Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Lagu Bagimu Negeri: Musyrik?

Fatimatuz Zahra oleh Fatimatuz Zahra
19 Agustus 2019
A A
bagimu negeri

bagimu negeri

Share on FacebookShare on Twitter

Pertama dan yang utama masih dalam suasana perayaan hari kemerdekaan, saya mengucapkan dirgahayu Republik Indonesia yang ke-74 (bagi yang merayakan). Lho apa ada yang tidak merayakan? Ada dong, masyarakat bangsa lain yang memang tidak memiliki keterkaitan apapun dengan Indonesia dan beberapa pihak yang sebenarnya masih sangat bergantung pada Indonesia sebagai bangsa dan negara, tetapi bukannya turut bahu membahu mengisi kemerdekaan dengan kontribusi tetapi malah sibuk bikin huru hara yang sebenarnya nggak penting-penting amat.

Di saat anak SMA dari Kalimantan berhasil meramu obat yang berpotensi bisa menyembuhkan kanker, sineas muda Indonesia juga mulai mendapatkan apresiasi dari industri perfilman Amerika , dan kompetensi-kompetensi kreatif lain mulai muncul sebagai upaya mengisi kemerdekaan Indonesia yang sudah lebih dari setengah abad ini tetapi masih ada segelintir orang yang sibuk mengurus hal-hal yang sebenarnya baik-baik saja jadi masalah hanya karena penalaran mereka.

Contoh yang baru saja terjadi beberapa hari yang lalu, Gus Miftah membuat video di Instagram yang menceritakan bahwa beliau di-tag oleh sebuah akun yang menyatakan bahwa lirik lagu Bagimu Negeri pada bagian “bagimu negeri jiwa raga kami” ialah ajakan kemusyrikan yang bertentangan dengan ayat Alquran. Hal ini dikaitkan dengan ayat yang memiliki arti “…sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku untuk Allah SWT…” dan Gus Miftah seperti biasa menanggapi dengan santai bahkan menutup dengan pantun—Jaka Sembung naik taksi, nggak nyambung ya akhi~

Tapi kalau menurut saya itu bukan cuma nggak nyambung bahkan sesat pikir atau dalam bahasa yang lebih keren disebut logical fallacy. Di filsafat logika menjadi salah satu mata kuliah wajib yang dibebankan sampai empat SKS, hanya untuk memastikan bahwa kalimat demi kalimat yang akan diutarakan oleh calon Sarjana Filsafat tidak ngawur dan menjadi nirmakna—meskipun tidak selamanya bisa dipakai sebagai tolok ukur kebenaran setidaknya logika menuntun pada langkah yang lebih baik dalam hal mbacot mengkonstruksi kalimat.

Dalam logika, ada beberapa jenis kesesatan pikir yang sering digunakan seseorang dalam membangun sebuah argumen salah dua yang paling sering kita temui yaitu fallacy ad hominem dan fallacy dichotomy. Ad hominem ialah upaya melawan argumen seseorang dengan menyerang sisi pribadinya, bukan substansi argumennya—contoh: mengatakan “nggak usah ngomong agama deh, kamu aja masih suka dugem” pada seseorang yang sedang berpendapat mengenai ritual suatu agama. Selanjutnya ada fallacy dichotomy yaitu kesesatan pikir yang memaksakan untuk membagi dunia ini pada dua pilihan yang berseberangan dan menutup kemungkinan lain—misalnya : “kalau nggak cebong, berarti kampret” atau “kalau nggak bicara agama berarti anti agama” dan banyak lainnya. Pada kasus tuduhan syirik dalam lirik Bagimu Negeri ini, terjadi kesesatan pikir fallacy dichotomy, di mana tidak menyebut kata atau nuansa yang ada Allah-nya berarti syirik, pelakunya musyrik, maka haram, neraka tempatnya. Ngeri, kan?

