Skill lulusan S2
Dunia kerja itu semuanya perkara skill. Entah itu skill dalam pekerjaan, dan skill dalam membangun relasi dengan kawan kerja. Apa pun itu, intinya skill. Nah, dalam esai Helena, saya tak menemukan satu pun pembahasan tentang skill. Sebagai lulusan S2 UGM, harusnya paham bahwa hal ini amat penting. Ijazah, nyatanya, tak selalu berarti punya skill.
Nafis memberi argumen kenapa ijazah tak begitu berarti di dunia kerja.
“Dunia kerja, nyatanya, tidak selalu linier dengan pendidikan. Berapa banyak kawan kita yang akhirnya punya pekerjaan yang nggak nyambung dengan kuliahnya? Banyak. Apakah mereka kesulitan? Ya nggak juga kan? Itu baru contoh kecil.”
Nyatanya, sekarang sertifikasi skill jauh lebih seksi di dunia kerja. Makanya, bootcamp itu laku. Walau bootcamp tak berarti lebih superior ketimbang kuliah (gila saja jika berpikir seperti ini), tapi ada alasan kenapa bootcamp laku keras, karena mereka jualan skill. Skill mereka nanti dibuktikan dengan sertifikat. Perusahaan lebih butuh ini.
Kalian mau mengutuk perusahaan? Go ahead, I’ll see you try.
Maka pertanyaannya jadi harusnya begini: apakah lulusan S2 punya skill yang dibutuhkan di dunia kerja?
Jangan tekan lulusan S2 UGM lagi
Helena membahas perkara ekspektasi orang terhadap lulusan S2 UGM bikin para alumni UGM tertekan. Saya agaknya setuju perkara ini, tapi agak paham juga kenapa ekspektasi ini muncul.
UGM, oleh masyarakat kebanyakan, dianggap sebagai kampus yang memberi jaminan “jadi orang”. Mau gimana lagi, memang banyak yang hidupnya sukses setelah menempuh pendidikan di UGM. Jadinya wajar kalau ada yang memberi ekspektasi unreal. Itu udah sepaket.
Jika saya dulu berhasil keterima di UGM, mungkin saya juga akan mendapat ekspektasi serupa. Wong saya kuliah cuman di UNY saja ekspektasi sudah setinggi itu, apalagi UGM.
Saya tidak membenarkan, tapi ya kalian harus pahami bagaimana akar rumput berpikir. Melihatnya dari perspektif berbeda kadang bikin kalian jadi agak lega.
Esai Helena bisa jadi starter yang bagus untuk memahami bahwa jadi lulusan S2 UGM tidak serta merta menjamin kesuksesan. Mau kalian bergelar apa pun, bahkan bergelar Pendekar Terhebat Sekte Wudang sekalipun, tak menjamin kalian punya jalan yang sebegitu mulus di dunia kerja.
Yang terjadi di realitas itu kompleks, kawan-kawan. Next time, jangan hakimi kawanmu lulusan S2 UGM yang masih jadi orang biasa saja. Kecuali jika kecanduan slot, gajulen wae.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















