Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Lucu Sekali Ketika Tak Dapat Kerja Gara-Gara Tak Cakap Membuat CV

Abul Muamar oleh Abul Muamar
4 Agustus 2019
A A
CV

CV

Share on FacebookShare on Twitter

Tak terasa, setahun sudah saya menganggur sejak diwisuda pada 19 Juli 2018. Meski menganggur bukan berarti tak ada pekerjaan, tetapi tetap saja terkadang saya malu dan sedih. Malu karena saya bukan lagi lulusan S1, tapi S2. Sedih karena umur saya semakin menua, dan banyak lowongan pekerjaan yang mempersyaratkan usia maksimal tiga tahun di bawah usia saya sekarang.

Terkadang, ketika melihat kawan-kawan lama yang kariernya makin menanjak, rasa menyesal pun menghampiri. Ya, saya dulu sudah mapan bekerja sebagai wartawan, tapi lantas memutuskan mundur demi kuliah S2. Ditambah lagi, sudah puluhan lamaran saya tebar, tapi tak satupun menuai sekadar balasan.

Hal yang dibilang kawan saya agaknya benar—hanya orang-orang pengangguran yang masih ingat tanggal wisudanya. Ini sama seperti halnya hanya orang-orang jomblo yang masih mengingat segala hal tentang mantannya. Orang yang sudah bekerja bertahun-tahun tentu juga ingat momen wisudanya, tetapi belum tentu ia ingat tanggalnya.

Sebelum lebih jauh, tak usahlah kita berdebat soal apakah lulusan perguruan tinggi seharusnya membuka usaha sendiri atau menunggu panggilan perusahaan. Tak kelar-kelar itu nanti kalau mau dibahas. Jadi, tulisan ini tak akan membahas soal itu dan sekiranya tak sepakat, lebih baik tuan dan puan berhenti membaca artikel ini sampai di sini saja.

Lagipula, status pengangguran atau bukan-pengangguran pada prinsipnya lebih ke soal ada atau tidaknya penghasilan tetap dan rutin. Bukan karena ada tidaknya pekerjaan yang bisa dikerjakan. Kalau cuma sekadar kerjaan, ya, banyak. Jadi relawan atau membantu bisnis orang tua, misalnya. Saya sendiri, walaupun saya katakan saya masih pengangguran, tetapi saya tak benar-benar menganggur. Setiap hari saya membaca, mengurus ayam dan bebek, menggiatkan literasi kepada anak-anak, dan sesekali juga menulis.

Hanya saja, kita sama-sama tahu, seperti apa mulut orang-orang awam, terutama tetangga-tetangga kita. Selama kita tak bekerja pada suatu instansi, entah swasta ataupun pemerintah, selama itu pula kita akan dianggap pengangguran. Apalagi kalau mereka tahu kita sudah sekolah tinggi-tinggi. Setahun ‘menganggur’ tentu membuat saya menggencarkan upaya pencarian pekerjaan, entah itu dengan bertanya langsung ke kawan-kawan, maupun menelusuri informasi di internet. Saya sadar, tak mungkin saya berlama-lama asyik dengan hobi. Bagaimanapun saya harus punya penghasilan tetap sendiri, dan tidak lagi meminta pertolongan orang tua saat keuangan saya krisis.

Sembari menunggu informasi loker dari kawan-kawan atau kenalan, saya pun membuat akun LinkedIn dan mencoba mencari pekerjaan di sana. Kata orang-orang, LinkedIn bisa membantu kita jika ingin mencari pekerjaan. Tapi sialnya, di tengah-tengah upaya saya mencari-cari peluang kerja, terbaca pula oleh saya sebuah tulisan yang ditulis oleh seorang manager HRD sebuah perusahaan di Jakarta. Manager itu menulis agak panjang tentang betapa vitalnya peran Curriculum Vitae (CV) dalam melamar pekerjaan. Intinya dia bilang, tampilan CV sangat sangat sangat menentukan dilirik tidaknya lamaran yang pelamar kirim. Ia pakai metafora segala—ibarat berpakaian, orang akan langsung tertarik bila pakaianmu rapi dan cantik, dan sebaliknya. Begitu pula dengan melamar kerja, CV kamu harus cantik secantik-cantiknya, katanya.

Saya pun langsung teringat lamaran-lamaran yang sudah saya kirim dan segera menyadari bahwa CV yang saya buat selama ini memang biasa-biasa saja—tidak ada indah-indahnya, malah datar sedatar-datarnya. Apakah gara-gara itu lamaran-lamaran saya yang sudah mencapai puluhan itu (kira-kira sekitar 30 puluhan) diabaikan? Ini pertanyaan serius, apakah benar gara-gara itu, Wahai bos-bos HRD yang lucu? Apakah benar kualitas seseorang bisa kalian terawang dari tampilan CV-nya?

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Kalau memang benar begitu, betapa dahsyatnya penglihatan kalian. Ketika saya masih kelimpungan memahami metafisika Aristoteles meskipun sudah tamat kuliah, kalian sudah bisa menguasai hal-hal metafisik itu sendiri; melihat dan membuat keputusan atas apa yang belum kalian saksikan.

