Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

Orang yang Ikut Program Magang Jepang Duitnya Nggak Banyak, Jangan Dipalak!

Imam Kukuh Pradana oleh Imam Kukuh Pradana
5 Juni 2025
A A
Orang yang Ikut Program Magang Jepang Duitnya Nggak Banyak, Jangan Dipalak!

Orang yang Ikut Program Magang Jepang Duitnya Nggak Banyak, Jangan Dipalak! (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Orang-orang yang ikut program magang di Jepang itu kerap disangka banyak uang. Nggak heran kalau akhirnya mereka diutangin atau bahkan dimintain uang buat beli sawah di kampung halaman!

Di suatu pagi selepas kegiatan FMD (Fisik, Mental dan Disiplin) di LPK yang udah kayak latihan militer dan bikin napas megap-megap, sensei (guru) saya pernah nyeletuk begini. “Alasan orang Jepang memilih kalian buat kerja sama mereka tuh bukan karena fisik kalian yang kayak Hulk atau pinter kayak Einstein! Bukan itu! Tapi karena kalian murah dan atas izin Allah!”

Dari kata-katanya tersebut terungkaplah beberapa misteri dalam dunia perekrutan calon pemagang Jepang yang selama ini bikin saya penasaran. Kualitas bahasa Jepang dan kognitif peserta magang memang perlu, tetapi bukan faktor penentu kelulusan wawancara dengan orang Jepang—shachou (pemilik perusahaan). Subjektifitas perekrut dan takdir Tuhan lebih menentukan ketimbang apa pun.

Saat proses perekrutan magang Jepang, orang-orang yang punya potensi sering kali kalah sama orang dalam dan mereka yang punya daya tarik untuk bikin hati perekrut terenyuh. Kemampuan bahasa Jepangnya ya paling baru sampai bisa Hiragana dan cuma bisa jawab, “Hai!” dengan lantang. Skill lainnya paling sebatas senyuman penuh harap dan belas kasihan biar uang transport mereka buat perjalanan antarkota nggak sia-sia.

Sekilas tentang magang Jepang (ginou jisshusei)

Biasanya orang-orang yang ikut program magang Jepang adalah mereka yang baru lulus SMA, mantan buruh pabrik Cikarang yang ingin mencari peruntungan di negeri orang, anak kuliahan yang masih mencari jati diri, hingga ayah yang uangnya nggak cukup buat beli susu anak sehari-hari. Orang-orang ini adalah para pejuang. Mereka bertarung dan berusaha mati-matian jauh dari kampung halaman buat diri sendiri dan orang-orang tersayang.

Sebelum melanjutkan ke inti pembahasan, sebaiknya jamaah Mojok mengetahui dulu program magang Jepang yang saya maksud. Jadi magang di Jepang yang saya maksud ini adalah ginou jisshusei atau program yang difasilitasi pemerintah Jepang guna memberi kesempatan bagi orang asing untuk mempelajari keterampilan pada bidang jasa atau manufaktur di negara mereka. Itu adalah narasi yang beredar luas. Tetapi kalau menurut saya sih program ini nggak jauh beda dari sekadar bekerja.

Belajarnya? Ya ada. Tapi  lebih banyak belajar buat sabar, melatih mental, dan soft skill buat menghadapi kehidupan yang absurd.

Orang-orang yang kerja di luar negeri butuh uang

Bagi orang-orang yang ikut program magang Jepang, program tersebut menjadi sarana baru bagi mereka mengeksplorasi minat, mengumpulkan kapital, dan merencanakan masa depan gemilang. Kebanyakan tujuan mereka waktu diwawancara kerja hampir sama. “Nihon ni hataraite, okane wo chokin shite .…” (Kerja di Jepang, menabung, dan …). Nah, kalimat terakhir ini biasanya beda-beda tuh. Ada yang bilang mau nikah, bangun rumah, beli sawah, bikin pabrik, dll. Dengan kata lain, sebenernya mereka butuh duit.

Baca Juga:

Demi Pacar, Saya Rela Menyukai Minuman Matcha yang Selama Ini Dibenci karena Rasanya Mirip Rumput

Pengalamanku sebagai Warga Lokal Jepang Merasakan Langsung Sistem Siaga Bencana di Jepang: Jauh Lebih Siaga Menghadapi Bencana, Jauh ketimbang Indonesia

Akan tetapi paradigma yang beredar di masyarakat kerap kali nggak sinkron perihal orang-orang yang kerja ke luar negeri, tak terkecuali magang di Jepang ini. Masyarakat menganggap para pemagang ini hidup makmur di negeri orang, gajinya banyak, dan masa depannya terjamin. Padahal itu nggak sepenuhnya benar. Itu semua adalah variabel yang bersifat untung-untungan.

Betul kalau gaji para pemagang ini bisa buat membayar tiga atau empat buruh pabrik di Jakarta. Tapi, Bro, harga beras di Jepang tuh bisa Rp300-Rp500 ribu per 5 kilonya! Bayangin!

