Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Kuntilanak, Hantu yang Lebih Pantas Dikasihani ketimbang Ditakuti

Paula Gianita Primasari oleh Paula Gianita Primasari
14 Juli 2022
A A
Kuntilanak, Hantu Film Horor yang Lebih Pantas Dikasihani ketimbang Ditakuti

Kuntilanak, Hantu yang Lebih Pantas Dikasihani ketimbang Ditakuti (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kalian takut dengan kuntilanak dan hantu perempuan sejenisnya gara-gara film horor? Kalau iya, saya akan beri pandangan lain yang bikin kalian nggak lagi takut. Justru, kalian akan jadi kasihan.

Kita lihat banyak banget film horor dengan hantu wanita. Seperti Sadako, Valak, Kayak, Mae Nak, dan tentu saja, kuntilanak. Daftar ini bisa makin panjang, tapi bukan itu intinya.

Di sini, seringnya, para hantu perempuan digambarkan sebagai korban sekaligus pelaku kejahatan. Sebuah paradoks tak terbendung yang berkembang di khalayak umum.

Kesadisan sekelompok hantu perempuan itu bahkan tidak hanya menuntut balas pada orang-orang penyebab kematian mereka. Lebih jauh lagi, beberapa hantu perempuan digambarkan sebagai entitas yang membabi buta dalam menghabisi manusia tanpa alasan jelas, juga tidak kenal ampun. Meski korbannya tak sampai kehilangan nyawa, para hantu perempuan kerap digambarkan gemar berbuat usil dan nakal pada manusia yang mungkin bisa membahayakan diri manusia tersebut.

Tengok saja bagaimana Si Manis Jembatan Ancol yang dikisahkan suka mengganggu orang di sekitaran wilayah kekuasaannya, terutama kepada pria. Atau juga cerita lawas Sundel Bolong yang hobi mengganggu pedagang. Jangan lupakan pula imej kuat Wewe Gombel yang gemar menculik anak kecil begitu senja tiba. Semua tindakan dan tipu muslihat mereka konon disebabkan oleh masa lalu kelam mereka sewaktu masih hidup.

Belum nemu kenapa mereka harus dikasihani? Oke, saya jelaskan.

Bayangkan, betapa kejamnya manusia terhadap para hantu perempuan tersebut. Sudah menderita semasa hidup, masih pula digambarkan sebagai sosok jahat setelah tak lagi berdaging. Sudah begitu, diusik dan dieksploitasi pula guna menghasilkan pundi-pundi rupiah melalui cerita memilukan serta cerita-cerita yang diragukan kebenarannya.

Bahkan ketika mati, kau tak segera menemukan hidup yang abadi. Terkatung-katung, dan murung. Sial mereka berlipat ganda.

Baca Juga:

Nonton Film Horor di Mall “Mati”: Pengalaman Unik di Mall Hermes Place Polonia Medan

Saya Muak dengan Industri Film Horor yang Hanya (Bisa) Mengeksploitasi Budaya Jawa Seolah-olah Seram dan Mistis

Padahal, masih banyak hantu laki-laki yang amat kejam. Tapi, tak jarang hantu laki-laki yang kejam itu digambarkan sebagai sosok yang “bisa diterima”. Antara mereka charming, punya masa lalu kelam yang somehow dibuat agar bisa diterima, atau mereka doing bad things for greater good.

Kalau dari jumlah, jelas hantu perempuan jauh lebih banyak ketimbang laki-laki. Kasihan, kan?

Pantas saja, kuntilanak, sebagai pentolan geng hantu perempuan yang paling populer di Nusantara, sering kedapatan menangis sekaligus tertawa di waktu yang hampir bersamaan. Bisa jadi, ia tengah menangisi betapa teganya manusia dalam memberdayakan dia beserta teman-temannya demi keuntungan pribadi. Mungkin juga ia menertawakan kebodohan manusia yang sok tau dengan kehidupan para hantu, padahal mati saja belum. Tak selayaknya kita takut terhadap mereka. Justru empatilah yang dibutuhkan oleh para perempuan yang menghuni dimensi lain tersebut.

Atau mungkin mereka menertawakan nasib mereka, sudah mati masih saja harus menderita, dieksploitasi sedemikian rupa. Dan mereka menangis, karena mereka selalu dianggap sebagai biang kerok masalah dan harus segera dimusnahkan. Mereka bahkan tak diberi kesempatan untuk membela diri, atau sekadar menjelaskan kenapa mereka bertindak seperti itu. Hidup menderita, mati apalagi. Siapa yang kuat, Bos?

Maka, sebaiknya kita nggak usah lagi takut kuntilanak. Justru, kita harus jadi pendengar yang baik dan memahami mereka. Hidup mereka begitu merana, lebih merana ketimbang kisah cintamu sing ora sepiro kui, Lur.

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kok Bisa Sih Takut Sama Pocong? Dia Kan Cuma Hantu yang Pengin Dibukain Talinya Doang

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Juli 2022 oleh

Tags: eksploitasiFilm Hororhantukuntilanak
Paula Gianita Primasari

Paula Gianita Primasari

Mahasiswa doktoral UNDIP jurusan Manajemen Pemasaran asal Semarang.

ArtikelTerkait

Persatuan Dukun Nusantara yang Bikin Bingung Cuma dari Namanya terminal mojok.co

Berbeda-beda tapi Tetap Hantu Juga

11 Februari 2020
Memori Tubuh Kami oleh Fadiyah Alaidrus: Menghadapi Diskriminasi dan Eksploitasi Seksual

Memori Tubuh Kami oleh Fadiyah Alaidrus: Menghadapi Diskriminasi dan Eksploitasi Seksual

Ingin Renovasi Rumah Angker dan Horor? Ini Estimasi Volume dan Biayanya

Ingin Renovasi Rumah Angker dan Horor? Ini Estimasi Volume dan Biayanya

21 Agustus 2024
Nonton Film Horor di Mall Mati Pengalaman Unik di Mall Hermes Place Polonia Medan

Nonton Film Horor di Mall “Mati”: Pengalaman Unik di Mall Hermes Place Polonia Medan

3 November 2025
Relasi Orang Kota dan Desa yang Monoton dalam Film Horor Indonesia

Relasi Orang Kota dan Desa yang Monoton dalam Film Horor Indonesia

24 Mei 2022
3 Film Horor Terbaik yang Tak Sekadar Mengandalkan Jump Scare Terminal Mojok

3 Film Horor Terbaik yang Tak Sekadar Mengandalkan Jump Scare

3 Desember 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.