Dari sini, belajar dari nasihat bos-bos HRD itu, saya rasa kampus-kampus perlu mengajarkan mahasiswanya untuk membuat CV yang menarik. Bila perlu bikin mata kuliah tersendiri. Undang bos-bos HRD itu sebagai dosen tamu luar biasa untuk mengampunya. Bila dirasa 2 SKS tidak cukup, 4 SKS pun tak ada salahnya. Ini cocok diberikan di semester-semester akhir sebelum mahasiswa mengerjakan skripsi atau tesis.

Untuk bisa lulus mata kuliah ini, setiap mahasiswa diharuskan membuat CV semenarik mungkin, lalu kirimkan ke sebuah perusahaan. Iseng-iseng saja. Apabila ada panggilan tes atau wawancara, mahasiswa yang bersangkutan berhak lulus dari mata kuliah tersebut. Soal nilainya A atau B atau C, pengampu bisa menentukannya dengan membaca surat perusahaan yang memanggil.

Ngomong-ngomong, belum adanya perusahaan yang merespons lamaran saya sampai sejauh ini membuat saya teringat pada Presiden Jokowi. Pertama, saya teringat pada janji beliau saat kampanye, bahwa beliau akan mengeluarkan kartu sakti bernama Kartu Pra Kerja untuk menanggulangi pengangguran. Belakangan setelah diributkan, beliau meluruskan gagasannya bahwa program itu bukan untuk menggaji pengangguran secara cuma-cuma, melainkan memberikan pelatihan bagi pengangguran agar siap terjun ke dunia kerja. Walaupun, ya, katanya ada juga tunjangannya maksimal selama satu tahun setelah memulai pelatihan, sebelum yang bersangkutan mendapatkan pekerjaan.

Saya kira janji Pak Jokowi ini ibarat angin segar bagi saya, lulusan S2 Filsafat yang kata banyak orang cuma bisa mikir. Ya, saya perlu pelatihan, Pak Jokowi. Pelatihan apapun boleh asal bukan pelatihan berpikir. Saya sudah muak dengan itu. Kecuali kalau saya yang bapak rekrut sebagai tenaga pelatihan berpikir itu. Saya akan siaaap sekali untuk itu. Yang saya perlukan adalah skil-skil tertentu agar saya bisa meyakinkan orang-orang bahwa saya ini tak cuma bisa mikir.

Kedua, saya juga membaca berita bahwa Pak Jokowi tidak menutup kemungkinan akan menggaet orang-orang non-politikus ke dalam kabinet kerjanya. Lebih spesifiknya, beliau membuka peluang bagi anak-anak muda masuk ke jajaran kabinetnya. Ini bikin saya ge-er. Kalau memang betul begitu, kenapa Pak Jokowi tidak mempertimbangkan saya saja? Saya masih muda, idealis, dan tidak terkontaminasi dengan racun-racun kepentingan apapun—kecuali ya, setelah bapak gaet nanti, itu lain cerita. Pak Jokowi tidak harus menempatkan saya di kursi menteri, tapi mungkin di pos-pos staf ahli saja.

Pada titik ini saya sungguh berharap Pak Jokowi benar-benar seorang presiden luar biasa, yang lain dari yang lain. Bukan presiden yang menentukan orang-orang di kabinet berdasarkan transaksi politik belaka. Setidaknya, dengan demikian, bapak menunjukkan bahwa bapak memang sungguh-sungguh memikirkan nasib pengangguran di negara ini.

Oh ya, sebelum saya sudahi tulisan ini, saya ingin ucapkan ‘selamat beretorika kembali lima tahun ke depan’ kepada Pak Jokowi! Eh, maksud saya, selamat bekerja mengatasi pengangguran!

Bila nanti bapak tidak mampu, perbanyaklah bapak berdoa supaya orang-orang pengangguran di negeri diberi ketabahan dan dijauhkan dari rasa frustasi, tidak sampai seperti lulusan S2 dari Australia yang bunuh diri beberapa waktu lalu di salah satu mal di Jakarta. (*)

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2022 oleh

Tags: cari kerjacvjanji jokowikartu pra kerjalulusanMahasiswatunjangan pengangguran
Abul Muamar

Abul Muamar

Petualang, pengincar buah-buahan yang tumbuh di pinggir jalan.

ArtikelTerkait

wirausaha

Antara Berwirausaha dan Bekerja Setelah Wisuda

27 Mei 2019
masa kkn kisah horor saat kkn hantu yang paling sering disebut mojok.co

Masa KKN: Ternyata yang Tertinggi di Dunia Bukanlah Gunung Melainkan Egomu

21 Juli 2019
Mengungkap Budaya Kental Mahasiswa Asal Magelang_ Pulang terminal mojok

Mengungkap Budaya Kental Mahasiswa Asal Magelang: Pulang

5 Oktober 2021
44 Istilah Dunia Perkuliahan yang Wajib Diketahui Mahasiswa Baru Terminal mojok

44 Istilah Dunia Perkuliahan yang Wajib Diketahui Mahasiswa Baru

12 Maret 2022
Agribisnis, Prodi Lintas Jurusan Secara Nggak Sengaja terminal mojok

Agribisnis, Prodi Lintas Jurusan Secara Nggak Sengaja

28 Juli 2021
memilih dosen pembimbing

Pembimbing Skripsimu Bilang ACC, Pas Ujian Kamu Dibantai

21 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.