Rata-rata gaji magang di Jepang itu antara 100 ribu hingga 180 ribu yen tanpa lembur. Kalau dirupiahin sekitar Rp10 juta sampai Rp18 juta. Tetapi gajinya bisa lebih dari itu juga.

Dari gaji tersebut, harus dipotong untuk biaya sewa apato (tempat tinggal), listrik, gas, internet, air, buat healing, buat kebutuhan keluarga, tabungan, dan mungkin ada juga yang dimasukkan ke instrumen investasi. Tak jarang dari pembagian-pembagian tersebut, yang tersisa cuma tinggal duit buat makan sebulan dan buat beli onigiri atau famichiki kalau pengin jajan di konbini (minimarket).

Dipalak orang terdekat

Soal duit yang sudah ketat dibagi-bagi untuk masa depan itu, kadang ada bencana yang tiba-tiba datang. Seringnya orang-orang yang magang Jepang ini dipalak orang terdekat. Kadang, bukan dimintain untuk hal urgent kayak buat makan atau beli susu anak. Misalnya, tiba-tiba disuruh bayarin mobil atau sawah di kampung halaman. Buset, dikira kita investor apa?

Pelit atau apa pun label yang bakal melekat, nggak ngurusin, deh. Kami yang magang di Jepang ini udah capek mengurus sentimen negatif kayak gitu. Mending kami mengembangkan skill dan fokus menabung biar bisa beli sapi kurban buat Lebaran Haji.

Kalau kalian punya teman yang magang di Jepang dan update story penuh ingar bingar kemewahan, percayalah itu kedok doang biasanya. Paling habis itu setelah mereka sadar uang di dompet hanya tersisa beberapa lembar yen, mereka bakal hiatus posting-posting gituan. Lanjut lagi bulan depan kalau sudah gajian.

Sebenarnya mereka rapuh kayak kayu dimakan rayap, tapi mencoba tetap kuat dengan membagikan kebahagiaan palsu. Di antara mereka ada yang harus berhadapan dengan bos galak, senpai (senior) yang brengsek, dan teman yang suka minjem duit tiap bulan di tanggal tua.

Magang Jepang ibarat batu loncatan

Seandainya kami ditanya, “Tapi enak kan banyak duit?” Mau nggak mau saya harus jawab, enak. Tapi, kami nggak banyak duit, kok. Suer. Duitnya sudah habis dipotong dan dibagi-bagi buat biaya kebutuhan dan menghidupkan impian.

Kami bukan ATM berjalan dan mesin mekanis yang dengan senang hati melakukan kegiatan monoton ini. Apalagi buat jadi malaikat. Ada kebebasan yang terkurung dan mau segera berontak biar bebas. Kalau sudah dapat banyak modal dari sini, ada impian yang ingin kami jalankan seperti waktu disebutkan di awal wawancara kerja dulu. Kami mau bikin sesuatu yang bermakna dan menjadi manusia yang berguna buat sekitar.

Dengan kata lain, program magang Jepang itu kayak batu loncatan, dan kaki yang buat melompat adalah uangnya. Kalau uangnya nggak ada karena dipalak melulu, gimana kami mau lompat, jalan saja nggak bisa. Coba bayangkan, mau lompat tapi kakinya lagi dipinjam sama orang lain dan nggak tahu balik kapan. Kalau mengirim uang mungkin sulit, tapi kalau mengirim istighfar, kami punya banyak buat dibagikan.

Penulis: Imam Kukuh Pradana
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Sisi Gelap Magang di Jepang yang Jarang Diketahui.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 Juni 2025 oleh

Tags: jepangkerja di jepangmagang luar negeri
Imam Kukuh Pradana

Imam Kukuh Pradana

Cuma orang biasa yang kadang nulis cerpen

ArtikelTerkait

shinchan

Label Nakal Crayon Shinchan, Bukti Orangtua Asia Tak Pernah Salah

24 Juni 2019
4 Fakta tentang Ijime, Perenggut Kebahagiaan Anak-anak di Jepang

4 Fakta tentang Ijime, Perenggut Kebahagiaan Anak-anak di Jepang

21 Maret 2022
Seni Memulung Sampah di Jepang terminal mojok

Seni Memulung Sampah di Jepang

17 Desember 2021
10 Tradisi Pernikahan Indonesia yang Bikin Heran Orang Jepang Terminal Mojok

10 Tradisi Pernikahan Indonesia yang Bikin Heran Orang Jepang

13 Desember 2022
8 Fakta Menarik tentang Sumo, Olahraga Tradisional Jepang yang Masih Lestari Hingga Kini Terminal Mojok

8 Fakta Menarik tentang Sumo, Olahraga Tradisional Jepang yang Masih Lestari Hingga Kini

12 Mei 2022
Fenomena Banyak Idol K-Pop dari Jepang, Orang Korea Sebenarnya Benci atau Sayang_ terminal mojok

Fenomena Banyak Idol K-Pop dari Jepang, Orang Korea Sebenarnya Benci atau Sayang?

29 April 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.