Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Lelaki yang Alami Pelecehan Seksual Itu Masalah Super Besar dan Bukan Guyonan!

Dhamar Jagad Gautama oleh Dhamar Jagad Gautama
18 Januari 2021
A A
Lelaki yang Alami Pelecehan Seksual Itu Masalah Super Besar dan Bukan Guyonan! terminal mojok.co

Lelaki yang Alami Pelecehan Seksual Itu Masalah Super Besar dan Bukan Guyonan! terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa waktu lalu, sempat ramai di jagat Twitter ketika ada seorang lelaki dengan pemilik akun @banumelody membuat thread yang berisi tentang pengalaman tak mengenakkan menjadi korban pelecehan seksual, yakni begal payudara di jalan pas malam hari. Jelas saja, hal itu mengundang atensi banyak netizen untuk membaca dan me-retweet thread tersebut. Banyak sekali yang membercandakan kasus tersebut dan menganggapnya sebagai guyonan yang lucu.

Meskipun tidak diketahui apakah niat si pelaku memang untuk mengincar laki-laki atau mengira bahwa korbannya itu perempuan, mengingat doi rambutnya gondrong, tetapi kejadian itu memunculkan permasalahan yang sebenarnya sudah gawat dan perlu untuk dibicarakan secara lebih lagi. Permasalahan yang secara tidak sadar tidak dipikirkan banyak orang bahwa itu adalah sebuah masalah. Paling tidak, ada beberapa hal yang dapat disadarkan kepada orang-orang dari kasus yang dialami doi.

#1 Kekerasan seksual tak hanya terjadi pada perempuan saja!

Pada kasus tersebut, korban yang notabene lelaki menjadi korban pelecehan seksual juga. Menarik. Padahal kasus mengenai pelecehan yang dialami lelaki, baik oleh perempuan atau lelaki sendiri telah banyak terjadi. Namun, intensitas kasus yang mencuat di permukaan hanya perempuan dan seakan-akan korban laki-laki itu tak ada sama sekali.

Masih ingat sosok Gilang “Bungkus”, pelaku kekerasan seksual yang menjalankan aksinya dengan kain jarik untuk membungkus korbannya dan semua korbannya adalah seorang lelaki? Kemudian kasus Reynhard Sinaga, seorang mahasiswa Indonesia di Manchester yang menyodomi banyak ratusan pria yang teler pasca ngebar? Atau, seorang aparat laki-laki yang digoda beberapa mahasiswi saat aksi tolak Omnibus Law kemarin?

Beberapa hal itu seharusnya sudah menjadi bukti dan membuka tabir pikiran masyarakat yang mengira bahwa lelaki tak bisa menjadi korban pelecehan seksual adalah salah. Melek, Lur!

#2 Konstruksi berpikir masyarakat yang menganggap lelaki tak boleh menangis adalah kebodohan

Pada thread yang ia unggah, respons netizen menunjukkan seakan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan dari kasus itu. Bahkan, seolah-olah kondisi yang dialami doi adalah kejadian yang lucu dan tidak mengandung sebuah urgensi di masyarakat. Ada juga netizen yang me-reply dengan mengunggah video dirinya yang gondrong dengan caption, “Remes tetek gue anj*ng” yang mengarah pada hal bersifat guyonan. Secara tak sadar, ini adalah output nyata dari konstruksi pikiran masyarakat yang ngawur soal stereotip lelaki dan perempuan.

Sedari kecil, umumnya orang tua ketika memarahi anak laki-laki dan si anak menangis, mereka pasti berkata, “Laki-laki tak boleh menangis!”, “Dasar nangisan, banci!” Sedangkan jika anak perempuan menangis dianggap hal yang normal saja dan sebuah kewajaran. Doktrin seperti itu dapat menghasilkan stereotip bahwa laki-laki adalah figur yang kuat dan perempuan merupakan figur yang lemah.

Padahal, keduanya sama saja. Mereka boleh menangis karena itu kegiatan biologis yang normal. Kecuali, kalau laki-laki tak boleh hamil! Bukannya tak boleh, lha wong lelaki memang nggak bisa mengandung. Artinya, hal-hal yang berada di luar lapangan kodrati manusia, sah-sah saja dilakukan baik oleh laki-laki atau perempuan.

Baca Juga:

Balada Perempuan Penghuni Jogja Selatan, Gerak Dikit Kena Catcalling Orang Aneh, Ketenangan Itu Hanya Hoaks!

Ada Bus Pink untuk Perempuan, tapi Kenapa Nggak Ada Transjakarta Khusus Laki-laki?

Ujungnya, pemahaman yang ngawur tersebut memicu terbentuknya struktur pemikiran yang ngawur pula di masyarakat. Hal ini kemudian menciptakan respons yang tak mengarah.. Mereka akan menganggap jika laki-laki dilecehkan itu berarti dia lemah. “Masa iya, laki-laki dilecehkan dan dipermalukan perempuan, lelaki kan kuat!”

Parahnya, itu pula yang menyebabkan banyak laki-laki yang menjadi korban tidak berani untuk speak up. Ya, mereka takut dianggap yang tidak-tidak nantinya.

#3 “Siapa suruh pakaiannya kebuka, wajar sih kalau dilecehin,” sama dengan dungu maksimal

Banyak orang menganggap sebab dari pelecehan itu adalah pakaian yang terbuka dan menggoda syahwat. Padahal, dari kasus doi, doi pake pakaian yang normal tertutup dan payudara doi tak terbuka. Terlepas dari apakah doi dianggap perempuan atau tidak oleh pelaku. Penggunaan alasan itu tampaknya menjadi bukti bahwa empunya pikiran itu adalah sumbu pendek dan katrok.

