Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Lapangan Sepak Bola Tomia yang Buruk Adalah Berkah

Taufik oleh Taufik
18 Desember 2020
A A
bahasa di wakatobi pelestarian lingkungan sepak bola bajo club wakatobi poasa-asa pohamba-hamba mojok

sepak bola bajo club wakatobi poasa-asa pohamba-hamba mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Selama sekira sebelas tahun saya merantau ke Pulau Jawa, saya selalu saja merasa menjadi orang terzalimi ketika melihat satu dua lapangan bola bisa berdiri dengan megahnya. Entah lapangan kampung, lapangan kecamatan, atau sekadar alun-alun. Kalo soal stadion mah, boro-boro. Saya selalu merasa bahwa tidak adil rasanya menyaksikan begitu gemburnya tanah lapang ketika kemarau dan hijaunya rerumputan di lapangan tersebut ketika musim hujan datang. Saya lantas seringkali berandai-andai, bagaimana jadinya jika hal serupa terjadi di tempat saya, di Wakatobi sana, terutama di kampung saya, Tomia. Mungkin saja, bakat-bakat sepak bola dari pelosok tidak akan sia-sia lagi.

Wajar jika rasa iri dan dengki perihal lapangan ini selalu memenuhi kepala saya. Saya memang tidak terlahir sebagai orang yang langsung bisa bermain bola. Paling tidak itu terjadi sampai saya menginjak usia sekolah dasar. Waktu-waktu saya gandrung akan sepak bola, di kampung saya sedang besar-besarnya nama Bajo Club sebagai pengejawantah bahwa tanah kami adalah tanah yang diberkati untuk memiliki bakat sepak bola. Namun, sepertinya, Tuhan hanya mewariskan bakat sepak bola kepada anak-anak, remaja, dan orang-orang di kampung kami. Tidak dengan kondisi lapangan seperti yang saya saksikan di berbagai penjuru di Pulau Jawa ini.

Lapangan bola di kampung saya adalah representasi dari plesetan “setengah lapangan”. Bukan, bukan karena ukurannya yang hanya bisa menempatkan satu gawang. Kami masih bisa menempatkan dua gawang di sisi timur dan barat lapangan. Pun ada sebagian lapangan yang punya tanah lumayan gembur, walau sebagian tentu saja batu yang ketika sesekali jatuh, tidak akan membuat kami tertawa-tawa. Permasalahan paling urgent adalah kenyataan bahwa lapangan kami ini berposisi tinggi sebelah. Bagian selatan lebih tinggi dari bagian utara. Dan sudah bisa ditebak apa yang terjadi saat kami sedang bermain dan bola mencapai daerah tersebut. Seolah kami disuruh untuk “tidak usah susah-susah mengejar ke arah sana. Nanti juga bolanya datang di mari”.

Belum selesai dengan masalah miringnya lapangan, ada lagi masalah yang lumayan serius. Bagian utara lapangan hanya berjarak selemparan batu dengan tebing yang berakhir di laut. Pernah sekali atau dua kali kami tidak melanjutkan bermain bola hanya karena bola jatuh tepat di laut atau tersangkut di belukar yang ada di bibir jurang. Lapangan yang berbatu sebenarnya juga menambah sengsara kami untuk bisa bermain dengan khusyuk. Tapi karena faktor kebiasaan, justru lapangan yang membuat pantulan bola susah diprediksi inilah yang membuat kemampuan olah bola kami seperti di atas rata-rata pesepakbola lain pada umumnya.

Sesekali kami juga memanfaatkan daerah berpasir yang ada di bawah tebing, di dekat rumah warga di pinggir laut. Tentu saja dengan pengecualian, jika laut sedang surut dan waktu itu bertepatan sore hari. Sebab, jika dua kondisi ini tidak tercapai, sama aja bohong. Jika pasang, tentu saja tidak ada gunanya lapangan dadakan yang bahkan tergenang air sampai seperut itu. Kalo ngotot, malah bukan sepak bola namanya, lebih ke permainan bola air.

