Mumpung malam 1 suro, izinkan saya bercerita tentang pesona Suzzanna.
Belum lama ini, saya bersama teman-teman di Rumah Kretek Indonesia nonton bareng film horor. Film yang kami pilih secara acak dari layanan streaming, yang tentu saja legal, adalah Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur. Luna Maya yang jadi pemain utama.
Film ini, kata Sunil Soraya yang jadi produser, film ini bukan remake dari Sundel yang diperankan oleh Ratu Horor Indonesia, Suzzanna. Ini benar-benar film baru. Yah, begitulah katanya. Saya, yang suka sama film horor, cuma bisa mengiyakan dan menikmati saja.
Nah, malam itu, horor yang kami rasakan sudah tidak seperti rasa ngeri ketika menonton Sundel Bolong di mana Bunda Suzzanna jadi pemeran utama. Bukan, bukan karena Luna Maya “gagal” memerankan Suzzanna. Namun, yah, sudah paham alur dan bagaimana ceritanya. Namun, bukan berarti kami tidak menikmatinya.
Pertama, yang pasti, kami jadi bernostalgia ketika televisi zaman dulu, sangat sering memutar film-film horor yang diperankan Bunda Suzzanna. Bahkan diputarnya di siang hari, selang-seling dengan film silat yang diperankan antara Barry Prima atau Advent Bangun sebagai jagoan utama.
Nah, momen yang paling saya ingat adalah momen malam 1 suro. Film horor yang tayang di hari itu bisa sampai 2 kali. Dan, buat saya, tentu jadi hari yang menyenangkan. Stasiun televisi menggunakan momen malam 1 suro untuk menayangkan film-film horor yang belum pernah saya tonton.
Momen malam 1 suro juga jadi momen silaturahmi di kampung. Biasanya, ada acara nonton bareng di rumah Pak RT. Bukan film horor yang dibintangi Bunda Suzzanna, tapi biasanya tayangan wayang kulit atau wayang orang, di mana bagian perang yang paling saya sukai.
Oleh sebab itu, kalau buat banyak orang malam 1 suro itu menyeramkan, lain buat saya. Buat saya, malam 1 suro jadi semacam momen untuk merayakan film-film horor yang saya sukai. Apalagi, kini, saya dikelilingi teman-teman yang sebetulnya “kicis nyali”, tapi suka sekali nobar horor. Lagaknya nonton The Medium. Habis nonton nggak bisa tidur sampai subuh.
Nah, perayaan malam 1 suro, selain menyambut film-film horor yang seru, juga menjadi semacam pengingat buat saya akan sosok Bunda Suzzanna. Sosok yang sampai sekarang, mungkin sampai lama nanti, tidak akan bisa tergantikan kalau kita lagi ngobrolin film horor. Beliau ratunya dan tidak akan tergantikan.
Luna Maya sendiri ketika memerankan Suzzanna di Bernapas Dalam Kubur tidak bisa dibilang buruk atau gagal. Buat saya, Luna berhasil, kok. Apalagi ketika kita mencermati sorot matanya itu. Sungguh, bikin dada ini bergetar, campuran takut terintimidasi dan kagum.
Bagi saya pribadi, Suzzanna bukan sebatas seniman peran spesialis film horor. Bagi saya, beliau adalah pembawa pesan terbaik untuk masyarakat. Di film Telaga Angker, misalnya, yang saya tonton pas banget di malam 1 suro.
Film ini berkisah tentang sundel bolong Anita. Diceritakan bahwa Anita (Suzzanna) yang tengah mengandung menjadi korban keganasan penjahat. Dia, bersama Lenny (Nina Anwar), adik suaminya, dibunuh dan mobilnya ditenggelamkan ke telaga. Nontonnya pas malam 1 suro. Sangat mencekam.
Celakanya, ketika kejadian menegangkan itu berlangsung, Robby (George Rudy), suaminya, tengah menjemput anaknya, Sandy (Sandy Taroreh). Langkah pencarian bersama satuan polisi dikerahkan tetapi nihil. Sementara itu, ada penelepon gelap mengaku bahwa kelompoknya telah membunuh Anita dan Lenny.
Suatu malam, keluarga Robby amat gembira, Anita telah kembali ke kamarnya bagaikan mimpi. Keesokan harinya, Anita menghilang. Aneh betul.
Paman Wijaya (Didin Syamsuddin), kakak kandung Anita, datang untuk menghibur Sandy. Kesedihan menjadi bertambah ketika Robby yang berusaha mencari sendiri pembunuh Anita, malah jadi korban selanjutnya. Setelah itu, arwah gentayangan Anita meneror dan membunuh para pelaku kejahatan.
Naluri keibuan Anita menghendaki Sandy agar ikut serta ke tempatnya. Paman Wijaya yang saleh dan taat beragama, berhasil menenteramkan arwah Anita. Jasadnya diangkat dari telaga, lalu disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ada satu adegan dahsyat di film Telaga Angker, yaitu ketika sundel bolong Anita sudah siap menghabisi salah satu penjahat. Anita tahu bahwa si penjahat ini juga merusak masyarakat dengan bisnis narkoba.
Sundel bolong Anita bilang gini:
“Dasar pengedar narkotik keparat, kalianlah yang telah membunuhku. Ternyata kalian juga pembunuh masyarakat, perusak generasi muda. Kalian harus aku musnahkan!” Sudah saatnya Polri mengangkat sundel bolong Anita sebagai Duta Anti-Narkoba.
Keren betul. Bayangin nonton Telaga Angker ketika masih bocah di malam 1 suro. Keren, campur seram.
Jadi, bisa kamu bayangkan, film-film horor zaman dulu selalu punya pesan mulia untuk para penonton. Suzzanna, yang saya kagumi setiap malam 1 suro, bisa memerankan mitra BNN dengan sangat baik. Lha kualitas akting beliau malah bikin penonton lebih mudah menangkap pesan moral ketimbang imbauan berupa poster atau baliho di jalan raya.
Nah, akhir kata, di malam 1 suro ini, mari kita bersama-sama menengok kembali film lawas Suzzanna. Mari temukan kembali pesan-pesan mulia yang tak lekang oleh waktu.
Penulis: Moddie Alvianto W.
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 5 Drama Korea 21+ yang Boleh Ditonton kalau Mentalmu Kuat.