Gimana tak begitu, itu adalah pikiran kolot yang kuno dan perlu untuk diluruskan. Mengingat banyak perempuan juga yang telah menutup aurat dengan pakaian yang tertutup atau paling tidak sopan lah meskipun tidak berhijab, tetapi mereka juga akhirnya menjadi korban dari pelecehan seksual.

Dengan begitu, telah jelas alasan bahwa nalar yang mengatakan pelecehan itu karena pakaian adalah sebuah bentuk kemunduran berpikir. Nggak gitu konsepnya, ya!

#4 Tak ada jalan pulang untuk lelaki yang jadi korban pelecehan seksual

Dari banyak kasus, memang yang banyak muncul di telinga masyarakat bahwa korban pelecehan seksual itu perempuan. Sampai-sampai saking banyaknya kasus yang mencuat dibuatlah Komnas Perempuan pada 1998 silam. Dalam realitanya sendiri, perempuan yang menjadi korban atau penyintas, tak jarang mendapat perlakuan tak mengenakkan saat mengurus laporan kasus yang dialami ke pihak kepolisian.

Ketika buat BAP (Berita Acara Pemeriksaan) saja, sering aparat tak menghiraukan dan malah menanyakan hal yang tak perlu, “Kamu sendiri juga enak, kan?” Ngawur. Coba kalau yang menjadi korban adalah sanak familinya.

Perempuan saja seperti itu, apalagi laki-laki. Paling-paling kalimat dari petugas yang keluar, “Lek aku yo tak weh-wehne, Bro!” Tak ada komnas laki-laki, masih jarang komunal-komunal pembela laki-laki atau sebagainya. Ketika laki-laki menjadi korban, mereka tak tahu harus mengadu kepada siapa. Mereka mau ngadu juga malu, nanti dikira lemah dan sebagainya. Susah!

#5 Sex education sejak dini adalah hal normal yang dibutuhkan

Dari permasalahan yang terjadi, langkah paling tepat seharusnya membenahi akar permasalahan dari semuanya. Adanya pelaku pelecehan seksual serta penormalan terhadap aktivitas tersebut sedikit banyak berasal dari struktur berpikir masyarakat yang bersumber dari budaya yang ada.

Dengan demikian, sex education atau pendidikan seks terutama sejak usia dini adalah hal yang perlu digaungkan. Banyak anak-anak ketika beranjak dewasa tertarik dengan video porno. Sering kali ia dilarang untuk mengaksesnya karena hal itu dianggap sebuah hal tabu. Semakin dilarang, semakin anak ingin untuk mengetahui.

Kemudian ketika si anak tahu, tidak adanya pengarahan dari orang tua membuat anak menjadi liar dan tanpa arah. Hasrat mengajaknya untuk meng-explore lebih jauh soal seks. Sekali lagi, semua itu tanpa bimbingan orang tua.

Hal ini dapat memicu anak tumbuh menjadi seseorang dengan kehidupan seks yang menyimpang. Seseorang dapat menjadi pecandu atau bahkan pelaku pelecehan seksual. Pendidikan seks dari orang tua sesuai porsi usia sangat perlu untuk anak supaya mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk soal hal-hal berbau seksual.

Meskipun tak menutup kemungkinan bahwa pelaku pernah berada di posisi yang sama sebagai korban di masa lalunya dan mencoba melampiaskan pada orang lain, tetapi hal itu sebenarnya tetap berkaitan seperti rantai yang tak terputus. Berdaur dan intinya tetap budaya sebagai pangkal utama permasalahan.

Jadi, demikianlah masalah yang ada dalam geliat pelecehan seksual duniawi yang ada di masyarakat Indonesia saat ini. Semoga pikiran yang kabur kembali ke jalan yang benar untuk peradaban yang lebih maju. Semoga. Amin.

Terakhir, yang pengin gondrong, gondrong aja. Nggak usah takut. Dijamin gantengnya nambah. Wong yang mas-mas aja terpikat apalagi mbak-mbaknya. Eh.

BACA JUGA Pelecehan Seksual pada Laki-laki Jangan Ditertawakan, Humor kok Ugal-ugalan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 18 Januari 2021 oleh

Tags: lelakiPelecehan Seksual
Dhamar Jagad Gautama

Dhamar Jagad Gautama

Seorang yang gaenakan dan memilih tidak menambah kesedihan dengan berlomba mengambil peran.

ArtikelTerkait

Mystic Pop-up Bar pelecehan seksual drakor MOJOK

Pesan dari Serial Drakor “Mystic Pop-up Bar” untuk Pelaku dan Korban Pelecehan Seksual

2 Juli 2020
Sisi Gelap Korea Selatan: Ketika Makeup Tebal Tak Mampu Menutupi Kebusukan

Sisi Gelap Korea Selatan: Ketika Makeup Tebal Tak Mampu Menutupi Kebusukan

13 Oktober 2022
Kehidupan di Penjara, Penuh Kreativitas di Balik Jeruji Lapas terminal mojok.co

Selain Mandi di Laut, Inilah Hal-hal yang Sebaiknya Dilakukan Saipul Jamil setelah Bebas dari Penjara

3 September 2021
Hanya karena Kami Orang Kristiani, Bukan Berarti Kami Pakar Alkohol dan Babi terminal mojok.co

Wajar Felix Nesi Marah, Gereja Katolik Memang Kerap Tak Transparan

13 Juli 2020
Melecehkan Pelaku Pelecehan Seksual Itu Goblok!

Melecehkan Pelaku Pelecehan Seksual Itu Goblok!

18 Desember 2022
Pelecehan Seksual pada Anak Itu Tak Pernah Sepele dan Tak Akan Pernah Sepele!

Pelecehan Seksual pada Anak Itu Tak Pernah Sepele dan Tak Akan Pernah Sepele!

1 Juli 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.