Tiada yang paling menguras otak dan tenaga selain perang sarung. Semua lelaki di negara ini pasti pernah merasakan perang hidup dan mati mempertaruhkan harga diri yang satu ini. Harkat dan martabat adalah taruhannya karena taruhan duit itu sama dengan judi dan judi diharamkan oleh negara. Maka dicoretlah taruhan uang sebagai hadiah dari memenangkan perang sarung. Yang terpenting ada rasa bangga karena berhasil membuat kawan kita sendiri pulang ke rumah sambil kliyengan dan paling banter sambil nangis.
Konsep perangnya sederhana. Hukum rimba. Puter-puter sarung sampai kecil dan keras, genggam erat-erat di tangan jangan sampai lepas, lantas sabetkan ke musuh-musuh yang ada. Nggak ada kawan, semuanya adalah lawan. Menghajar mereka semua sampai tumbang adalah perbuatan menyenangkan dan serasa berada di sebuah scene film The Lord of The Rings saat perang di Mordor. Sebuah laga epik di kala bulan puasa berlangsung.
Momen memalukan adalah saat lawan berhasil menghempas sarung kita dari tangan dan membuat sarung jatuh terkulai di halaman depan mesjid, sehingga kita dengan gampang digampar bolak-balik pakai sarung musuh kita. Sungguh memalukan, seolah seorang samurai yang kehilangan pedangnya. Jatuh dan terkoyak di tanah dan menerima serangan bertubi-tubi.
Tetapi tunggu dulu, meski kelihatannya mudah dan bar-bar, tetapi diperlukan strategi matang untuk memenangkan event epik nan legendaris ini. Strategi ini pasti sudah kita siapkan jauh-jauh sebelum perang dimulai, bahkan sejak makan sahur! Nanti pas perang bakal pakai strategi ini, strategi itu. Terus kalau lawan pakai strategi itu, maka harus dilawan dengan strategi ini. Ya, pasti menang nanti malam sehabis Tarawih!
Nah, karena ada banyak banget strategi perang sarung, mari kita persempit strategi-strategi itu dengan membaginya berdasarkan merek sarung yang digunakan. Asli, perbedaan merek sarung akan berbanding lurus dengan perbedaan strategi yang dipilih. Atau kalau nggak kayak gitu ya terima saja konsekuensinya menjadi petarung yang kalah terus.
Berikut adalah perbedaan strategi perang sarung berdasarkan mereknya.
Wadimor: Hajar Terus!
Wardimor yang barangkali menduduki kasta terendah dalam dunia persarungan, pasti harus berjuang ekstra keras untuk menang—minimal bertahan—di kala perang. Tekstur kain yang tipis membuat serangan kurang bertenaga dan mudah ditepis lawan. Maka dari itu, untuk mengakali lemahnya tingkat serangan, memperbanyak frekuensi serangan adalah salah satu cara paling baik. Kalau nggak bisa menjatuhkan musuh dengan sekali sabet, ya wajib menyabet berkali-kali sampai si musuh terdesak ke pojokan dan nggak sempet melakukan perlawanan, barulah lakukan serangan terakhir dengan mengincar wajah. Asli, sepelan apa pun kekuatan sabetan, kalau kena sabet berkali-kali di wajah pasti bakal puyeng.
Gajah Duduk: Pengamat yang Baik
Gajah Duduk adalah sarung dengan ketebalan kain menengah ke bawah. Nggak tipis-tipis amat, tapi juga nggak tebel banget. Makanya seperti namanya yang ada kata ‘duduk’nya, pemilik sarung jenis ini haruslah menjauh sedikit dari peperangan, membiarkan kubu Wardimor saling baku hantam. Mengamati pergerakan semua lawan dan mengantisipasi serangan-serangan berbahaya mereka. Nah, saat masing-masing dari lawan itu sudah kehabisan tenaga dan banyak yang tumbang, waktunya sang gajah bangkit dan menerjang ke peperangan. Sabet sana sabet sini ke lawan yang sudah kehilangan tenaga dan gampang dijatuhkan.
Atlas: Pandai Memetakan Musuh
Tipe ini barangkali adalah musuh utama untuk tipe pemilik gajah duduk. Sembari menyabet sana menyabet sini dengan sarung berkain lumayan tebal, tipe yang ini juga mengamati lokasi-lokasi musuh, pun sudah mengantisipasi sang Gajah Duduk yang menjauh dari area perang. Frekuensi serangan ke lawan cukup sedang-sedang saja, karena kekuatan sabet kainnya lumayan kuat untuk melinglungkan yang terkena. Maka dari itu ketika sang Gajah Duduk sudah tidak duduk lagi dan bersiap masuk ke arena, dengan segenap tenaga yang tersisa karena tidak terlalu sering menyerang, tipe yang ini mampu meladeni sambaran gajah duduk yang notabennya belum kehilangan tenaga sama sekali.
Lamiri: Hajar Terus, tapi Berpotensi Menang
Yang satu ini adalah lawan berat para pengguna Wardimor karena sama-sama menggunakan strategi hajar terus dengan frekuensi serangan sangat sering. Kain yang lebih tebal sungguh memudahkan penggunanya untuk menghajar pemilik Wardimor. Sayangnya, karena kain cukup tebal dan berat, pergerakannya tidak selincah Wardimor. Jadi kalau Wardimor tengah berakrobat dan membabibuta bakal lumayan susah mengimbangi, tetapi giliran si Wardimor lengah dan kehabisan tenaga, giliran melancarkan serangan balik dan sangat berpotensi menang.
Mengatasi sang Gajah Duduk yang bangkit bukanlah perkara sulit. Karena nggak peduli mau Gajah Duduk atau gajah guling, semuanya tetap dihajar membabi buta. Jurus serangan andalannya adalah muter-muterin sarung ke segala arah biar siapa pun yang mendekat bakal terbabat habis. Wardimor nggak bisa melakukan jurus ini karena sarung terlalu ringan buat diputer-puterin. Gajah Duduk juga bakal kalah kekuatan untuk menangani sabetan puter-puter ala tebasan Kratos di game God of War ini. Atlas? Halah, selama Atlas sibuk memetakan keadaan, hajar saja dengan jurus maut ini.
Satu-satunya masalah paling besar adalah para pengguna HBS.
HBS: Sekali Pukul, Menang!
Ini adalah kaum elite. Kaum premium. Kaum santai yang nggak peduli strategi dan pemetaan lokasi. Juga nggak peduli dengan serangan membabibuta kaum Wardimor maupun Lamiri. Nggak peduli Atlas yang pandai membaca situasi, pun nggak gentar dengan Gajah Duduk yang staminanya terjaga sampai akhir peperangan. Kuncinya satu, kekuatan tebasan yang mahadahsyat. Saat semua serangan menuju kepadanya, pemilik sarung ini hanya akan bergeming dan menunggu serangan balik. Saat ada kesempatan, lakukan ancang-ancang maut dan kibaskan sarung dengan bobot paling berat di antara semua jenis sarung itu. DHUUUAAARRRRRR. Segala jenis pemakai sarung langsung terempas dan jatuh ke lapangan.
BACA JUGA Menebak Kepribadian Seseorang dari Caranya Membuka Pintu dan tulisan Riyanto lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.