Liverpool di Tangan Fiersa Besari, Beni Satryo, Putri Marino Hingga Dilan

Liverpool

Liverpool di Tangan Fiersa Besari, Beni Satryo, Putri Marino Hingga Dilan

Mencintai Liverpool memang rasanya seperti menghirup petrikor, ada namun datang saat tertentu saja. Berbalut hal-hal puitis tanpa menyentuh senja dan kopi, Liverpool menghantarkan para pengagumnya kepada sebuah babak tentang ikhlas dalam mencintai.

Apa, sih, tahap cinta yang lebih tinggi dari ikhlas tanpa menggurui? Atau lebih menyeluruh seperti paradoks senjanya Fiersa Besari? Ah, terlampau indah bukan mencintai Liverpool, juga tetek-bengek di belakangnya yang selalu datang menghampiri.

Dari awal tahun, laju Liverpool yang tidak terbendung itu akhirnya digoncang oleh isu perang dunia ketiga. Kemudian datang lagi isu meteor yang akan menyerang bumi April. Dan akhirnya harus bertekuk lutut kepada pandemi virus corona. Sebagian fans mengatakan hal indah di sosial medianya. Entah karena legowo atau males berdebat sama fans sebelah, mereka kompak berkata, “kemanusiaan lebih penting, ambil saja trofi kami!”

Sudah indah dan romantis, bagaimana jadinya jika para pujangga (((misalnya))) mencintai Liverpool? Mungkin tim ini akan menjadi narasi besar pemikiran dan inspirasinya dalam menulis. Dari Sapardi hingga Dilan, beginilah sekiranya kala para pujangga mencintai Liverpool sepenuh hati dan tak lekang menjadi abadi.

Sapardi Djoko Damono

Saya adalah penggemar puisi-puisi Eyang Sapardi yang menusuk dan sampai kapan pun juga bakalan related sama keadaan cinta di berbagai jaman. Lalu, bagaimana ya jadinya jika Eyang membuat puisi atas dasar keadaan Liverpool yang kini sedang galau? Mungkin begini jadinya.

“Aku ingin mencintai Liverpool dengan sederhana

dengan Premier League yang tak sempat diucapkan selebrasi kepada jemari yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintai Liverpool dengan sederhana

Dengan dua kemenangan yang tak sempat disampaikan kemanusiaan kepada tragedi yang menjadikannya tiada.”

Atau menjadi seperti ini:

“Tak ada yang lebih tabah

dari hujan di Anfield

Dirahasiakannya trofi rindunya

kepada trofi-trofi itu”

Dikutip dan dirombak sedikit puisinya Eyang Sapardi dengan judul Hujan Bulan Juni.

Aan Mansyur

Siapa yang tidak tersihir kala membaca bukunya Aan Mansyur yang berjudul Melihat Api Bekerja atau Tidak Ada New York Hari Ini? Melalui bingkai-bingkai kata-kata nan indah juga realitas akan kehidupan. Juga, ia adalah penulis puisi Rangga untuk film Ada Apa dengan Cinta 2. Bagaimana, ya, jadinya jika ia adalah seorang Kopites?

“3.

atau, seperti trofi,

adalah dan yang telah tercuri.”

Dikutip dan dirombak sedikit dengan judul asli puisi M. Aan Mansyur dengan judul Dan.

Joko Pinurbo

Puisi-puisi yang indah dan cerdik dari Joko Pinurbo pasti cocok ketika membuat puisi tentang Liverpool. Dengan indah dan kata-kata menawan, mungkin jadinya seperti ini:

“Tuhan yang cantik,

temani aku

yang sedang menyepi

dari Premier League yang berhenti.”

Dikutip dan dirombak sedikit dengan judul asli puisi Joko Pinurbo dengan judul Doa Seorang Pesolek.

