yang kuat, sekarang mulai terombang-ambing karena mengikuti “ajakan sesat” dari teman-temannya. Ngeri.

Calon maba harus selalu mengingat hal ini. Pokoknya harus kuat iman. Teguhkan hati supaya tidak terseret oleh banyak “kesenangan” di Malang dan sekitarnya. Nggak heran sih kalau banyak yang betah di sini, karena mungkin di kota asalnya tidak selengkap kota ini dalam menyediakan kesenangan.

#3 Manajemen uang yang baik

Di samping banyaknya “kesenangan” dalam konotasi buruk, sebenarnya jauh lebih banyak hal di Malang yang bisa bikin kita bahagia. Mulai dari makanannya yang beragam, banyak kafe unik, sampai banyak tempat wisata dengan harga tiket masuk yang masih affordable. Tapi ini juga bisa jadi jebakan untuk kita sebagai anak rantau.

Jebakannya adalah terhipnotis. Yap, dengan banyaknya makanan dan jajanan yang murah, bisa bikin kita terhipnotis untuk membeli dan membeli lagi sampai uang kita habis. 

Saya sendiri sudah terhipnotis sejak bulan ketiga. Awalnya saya masih memiliki sisa uang di setiap akhir bulan, eh lha kok setelah lebih mengenal Malang jadi nggak punya tabungan. Setelah saya rekap pengeluaran uang saya, ternyata pengeluaran yang paling banyak itu untuk makan, jajan, dan nongkrong di kafe.

Ya begitulah, untuk survive di Malang memang harus punya kontrol diri dan taktik yang baik. Ini penting.

Kalau nggak mau duit kita habis untuk parkir, cari tempat makan yang nggak ada tukang parkirnya. Kalau nggak mau masuk ke dalam pergaulan bebas, ya jangan selalu manut apa kata teman. Dan kalau mau survive sampai akhir bulan serta memiliki tabungan, ya harus punya manajemen uang yang baik.

Penulis: Utsman Al ‘Ammar

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Kota Malang Itu Bukan Kota Slow Living, tapi Slow Motion

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version