Nggak semua makanan khas Jogja bisa disantap sesuka hati. Ada beberapa makanan yang sebaiknya dihindari, apalagi jika kamu punya riwayat penyakit tertentu.
Jogja menjadi destinasi wisata yang kerap muncul di linimasa media sosial saya. Mungkin algoritma internet tahu betul posisi saya sedang berada di Jogja dan kurang liburan. Algoritma internet seakan menjadi dukun yang paling pintar dalam memberikan rekomendasi destinasi wisata yang sedang banyak dibicarakan orang-orang.
Dari berbagai postingan yang muncul di media sosial, ada sedikit hal yang mengganggu saya. Yakni wajah sumringah dari orang-orang yang sedang memposting kegiatan makan mereka. Saya bukan iri atau dengki, namun jiwa nakes saya tiba-tiba muncul dan ingin mengomentari orang-orang yang sedang asyik berlibur dan menikmati makanan khas jogja ini.
Berwisata kuliner di Jogja nggak salah, saya malah mendukung kegiatan ini demi kemakmuran para pedagang. Akan tetapi ada baiknya jika kita mawas diri terhadap makanan yang kita santap. Jangan sampai demi konten dan postingan di media sosial semuanya disikat. Saya mencatat setidaknya ada tiga makanan khas Jogja yang sebaiknya dihindari, apalagi jika kita punya riwayat penyakit tertentu karena dapat membahayakan kesehatan tubuh.
Daftar Isi
#1 Sate kere
Sesuai dengan namanya, masakan yang satu ini menggunakan bahan baku yang berbeda dari bahan baku sate pada umumnya. Kalau sate biasa menggunakan daging sebagai bahan utama, sate kere justru menggunakan tempe, kulit, dan bahkan lemak sapi seperti yang biasa kita jumpai di Jogja.
Iya, lemak sapi lho ya, bukan daging sapi. Maka wajar jika banyak orang yang mencari sate kere hingga ke Jogja karena aroma gurih lemak yang dibakar di atas arang memang cukup memikat. Saya sendiri juga mengakui sate kere ini nikmatnya bukan main. Satu tusuk sate kere seakan-akan merepresentasikan cita rasa dari sapi seutuhnya.
Akan tetapi di balik kenikmatannya, makanan khas Jogja ini justru menyimpan bahaya. Sebab, makanan ini bisa meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh. Saya salah satu korbannya. Lantaran harga sate kere dibanderol sangat murah, saya pun membeli sebanyak-banyaknya. Alhasil leher saya langsung tegang. Kepala saya pusing dan pandangan jadi sedikit kabur entah ke mana.
Ya, kolesterol yang meningkat ini dapat membahayakan diri. Meningkatnya kadar kolesterol dalam tubuh dan aliran darah berpotensi memunculkan plak-plak yang mampu menyumbat aliran darah di pembuluh darah arteri jantung.
Jadi, kalau kalian ke Jogja dan ingin menyantap sate kere, saran saya cicipi sedikit saja. Jangan makan terlalu banyak mentang-mentang harganya murah. Kesehatanmu itu lho juga penting.
#2 Oseng Mercon
Makanan khas Jogja yang kedua ini cukup populer di awal kemunculannya. Bahkan sampai sekarang, masih banyak wisatawan luar kota yang mengincar makanan satu ini. Testimoni orang-orang soal oseng mercon cukup positif, apalagi banyak orang Indonesia yang gemar makanan pedas.
Saat pertama kali mencicipi oseng mercon, saya merasa kapok. Rasa pedas yang ditawarkan soalnya berbeda untuk lidah Sumatra saya. Pedas pada oseng mercon ini terasa dari awal hingga akhir dan membuat rasa lainnya jadi ketutupan.
Oseng mercon bisa berbahaya bagi orang-orang yang memiliki asam lambung berlebih, atau bagi mereka yang lambungnya sensitif. Cabai yang digunakan dalam kuliner satu ini sangat banyak. Padahal kandungan dalam cabai yang bernama capsaicin dapat membahayakan para penderita asam lambung.