Sesekali kami juga memanfaatkan kedekatan dengan orang-orang di pulau seberang untuk meminjam lapangan mereka yang “lumayan”. Bukan yang terbaik, paling nggak lumayan rata. Masalah penuh bebatuan, tidak jadi soal. Hanya jatuhnya saja yang sesekali bisa bikin lutut dan siku berdarah-darah. Ya, tidak masalah.

Walau sebenarnya, masalah fasilitas ini kembali kepada otonomi daerah masing-masing, tetap saja rasa iri itu tidak bisa saya sembunyikan terhadap kondisi di Pulau Jawa ini. Bahwa jika pun otonomi daerah itu merata pembagiannya, tetap seperti tidak adil bagi kami.

Bayangkan biaya pembangunan sebuah lapangan kampung sampai tercipta macam di Lapangan Desa Geparang, Purwodadi, Purworejo. Atau Lapangan Desa Plumbon, Tawangmangu. Tentu biaya pembangunannya mungkin tidak akan sebesar biaya pembangunan untuk perbaikan lapangan di kampung kami. Di Lapangan Desa Geparang dan Lapangan Desa Plumbon itu sendiri saya yakin satu hal, bahwa lapangannya sedari awal sudah lapang, luas, dan tentu sangat minim dengan batu-batu kerikil, apalagi bebatuan yang sedikit lebih besar. Nah, di kampung saya? Ada anekdot lucu orang-orang kampung seperti ini, “kami lebih gampang melewati orang daripada melewati batu yang tersebar hampir di seantero lapangan.” Teman-teman saya juga seringkali berseloroh, “Ini bukan lapangan, ini tambang batu kapur”.

Baca Juga:

Manajemen Tolol Penyebab PSS Sleman Degradasi dan Sudah Sepatutnya Mereka Bertanggung Jawab!

Olahraga Lari Adalah Olahraga yang Lebih “Drama” ketimbang Sepak Bola

Pada akhirnya, saya mengamini banyak hal yang berkaitan satu sama lain sehingga kami di pelosok seperti tidak diberi akses kepada sepak bola yang lebih manusiawi. Tapi, kadang saya berpikir, memang sebaiknya seperti itu saja. Sebab, kebisaan kami di bidang olah kulit bundar justru berangkat dari ketidakhadiran fasilitas yang lebih baik.

BACA JUGA Membandingkan Jalan di Jogja, Surabaya, dan Wakatobi. Mana yang Lebih Mulus? dan tulisan Taufik lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 18 Desember 2020 oleh

Tags: Sepak BolatomiaWakatobi
Taufik

Taufik

Ide adalah ledakan!

ArtikelTerkait

persebaya

Persebaya Bukan AC Milan, Surabaya Bukan Napoli

20 Juni 2020
Fan klub sepak bola

Kesetiaan Fan Klub Sepak Bola Semenjana yang Bisa Bikin Pasangannya Tetap Nempel

21 Agustus 2019
Wakatobi Kejutan yang Menyenangkan bagi Orang Jawa (Unsplash.com)

Wakatobi Menawarkan Kejutan yang Menyenangkan bagi Orang Jawa

10 Agustus 2022
Piala Dunia U-20 Batal: Ketika Politisi Sok Jadi Pahlawan, Rakyatlah yang Jadi Korbannya, ganjar, koster

Piala Dunia U-20 Batal: Ketika Politisi Sok Jadi Pahlawan, (Impian) Rakyatlah yang Jadi Korbannya

31 Maret 2023
bahasa di wakatobi pelestarian lingkungan sepak bola bajo club wakatobi poasa-asa pohamba-hamba mojok

Poasa-asa Pohamba-hamba, Semangat Gotong Royong ala Masyarakat Wakatobi

9 November 2020
jadi presiden selama sehari lambang negara jokowi nasionalisme karya anak bangsa jabatan presiden tiga periode sepak bola indonesia piala menpora 2021 iwan bule indonesia jokowi megawati ahok jadi presiden mojok

Di Indonesia, Ganti Nama Klub Itu Semudah Membalik Telapak Tangan

19 Desember 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.