Staf TU yang tidak ada ramah-ramahnya
Saya tau lelah dan banyaknya tugas seorang staf TU. Hal itu karena saya juga bekerja sebagai staf TU di sebuah SLTA swasta di dekat rumah. Pekerjaannya memang melelahkan, siswa-siswi nggak semuanya sopan dan tau aturan. Tapi itu memang tugas kita untuk melayani dan memberikan bantuan. Namanya juga staf, bukan debt collector yang kerjanya nagih tanggungan.
Mbok ya senyum dikit kenapa. Dikasih opsi lain yang bisa diperjuangkan napa. Jangan langsung disuruh ngurus surat izin cuti kuliah S2 dan memupus semangat belajar mahasiswa. Kita berkuliah biar bisa dapat masa depan yang lebih cerah. Yang staff bisa jadi pegawai tetap, yang honorer bisa jadi PNS.
Di SLTA, kalau ada yang tidak mampu melunasi pembayaran, bisa diberi keringanan dengan mencicil, bisa juga diarahkan ke Kantor Desa untuk memperoleh rekomendasi sehingga bisa didaftarkan program pemerintah untuk biaya pendidikannya. Lha ini?
Kuliah S2 bukan cuma soal mental, tapi kesiapan keuangan
Maka, saya sampai kepada kesimpulan. Kuliah S2, atau S1 pun, sama saja. Bukan hanya soal kemauan dan kesiapan menghadapi dosen yang suka menghilang dan susah dihubungi ketika sedang dibutuhkan. Kuliah, terlebih pascasarjana dan seterusnya itu juga soal kesiapan keuangan. Kesiapan membayar berbagai tagihan dan donasi pendidikan. Sehingga, kita tidak ribet mengurus berbagai administrasi yang dibutuhkan dan bertemu dengan staff TU yang pelit senyuman.
Ya, beginilah kenyataan hidup. Kalau nggak nambah kerjaan, ya dikerjain. Angeleee.
Penulis: Agus Miftahorrahman
Editor: Rizky Prasetya