Capsaicin mampu mengiritasi saluran cerna dari kerongkongan hingga lambung, yang bisa mengakibatkan refluks asam lambung. Mengambil dari jurnal penelitian yang berjudul Capsaicin Induction of Esophageal Symptoms in Different Phenotypes of Gastroesophageal Reflux Disease ditemukan bahwa kandungan capsaicin mampu menyebabkan gejala esofagus dan lambung. Selain itu, makanan pedas memiliki sifat asam yang berpotensi mengiritasi lapisan lambung.
Jadi, buat kalian yang punya riwayat penyakit lambung, sebaiknya pikir ulang jika ingin makan oseng mercon. Jangan sampai rasa penasaran kalian berakibat fatal pada kesehatan tubuh.
#3 Gudeg
Sejujurnya saya agak takut membahas makanan paling khas dari Jogja ini. Akan tetapi saya memberanikan diri demi kebaikan bersama. Berdasarkan pengalaman saya, gudeg memang sangat nikmat untuk dinikmati. Apalagi sebagai perantau, saya nggak bisa pilih-pilih makanan seenaknya, dan kebetulan juga menu gudeg selalu jadi pilihan utama dalam berbagai kegiatan di Kota Pelajar.
Tiap kali makan gudeg, saya merasakan rasa manis dari makanan ini lama hilangnya. Kandungan gula pada gudeg nggak bisa diremehkan. Pantas saja jika makanan khas Jogja satu ini kerap dijadikan menu sarapan. Kandungan gula pada gudeg nyatanya mampu memberikan dorongan energi yang berlebih.
Hal inilah yang saya khawatirkan. Menurut sebuah buku karya Lily Arsanti yang berjudul Kandungan Zat Gizi Makanan Khas Yogyakarta terbitan UGM Press tahun 2014, tertulis bahwa dalam satu porsi gudeg lengkap dengan nasinya mampu memberikan asupan kalori dan karbohidrat yang cukup tinggi untuk tubuh setelah dikonsumsi.
Kalau sudah begini tentu yang terjadi adalah lonjakan gula darah yang tinggi. Untuk sebagian orang, lonjakan gula darah tinggi bisa menyebabkan beberapa gejala. Umumnya gejala ini bisa terjadi satu hingga dua jam setelah makan. Melansir dari Medline Plus gejala lonjakan gula darah bervariasi tiap orang, misalnya penglihatan kabur, mulut kering, kelelahan, sakit kepala, meningkatnya rasa haus, dan sering buang air kecil. Berdasarkan pengalaman saya, lonjakan gula darah ini mengakibatkan pusing yang cukup melelahkan.
Mencicipi ketiga makanan khas Jogja di atas boleh saja, tapi harus jaga kesehatan juga
Coba bayangkan jika wisatawan yang berumur di atas 30 tahun seperti saya menyantap ketiga makanan khas Jogja di atas dalam satu hari. Gimana dampaknya pada tubuh mereka coba?
Memang selain karena kotanya istimewa, Jogja juga menawarkan makanan yang istimewa. Dan sekali lagi, tulisan ini bukan untuk menakut-nakuti wisatawan yang hendak datang ke Jogja. Saya hanya mengingatkan agar sebaiknya kita memberikan batasan dan rem untuk mengontrol apa yang masuk ke dalam tubuh.
Jangan sampai karena ingin terlihat sedang asyik liburan dan wisata kulineran kita jadi menyepelekan apa yang kita makan. Demi konten media sosial kita sampai mengorbankan kesehatan? Itu sama sekali nggak keren, sobat.
Penulis: Nabial Chiekal Gibran
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Jajanan Pasar Khas Jogja yang Mulai Langka dan Wajib Dicoba Sekali Seumur Hidup.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.