Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Lebih Baik Bertanya ‘Kapan Turun Hujan?’ Daripada ‘Kapan Kawin?’

Allan Maullana oleh Allan Maullana
16 Oktober 2019
A A
kapan kawin

kapan kawin

Share on FacebookShare on Twitter

Dahulu sewaktu menjomblo, perkara punya pacar, saya sering kali di-cengin banyak temen. Dicengin banyak orang. Bahkan untuk seorang yang baru saya kenal sekalipun langsung berani menerobos batas pribadi yang saya nggak suka ini dengan pertanyaan: udah punya pacar?

Pertanyaan yang nggak perlu saya jawab ini seolah menginterpretasikan bahwa sosok pacar adalah sesuatu yang krusial. Waktu itu, usia saya 24 tahun. Orang bilang itu adalah masa-masa krusial ketika seseorang terus menjomblo—kayaknya harus dikhawatirkan.

Padahal saya saja tidak khawatir dengan diri saya sendiri. Tidak khawatir dengan status jomblo itu. Saya menjomblo pun masih bisa menikmati hidup dengan segala hobi atau kesukaan saya pada banyak hal. Ya, pada intinya kehidupan saya sewaktu menjomblo nggak suram-suram banget.

Dalam perjalanan hidup selama menjomblo dengan penuh kesabaran, akhirnya di usia 25 tahun saya menemukan wanita yang mau menjadi pacar saya. Lebih dari itu ia pun bersedia menjadi istri saya. Tentu saja saya sudah punya rencana untuk segera menikah dengannya.

Tapi rencana menikah itu tidak saya umbar begitu saja. Saya simpan rapih rencana itu. Serapih saya menabung dan mengatur keuangan untuk menikah. Tapi kenyataanya ketika orang-orang tahu bahwa saya sudah memiliki pacar, saya segera menghadapi pertanyaan level selanjutnya: kapan kawin?

Jawaban saya mudah saja, menyebut bulan pernikahan saya. Beres.Tetapi ironisnya orang-orang yang sudah melontarkan pertanyaan ‘udah punya pacar?’ dan ‘kapan kawin?’, tidak mememberi sumbangsih apa-apa ketika saya menikah. Bahkan ngasih kado pun enggak. Jadi, buat apa kan mereka nanya-nanya?

Setelah pertanyaan kapan punya pacar?; dan kapan kawin?; kini saya menghadapi pertanyaan level selanjutnya; kapan punya anak?

Cie…. Naik level, cie…

Baca Juga:

Yeom Mi Jeong ‘My Liberation Notes’ Adalah Kita yang Ada dalam Fase Quarter Life Crisis

Quarter Life Crisis Datang saat Sudah Jadi Orang Tua

Yaelahh… Perlu banget nggak, sih, pertanyaan kapan punya anak itu muncul. Persoalan dari pertanyaanya itu kan kapan. Lah, biar bagaimanpun saya nggak akan mampu menjawab kapannya itu kapan. Misalnya saya jawab gini: nanti saya punya anak bulan depan atau Desember, Oktober, Agustus, Mei, gitu? Kan enggak tentu.

Kehadiran janin kan tidak bisa direncanakan. Kita tidak tahu kapan akan hadir. Kita tidak tahu kapan anugerah Tuhan yang paling indah itu diberikan. Kok ya, bisa-bisanya situ mempertanyakan kapan punya anak itu ke manusia. Seolah-olah itu adalah kehendak manusia.  Boleh nggak saya gentian nanya kapan situ mati?

Tapi kan, Mas, ini cuma basa-basi biar lebih akrab?

Ya ampun, kalau tujuannya cuma mau basa-basi, sudahlah, pertanyaan itu udah bener-bener so old banget. Banyak pertanyaan basa-basi yang lebih berfaedah untuk dilontarkan. Banyak cara pula untuk bercanda. Dan banyak kata yang bisa kita pilih untuk memulai sebuah obrolan.

