Beberapa waktu lalu, saya menulis artikel tentang memahami para kreator FB Pro. Saat itu saya berusaha adil, bahwa sekalipun konten mereka menyebalkan, tapi ya wajar karena memang mereka tak punya waktu atau dedikasi belajar konten sebagaimana konten kreator lain.
Tapi, saya makin ragu dengan pandangan saya sendiri. Sebab, kalau argumen saya benar, bahwa mereka tak punya waktu atau dedikasi belajar konten, kok yang saya temui itu kebalikannya ya.
Banyak kreator FB Pro yang jenis kontennya masih sama dari awal sejak dia memutuskan bikin konten. Konsistensi itu bagus kalau yang dipertahankan adalah kualitas yang memang sudah teruji. Tapi kalau konsisten gitu-gitu aja (untuk tidak mengatakannya jelek), jelas itu nggak bagus.
Ketika konten sejenis sudah masuk Instagram, barulah saya memahami keluh kesah orang lain yang terganggu dengan konten mereka. Sebab ya, saya pun terganggu.
Orang buta menuntun orang buta part 2
Di tulisan ini, saya bilang bahwa masalah FB Pro ini adalah orang buta menuntun orang buta. Alias, orang yang tak teruji kontennya, mengajarkan cara bikin konten teruji. Contohnya adalah, komen salam interaksi. Sumpah, saya masih nggak ngerti apa faedahnya komen kayak gitu.
Okelah, katanya biar konten kreator lain saling mengunjungi. Cara serupa sempat disarankan oleh Om Gondrong Labanan, kreator mancing paling fenomenal. Beliau bilang bahwa sering mengunjungi konten orang lain bakal bikin mereka berkunjung ke konten kita juga. Saling support lah intinya.
Tapi, perlu digarisbawahi bahwa Om Gondrong Labanan ini adalah kreator yang punya kualitas konten yang top. Oke, grafiknya jelas bukan yang terbaik. Tapi Om Gondrong selalu memberikan konten yang berkualitas. Misal, mancing di halaman depan rumah orang. Cuk, kepikiran kah koe mancing di tempat kayak gitu?
Om Gondrong niche-nya jelas. Market kontennya jelas, dan konsisten dalam bikin konten, serta memperbaiki kualitasnya secara berkala. Nah, kalian yang main FB Pro ini, kira-kira bisa nggak kayak Om Gondrong, yang sering interaksi, tapi juga fokus pada konten sendiri?
Kreator FB Pro baiknya kontemplasi
Sekarang, saya mau tanya lagi ke para kreator konten FB Pro: pernah nggak melihat para kreator yang udah sukses?
Jangan liat Deddy Corbuzier. Kapitalnya udah kuat. Kek, Garit Dewana deh. Dia di awal berdarah-darah bikin konten, konsisten, sampe utang buat beli alat yang bagus. Kreator yang lain kayak David di Sini juga begitu. Awalnya beli, jual, beli, jual. Dari awal banget. Kualitas seadanya, tapi modal. Abis itu upgrade.
Nah, itu yang sukses. Yang nggak sukses sekalipun kontennya bagus, buanyakkkkkkkkk. Itu huruf K saya kasih lebih karena emang buanyak yang gagal. Masih pada terseok-seok cari duit lewat konten. Padahal mereka usahanya nggak bisa dibilang sepele. Saya punya banyak kawan kayak gini, mereka dapat duit lumayan, tapi waktu merintis, ngeri betul wak.
Terus, saya balik nanya ke para kreator FB Pro: jika yang bikin konten buagus, alat gila, script jelas saja masih terseok-seok, lalu gimana ceritanya kalian yakin joget 10 detik tanpa konsep bisa bikin kalian kaya?
Meta memang kaya, tapi bukan berarti mau ngasih duit ke kalian-kalian ini.
Baiknya sih, kalian beneran belajar bikin konten ke kreator lain. Konten resep, memasak, memancing, gardening, tips memperbaiki barang rumah, asal digarap serius, bisa kok jadi duit. Nggak usah lah bikin konten jalan 10 detik, nggak jelas ngapain, dan pamer penghasilan yang nggak sampe 10 dolar itu.
Jadi kreator konten FB Pro dan kaya itu mungkin, mungkin banget. Tapi, jelas tidak dengan cara joget sadbor selama 10 detik dengan caption “digaji meta” dan “salam interaksi”. Nope, not a chance.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Bunda-bunda Kreator FB Pro Adalah Bukti Nyata Kalimat “Mulai Aja Dulu”