Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Akbar Mawlana oleh Akbar Mawlana
18 Desember 2025
A A
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur (Huey Sza Chan via Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya tidak setuju dengan pendapat Firda Fortuna Nasich yang mengatakan kalau Mojokerto bisa menjadi opsi slow living pengganti Malang yang kian amburadul. Sebagai orang asli Lumajang yang bisa dibilang sering pergi ke Mojokerto karena punya mas ipar di sana, saya melihat Mojokerto bukan menjadi ruang nyaman untuk hidup slow living.  

Dari segi arus lalu lintas, entah kenapa Firda mengatakan, jalanan di Mojokerto lengang-lengang saja. Padahal, setiap kali nyampe di Mojokerto pas jam pulang kerja, saya sering terjebak macet di daerah Mojosari. Kemacetan di Mojosari terjadi karena jalur antarkabupaten dan banyak aktivitas perekonomian.  Macetnya pun, tidak tanggung-tanggung. Saya pernah sampai terjebak macet lebih dari 30 menit. 

Titik macet lainnya adalah jalan By Pass Mojokerto-Surabaya. Kemacetan di sana terjadi karena jembatannya kecil dan ada perlintasan kereta api. 

Selain masalah kemacetan, arus lalu lintas di Mojokerto bisa dibilang sebelas dua belas sama jalanan di Gresik, alias menegangkan. Soalnya, jalanan di Mojokerto, utamanya yang dekat wilayah industri dan perbatasan, banyak bus dan truk besar yang melintas. Jadi, bagi yang tidak terbiasa melewati jalanan penuh “kendaraan transformer”, pasti jantung bakal deg-degan. 

Lingkungan di Mojokerto menakutkan juga

Terlepas dari masalah arus lalu lintas, lingkungan di Mojokerto terbilang menakutkan juga. Dari segi kualitas udara, udara di Mojokerto buruk, jauh dari tempat asli saya, Lumajang. Ini berdasarkan indeks dari AccuWeather  yang menyebutkan, kualitas udara di Mojokerto mencapai tingkat polusi tinggi. Maklum, Mojokerto banyak pabrik-pabrik, apalagi berada di jalur lintas kota/kabupaten dan provinsi, membuatnya banyak dilalui kendaraan. 

Saya jadi teringat ketika masa kuliah, sering pergi ke Mojokerto naik sepeda motor. Selama di jalan, dada saya terasa sesak. Terus, wajah saya saat dibersihkan dengan milk cleanser, kapasnya hitam pekat. Itu menjadi indikasi bahwa jalanan di Mojokerto penuh polusi dan debu. 

Masalah lingkungan lainnya di Mojokerto, bukan cuman buruknya kualitas udara. Di Mojokerto, sering terjadi bencana longsor dan banjir. Banjir di Mojokerto, bukan banjir ecek-ecek. Salah satu contoh kasusnya, pada awal Juni 2025, ada enam desa di Mojokerto yang dilanda banjir. 

Dengan seramnya kondisi arus lalu lintas dan buruknya lingkungan di Mojokerto, hidup slow living yang seharusnya bikin hati tentram, malah jadi makan hati. Kalau gitu, apa bedanya Mojokerto sama Malang? 

Baca Juga:

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Lumajang FTW!

Dari situ saya kepikiran, sebenarnya yang punya peluang besar untuk menjadi tempat slow living di Jawa Timur adalah Lumajang. Jalanan macet bukan “sahabat karib” masyarakat sana. Meski dilalui banyak bus dan truk, jalannya lebar. Apalagi, Lumajang bukan wilayah pabrik-pabrik sehingga jarang ada truk berukuran besar. 

Terus dari aspek ekonomi, dari pengamatan saya yang sering pulang kampung, masyarakat Lumajang, tidak terburu-buru mengejar masalah materi. Pernah pas saya beli ikan, orang di pinggir saya memanggil temannya, yang dari pakaiannya terlihat mau bekerja ke sawah. Orang yang mau pergi ke sawah itu, memilih berhenti dan mereka berdua ngobrol cukup lama. 

Saya juga ingat keluarga saya yang punya bisnis, dia tidak pernah menolak jika diminta menjemput atau mengantar ke terminal. Padahal, di belakang harus ada bisnis yang harus diatur dan tak boleh ditinggalkan. Atau keluarga saya yang pedagang, kalau saya bertamu ke rumahnya, dia akan meninggalkan dagangannya.