Hal yang paling menyebalkan bagi saya adalah batas privasi ini terus dilanggar. Mereka nggak segan-segan untuk ngecengin perkara ranjang. Kurang jago lah, kurang banyak gaya lah, kurang ini, kurang itu. Mereka lebih suka men-judge  bahwa orang lain kurang usaha alih-alih mendoakan untuk segera diberi momongan oleh Allah SWT.

Memangnya sebarapa menariknya sih melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu? Atau ketika pertanyaan itu sudah terlontar dan jawabannya ternyata “belum”, itu membahagiakan kalian? Lalu menjurus pada mengecilkan atau merendahkan orang lain?

Memang benar adanya, perkara pribadi di kehidupan sosial kita menjadi sasaran empuk. Semua orang ikut mengurusi. Tapi ketika teman, kerabat, kolega, bahkan keluarga yang sudah menikah mengalami KDRT, urusan itu malah menjadi urusan masing-masing.  Katanya sih, jangan ikut campur rumah tangga orang lain.

Loh, tunggu-tunggu. Rumah tangga orang adalah ranah pribadi. Menjomblo, menikah, dan punya anak juga ranah pribadi. Bukannya situ udah biasa ngurusin hidup orang lain lengkap dengan segala nasihatnya. Kenapa begitu terjadi KDRT situ malah nggak berani ngurusin. Ealah, dasar kipas angin kesurupan.

Saya merasa diri saya sudah menjadi manusia yang kehidupan pribadinya sedang diurusi orang lain. Mungkin orang lain peduli dengan saya atau bisa juga dia cuma kepo. Meskipun bedanya peduli dan kepo itu setipis kulit ari. Tinggal rasa sensitifitas kita saja yang bisa membedakan.

Hadeuhh, ogut berasa capek. Di saat susah ngurusin KTP, ngurusin negara, ngurusin pilihan politik, ternyata ada yang lebih gampang dari semua itu; ngurusin hidup orang lain alih-alih ngurusin hidup sendiri.

Semenjak mengalami kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan—apalagi istri saya juga ikut mengalami hal yang memuakkan ini—saya jadi sangat menghindari pertanyaan-pertanyaan itu agar tidak saya lontarkan. Lebih baik saya diam daripada menyinggung perasaan orang lain.

Kemudian ketika ada seorang teman yang belum menikah, lebih baik saya bertanya ‘kapan turun hujan?’ daripada bertanya ‘kapan kawin?’. (*)

BACA JUGA Alih-Alih Body Positivity, Sebenarnya Alasan Untuk Melanggengkan Rasa Malas atau tulisan Allan Maulana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Oktober 2019 oleh

Tags: kapan hujankapan kawinQuarter Life CrisisTuntutan Masyarakat
Allan Maullana

Allan Maullana

Suka terbangun pada pukul 04.12 AM

ArtikelTerkait

Tidak Semua Orang Tua Ideal, Banyak yang Justru Menuntut Pamrih dari Anak terminal mojok.co

Quarter Life Crisis Datang saat Sudah Jadi Orang Tua

17 Agustus 2020
lelah

Sumber Lelahmu Hari Ini

12 Juni 2019
quarter life crisis mojok

5 Cara Meringankan Beban Quarter Life Crisis

19 Juli 2020
depresi quarter life crisis menulis hobi obat penyebab cara menyembuhkan mojok.co terminal mojok

Mojok Telah Menyelamatkan Saya dari Depresi

1 April 2020
bahagia walau tidak berguna, Quarter Life Crisis: Kenapa Kita Sangat Peduli Terhadap Angka

Quarter Life Crisis dan Alasan Kenapa Kita Sangat Peduli Terhadap Angka (Khususnya Gaji)

27 November 2019
quarter life crisis

Situ Yakin Lagi Quarter Life Crisis? Jangan-jangan Cuma Lagi Iri Aja

23 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

28 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.