Beberapa hari lalu saya membaca tulisan Mas Adhitiya Prasta di Terminal Mojok mengenai live streaming seminar skripsi di TikTok oleh dosen penguji. Menurut Mas Adhitiya, kegiatan dosen seperti itu sangat berbahaya. Tentu saja sebagai penonton setia live streaming skripsi di TikTok sekaligus mahasiswi semester tua, saya nggak setuju dengan pernyataan beliau. Sebab, saya dan teman-teman justru merasa live streaming tersebut juga banyak manfaatnya ketimbang mudaratnya.
Beberapa manfaat yang bisa saya sebutkan antara lain memotivasi teman lain yang juga sedang skripsian, menjadi sumber pengetahuan hingga bahan diskusi bagi penonton seminar skripsi, dan lain-lain. Menurut saya, seminar skripsi lewat TikTok bisa menyempurnakan hasil skripsi kita, lho, Gaes.
Daftar Isi
Jangkauan audiens live streaming seminar skripsi di TikTok lebih luas dan fleksibel
Kalau biasanya audiens sempro hanya berasal dari teman-teman sejurusan dan dapat dihitung dengan jari, sudah pasti seminar skripsi lewat live streaming TikTok akan mendapatkan atensi audiens yang lebih luas. Wong yang menonton bisa siapa saja dan dari mana saja.
Tentu ini akan memberikan dampak positif bagi penonton live streaming maupun mahasiswa yang sempro. Sebab, seminar skripsi lewat TikTok akan menghasilkan diskusi intelektual. Teman saya contohnya. Dari live streaming seminar skripsinya, dia mendapat banyak masukan dari dosen dan pengguna TikTok yang menonton. Menurut saya, ini sebuah hal yang positif.
Bahkan ada pengguna TikTok yang bersedia menjadi guide di lokasi penelitian atau menjadi objek yang diteliti. Jangan salah, TikTok zaman sekarang bukan cuma sebagai sumber hiburan, tapi juga bisa dijadikan sumber pengetahuan, lho. Selain itu, tak jarang pengguna TikTok juga memberikan sanjungan ataupun kritik yang bisa menjadi bahan evaluasi mahasiswa yang sedang seminar.
Mengindari dosen yang suka ngerjain mahasiswa
Tak jarang, seminar proposal ataupun sidang skripsi dijadikan sebagai alat dosen untuk mengisengi sejumlah mahasiswa. Saya nggak bilang semua dosen, lho, ya, tapi ada oknum dosen yang iseng. Keisengan tersebut bisa berupa pertanyaan-pertanyaan yang nggak berhubungan dengan skripsi yang dibahas. Misalnya pertanyaan seperti tadi sebelum seminar sudah bilang orang tua belum, judul skripsinya sudah disampaikan ke orang tua atau belum, sudah minta doa belum, dan pertanyaan yang nggak ada hubungannya yang akhirnya menjatuhkan mental mahasiswa.
Lantaran terlalu banyak menjawab pertanyaan yang sebenarnya nggak perlu dipertanyakan, mahasiswa yang diuji jadi bingung. Apalagi kalau mahasiswanya introvert, bisa jadi setelah seminar skripsi dia malah makin semaput karena kehabisan energi. Atau yang paling sering, keisengan dosen tersebut berujung tangisan mahasiswa yang mau seminar. Namun kalau live streaming kan keisengan semacam ini nggak akan terjadi.
Maklum, zaman sekarang jejak digital sangat ditakuti. Untuk menjaga ketenangan dan ketegangan antara dosen dan mahasiswa, makanya dosen penguji akan terlihat sangat baik hati jika harus masuk dalam media. Selain itu, kalau seminar proposal skripsi dibuat dalam bentuk live streaming, biasanya bakal tepat waktu dan sesuai prosedur. Intinya, no drama.
Penggunaan media digital justru merupakan kemajuan cara belajar, bukan bentuk kebodohan
Live streaming seminar skripsi di TikTok justru bentuk dari kemajuan cara belajar dan bukti bahwa belajar bisa di mana saja dan dilaksanakan oleh siapa saja. Bahkan sekarang ini banyak dosen ataupun praktisi pendidikan yang menggunakan media sosial TikTok untuk menyebarluaskan pengetahuan untuk masyarakat awam, kok.
Makanya kemajuan-kemajuan seperti itu jangan dipandang pesimis. Buktinya saya bisa menaklukkan sempro dengan mudah karena sering lihat live streaming seminar skripsi di TikTok. Lagi pula dosen pun nggak selalu memiliki mental “demi konten”, kok. Jangan suuzan dulu, Bang!
Penulis: Desy Fitriana
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.