Pada 13 Juni 2019, Lee Chong Wei, pemain badminton legendaris asal Malaysia, dengan berderai air mata mengumumkan dirinya gantung raket. Ini jelas keputusan berat baginya. Ambisi terbesarnya, yakni meraih emas Olimpiade, belum terpenuhi. Namun, opsi untuk pensiun terpaksa harus ia ambil.
Jika melihat perjalanan karirnya,dia jelas bukan pemain kaleng-kaleng. Ia merupakan salah satu pemain badminton terbaik sepanjang masa. Ia adalah pemegang rekor peringkat 1 BWF (Badminton World Federation) terlama (total 367 minggu, 199 minggu di antaranya berturut-turut) dan peraih gelar Super Series/Super Series Premier terbanyak (46 gelar). Meski merajai Super Series dan Super Series Premier, entah mengapa ia selalu kurang beruntung di major event. Ia tak pernah mengantongi medali emas SEA Games, Asian Games, Kejuaraan Dunia Badminton, serta Olimpiade.
Bagi seorang atlet, Olimpiade tentu istimewa. Tak terkecuali bagi Lee Chong Wei. Namun, entah mengapa emas Olimpiade sepertinya selalu menjauh darinya. Di partai final Olimpiade Beijing 2008, Lee Chong Wei harus kalah dari Lin Dan, pemain asal Cina yang merupakan rival terbesarnya sepanjang masa. Empat tahun kemudian, kedua pemain ini kembali bertemu di partai final Olimpiade London 2012. Lagi-lagi, Lin Dan keluar sebagai juara.
Sebagai seorang atlet yang rajin bertanding, tentu Lee Chong Wei terbiasa menerima kekalahan, tapi kekalahan kali ini tetap saja menyedihkan. Apalagi kalahnya dengan orang yang sama, di kejuaraan bergengsi yang hanya ada empat tahun sekali. Setelah kekalahan ini, dia pun curhat tipis-tipis di Twitter. Twitnya amat singkat, tapi cukup untuk membuat hati yang membaca ikut berantakan dan ingin kirim puk-puk online. “I’m sorry,” begitu cuitnya. Hikssss… :'(
Seakan belum cukup, di Olimpiade Rio 2016, Lee Chong Wei kembali berhadapan dengan Lin Dan. Kali ini bukan di final, melainkan semifinal. Berbeda dari dua Olimpiade sebelumnya, di pertandingan ini giliran dia yang menang. Kemenangan ini pun diakhiri dengan adegan tuker-tukeran baju di antara keduanya. Meski kerap saling menjegal di berbagai kejuaraan, keduanya memang bersahabat dekat.
Sayangnya, berhasil mengalahkan Lin Dan tidak otomatis membuatnya meraih emas. Di partai final, dia ternyata harus mengakui keunggulan Chen Long, rekan senegara Lin Dan. Lee Chong Wei kembali harus puas membawa pulang medali perak.
Setelah tiga kali sampai ke laga puncak Olimpiade tanpa membawa pulang emas, dia tak juga kapok. Tahun-tahun berlalu dan mimpinya masih tetap sama, yakni meraih emas Olimpiade. Usianya yang terus bertambah pun seakan tidak berarti apa-apa. Di tahun 2018, pria kelahiran 1982 ini membuktikan bahwa dirinya masih bisa berprestasi di tengah bangkitnya para pemain muda. Semangatnya mengejar emas Olimpiade memang tak terbendung, tapi cobaannya juga tak terhentikan.
Juli 2018, ia divonis mengidap kanker hidung. Tentu, bukan Lee Chong Wei namanya kalau menyerah begitu saja. Olimpiade Tokyo 2020 sudah di depan mata. Ia pun berjuang agar segera pulih, sehingga bisa kembali mengejar mimpinya. Hasilnya, setelah menjalani perawatan intensif di Taiwan, ia menang melawan kanker. Ia dinyatakan sembuh.
Di awal 2019, dia dikabarkan akan kembali bertanding. Namanya pun terdaftar di Malaysia Open, turnamen yang pernah memberinya gelar juara 12 kali. Sayangnya, ia terpaksa harus mundur karena alasan kesehatan.
Namun, setelah 12 gelar juara, kesaktiannya masih terasa sangat nyata di Malaysia Open. Bahkan, tanpa ia perlu ikut bertanding. Saat turnamen berlangsung, dia sempat menulis di akun Instagram pribadinya, bahwa jika ada orang non Malaysia yang menjuarai turnamen tersebut, ia harap orangnya adalah Lin Dan. Benar saja. Di turnamen tersebut, Lin Dan yang prestasinya sudah mulai menurun seiring kemunculan para pemain muda, tiba-tiba seperti bangkit kembali menjadi Super Dan yang tak terkalahkan. Ia pun keluar sebagai juara Malaysia Open 2019 setelah mengalahkan Chen Long di final.
Turnamen yang tadinya akan menjadi ajang comeback bagi Lee Chong Wei, akhirnya dimenangkan dua pemain yang menjegal langkahnya meraih emas Olimpiade, ambisi terbesarnya. Ah, semesta memang kadang sebercanda itu.
Setelah batal comeback dan mundur dari beberapa turnamen yang kabarnya akan ia ikuti, Lee Chong Wei muncul dengan pengumuman pensiunnya. Ia memang sudah dinyatakan bersih dari kanker. Namun, sel kanker dikhawatirkan akan kembali menjangkiti tubuhnya apabila ia beraktivitas dengan intensitas yang tinggi. Dengan keberanian dan keikhlasan yang demikian besar, Lee Chong Wei pun merelakan dirinya tak meraih emas Olimpiade, mimpi terbesarnya.
Lee Chong Wei tentu bukan orang yang kekurangan bakat, apalagi kurang berusaha. Hanya saja, mungkin memang begitu cara kerja hidup. Ada mimpi besar yang perlu diperjuangkan, tapi bukan untuk diraih, melainkan untuk diikhlaskan. Ah, ini pedih sekali…
Dia mungkin terlihat sebagai legenda yang apes. Namun, dalam perjuangannya meraih emas Olimpiade yang ternyata tak pernah bisa ia dapatkan, Sang Legenda telah menang melawan keputusasaan, usia, penyakit kanker, ketakutan, serta egonya sendiri. Lebih dari cukup untuk meninggalkan lapangan tanpa rasa penyesalan. Di samping itu, tak banyak manusia yang mau berteman dengan orang yang telah menggagalkan mimpinya, apalagi sampai dua kali. Persahabatan Lee Chong Wei yang tulus dengan Lin Dan, jelas menunjukkan kebesaran jiwanya. Jangan-jangan, emas Olimpiade selalu menjauh karena minder dengan Lee Chong Wei yang jauh lebih berkilau.