Gaya santai pengejaran nilai ekonomi masyarakat Lumajang maklum terjadi karena biaya hidup di sana terbilang murah. Mau nongkrong di kafe dengan biaya di bawah 15 ribu, bakalan dapat. Menariknya, meski punya menu yang murah, suasana dan cita rasa menunya tetap enak. Misalnya saja, waktu saya ke cafe Magnolia. Di sana, menunya murah, tapi suasananya sejuk dan kualitas produknya top markotop. 

Mau cari nasi di bawah harga 15 ribu, bakal nemu. Rasanya? Dengan harga di bawah 15 ribu, tersaji makanan dengan bumbu yang medok dan porsi mengenyangkan. Cari makanan di bawah 10 ribu? Ada juga. Saya pernah terkaget-kaget beli nasi jagung dengan harga 7 ribu, padahal porsinya kuli dan ikannya melimpah. 

Budaya Lumajang yang gotong royong

Alasan lainnya adalah budaya masyarakat Lumajang yang mirip sama masyarakat Madura, yakni saling tolong-menolong. Orang sana kalau ada rezeki lebih akan berbagi makanan ke tetangga. Atau kalau ada tetangga yang sakit, masyarakat bakal membantu apa yang tidak bisa dipenuhi oleh keluarganya. 

Kemiripan lainnya, dari aspek memasrahkan segalanya pada Ilahi. Masyarakat Lumajang percaya bahwa selama bekerja dengan cara halal, rezeki sudah diatur sebaik mungkin oleh Tuhan. Makanya, saya jarang melihat keluarga atau tetangga saya yang bekerja sampai loyo, mereka bekerja secukupnya. 

Selain itu, hidup di Lumajang makin slow living karena nyari tempat wisata tidak sulit. Mau wisata gunung, pantai, danau, air terjun, sejarah, dan budaya, semuanya ada. Apalagi jalan menuju tempat wisata, tidak macet. Terus harga tiketnya juga murah.  

Mau wisata gratis? Juga ada. Kalian tinggal pergi menikmati sawah yang terbentang hijau. Apalagi menikmati sawahnya, pas pagi-pagi, bisa bikin suasana hati makin syahdu. Menikmati sejuknya sawah di Lumajang tidak sulit karena masih terjaga dengan baik. 

Mau mencari makna dan membahagiakan diri di Lumajang, bukan barang yang sulit dan mahal. Karena menginjakkan kaki di Lumajang, seperti berpindah dimensi. Di sana, waktu seperti berjalan dengan lamban. Di sana, kedamaian seperti teman yang akan menemani kita.

Penulis: Akbar Mawlana
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Meski Dianugerahi dengan Keindahan Alam yang Tiada Banding, Kabupaten Lumajang Belum Pantas Jadi Kota Tujuan Wisata, Banyak Begal!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 Desember 2025 oleh

Tags: LumajangMalangMojokertotempat slow living di jawa timur
Akbar Mawlana

Akbar Mawlana

Mahasiswa yang gemar gelisah dan menulis.

ArtikelTerkait

Paralayang Batu: Tempat Asyik buat Pacaran Sekaligus Nyari Pokemon

Paralayang Batu: Tempat Asyik buat Pacaran Sekaligus Nyari Pokemon

8 Februari 2022
Bakso President Malang Overrated, Banyak Bakso Lain yang Lebih Enak dan Murah Mojok.co

Bakso President Malang Overrated, Banyak Bakso Lain yang Lebih Enak dan Murah

25 April 2024
Sleeper Bus Juragan 99 Trayek Malang Jakarta, Bus "Angkuh" yang Bikin KA Eksekutif Jadi Nggak Worth It bus malang-jakarta kereta api eksekutif

Sleeper Bus Juragan 99 Trayek Malang Jakarta, Bus “Angkuh” yang Bikin KA Eksekutif Jadi Nggak Worth It

5 Juli 2024
Banyuwangi di Mata Orang Malang: Bebas Parkir Liar, Nggak Seseram yang Dibilang Orang

Banyuwangi di Mata Orang Malang: Bebas Parkir Liar, Nggak Seseram yang Dibilang Orang

2 Februari 2025
Taman Singha Merjosari Malang, Ruang Terbuka Indah yang Berakhir Jadi Tempat Mesum

Taman Singha Merjosari Malang, Ruang Terbuka Indah yang Berakhir Jadi Tempat Mesum

20 Maret 2024
Sebelum Mengkultuskan Jogja, Mampirlah dulu ke Malang

Sebelum Mengkultuskan Jogja, Mampirlah dulu ke Malang

9 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok Mojok.co

4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok

12 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.