Padahal di sana ada beragam pilihan lain untuk tidak memperlawankan Tuhan dan non-Tuhan. Misalnya memaknai lagu Bagimu Negeri sebagai ajakan untuk cinta kepada negara dan bagian dari kehidupan beragama pada aspek sosialnya atau bahasa yang sering digunakan di mimbar adalah hablum minannas. Atau kalau masih kurang sreg juga, coba baca lagi tafsir dari apa yang disebut nusuk (ibadah) dalam ayat yang ‘diperkosa’ untuk melawan Bagimu Negeri tersebut. Benarkah ibadah yang dimaksud hanya salat, ngaji, dan sebagainya yang secara dzahir terlihat sangat agamis? Bukankah banyak perintah dalam Alquran untuk menjaga persatuan dan kesatuan sebagai upaya mewujudkan masyarakat yang harmonis?

Saya jadi teringat pada pendapat Seyyed Hossain Nashr, seorang pemikir kenamaan yang pernah mengatakan bahwa radikalisme ialah sekulerisme yang lebih buruk dari sekuler itu sendiri. Mengapa demikian? Karena radikalisme cenderung memperlawankan bagian yang berkaitan dengan agama dengan yang non-agama sehingga memunculkan tudingan-tudingan tidak berdasar, ya fallacy dichotomy tadi itu. Selain itu, radikalisme seringkali mengagung-agungkan doktrin agama sekaligus memperkosanya menjadi sebuah alat menyeramkan untuk mengancam orang-orang yang tidak setuju dengan tafsir mereka. Sedangkan sekulerisme sebagai sebuah gerakan secara terang-terangan mengakui bahwa ada batasan yang dapat dibahas dari sisi agama dan ada yang tidak.

Contoh simpelnya begini, orang-orang sekuler tidak akan mau membawa bahasan agama ke meja kerja, karena menurut mereka agama ialah urusan keyakinan yang cukup dibawa sendiri atau di mimbar-mimbar agama. Orang radikal ketika ditanya, agama justru dijadikan alat untuk mematikan argumen lawan. Tidak mau mengakui bahwa tidak ada sesuatu yang tidak berkaitan dengan Tuhan, agama harus dibawa kemanapun tetapi ketika melihat yang berbeda dari tafsir mereka, akan mudah muncul tudingan-tudingan yang seolah-olah hendak mengatakan bahwa jalanmu sesat, tidak menuju Tuhan, jalanku yang menuju Tuhan.

Baca Juga:

5 Pekerjaan yang Bertebaran di Indonesia, tapi Sulit Ditemukan di Turki

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

Sebelum mengata-ngatai orang dengan sebutan musyrik hanya karena menggunakan simbol seperti bahasa, bendera, dan lain-lain yang dianggap mempersekutukan Tuhan atau bahkan menggantikan Tuhan. Sebelum berusaha menuduh siapa yang lebih musyrik, baiknya kita bersama-sama memerdekan pikiran terlebih dahulu dari tafsir-tafsir yang mudah menyumpah serapahi, yang tidak terbuka pada perbedaan. Karena sekali lagi, dan seterusnya kita harus ingat bahwa islam diturunkan sebagai rahmat, bukan laknat. (*)

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Terakhir diperbarui pada 4 Februari 2022 oleh

Tags: Gus MiftahIndonesiakemerdekaan indonesialagu bagimu negerimusyriknasionalisme
Fatimatuz Zahra

Fatimatuz Zahra

Sedang belajar tentang manusia dan cara menjadi manusia.

ArtikelTerkait

lewoeleng

Orang Lewoeleng dan Kebiasaan yang Bikin Rindu

20 Juni 2019
makanan pedas

Menanggapi Tulisan Kecap Manis yang Terdiskriminasi: Makanan Pedas Lebih Nikmat dengan Kemurnian Rasanya

4 Agustus 2019
Berdebat dengan Dosen yang Tak Mau Kalah Perihal 'NKRI Harga Mati' terminal mojok.co

Mencari Wajah Nasionalisme Kita

9 Agustus 2019
merah putih

Merah Putih Tetap Berkibar di Papua

2 September 2019
Cerita One Piece Nggak Bermasalah, tapi Terinspirasi dari Kisah Indonesia terminal mojok.co

Cerita One Piece Nggak Bermasalah, tapi Terinspirasi dari Kisah Indonesia

25 April 2020
3 Air Terjun di Indonesia yang Tidak Boleh Dikunjungi Calon Pengantin Terminal Mojok

3 Air Terjun di Indonesia yang Tidak Boleh Dikunjungi Calon Pengantin

28 Mei 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.