Fiersa Besari

Bukan hanya lagu yang menawan, Bung Fiersa tentunya menghidupkan lagunya melalui lirik yang puitis. Tidak hanya itu, buku-bukunya juga best seller seantero toko buku di Indonesia. Nah, seumpamanya nih, Bung Fiersa adalah Kopites, mungkin seperti ini ya jadinya:

“Lambat laun kusadari, beberapa trofi memang harus sembunyi-sembunyi. Bukan untuk disampaikan, hanya untuk dikirimkan lewat sepakbola. Beberapa rasa memang harus dibiarkan menjadi rahasia. Bukan untuk diutarakan, hanya untuk disyukuri kemenangannya.”

Dikutip dan dirombak sedikit dalam kutipan Fiersa Besari dengan bukunya yang berjudul Garis Waktu.

Atau bisa juga mengambil dari lagunya Fiersa Besari yang banyak digandrungi muda-mudi masa kini, yakni Celengan Rindu. Barangkali jika ia menulis maksud untuk Liverpool, maka jadinya seperti ini:

Aku kesal dengan FA

Yang tak lekas memutuskan

Barang sejenak

Agar aku bisa menangkat trofi Premier League~

Beni Satryo

Bagaimana jadinya jika Beni Satryo yang terkenal dengan pwissie-pwissie-nya yang mbeling ini adalah fans Liverpool dan melihat kondisi timnya yang sedang gundah gulana menanti keputusan liga? Mungkin jadinya seperti ini.

“Kepalaku terbuat dari sebuah kulkas.

Setiap laga pertandingan bernyanyi.

Sekali dibuka, cuma ada sebutir piala.

Itu pun tak pernah bertambah.”

Udah mau pecah telor, eh malah jadi gonjang-ganjing dunia persepakbolaan Inggris. Yaudah, kemanusiaan memang harus diutamakan, bukan? Dikutip dan dirombak sedikit puisinya Beni Satryo dengan judul Kulkas.

Pidi Baiq

Ayah memang nyeleneh tiap bikin puisi. Apa lagi tentang dunia kehidupan yang melingkupinya terkadang malah menemukan barisan kata sederhana padahal maknanya dalam. Bagaimana jadinya jika ayah adalah fans Liverpool? Mungkin puisi ini tercipta di tengah perasaanya yang sedang limbung:

“Meskipun membosankan di rumah tanpa bola,

jangan ingin cepat pulang kepada Tuhanmu!

Liverpool!

Kamu masih ada tugas untuk sembuh!

Masih ada tugas premier league!”

Bagaimana? Lebih ke arah pusi ala Dilan atau ayah? Ah, bukannya Dilan itu ayah, ya? Hehe. Dikutip dan dirombak sedikit dari puisinya Pidi Baiq dengan judul Joy Sakit.

Putri Marino

Saya pribadi, sih, suka dengan kata-kata Mbak Marino tiap membuat sajak dalam akun Istagramnya. Salah satunya, yang paling cocok untuk Liverpool saat ini sesuai dengan jargonnya you will never walk alone…

“…Liverpool tidak sendirian

Kau punya dirimu, dan

Kau punya aku. #poempm”

Dapat mewujudkan konsep manunggal antara Liverpool dan penggemarnya, bukan? Dikutip dan dirombak sedikit dari kutipan puisi Putri Marino di instagram.

Dilan

Pujangga fiktif yang jago gombal ini juga ahli masalah bikin puisi. Jika dia adalah fans Liverpool, Dilan akan menulis seperti ini:

“Bolehkah aku punya pendapat?

Ini tentang Liverpool yang ada di bumi

Ketika Tuhan menciptakan dirinya

Kukira Dia ada maksud mau menyuruhku untuk sabar.”

Dikutip dan dirombak sedikit dari puisinya Pidi Baiq dengan judul Milea 1. Atau ada opsi lain, yakni seperti ini:

“Aku di mana waktu kamu juara?

Aku ingin melihatnya.

Tapi, tapi, pada saat itu aku masih bayi”

Sumber Gambar: Twitter Liverpool FC

BACA JUGA Tiga Kebahagiaan Seorang Fans Liverpool atau tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version