Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Kualitas Pendidikan yang Merata Lebih Penting ketimbang Seragam Sekolah Baju Adat

Erma Kumala Dewi oleh Erma Kumala Dewi
13 Oktober 2022
A A
Kualitas Pendidikan yang Merata Lebih Penting ketimbang Seragam Sekolah Baju Adat

Kualitas Pendidikan yang Merata Lebih Penting ketimbang Seragam Sekolah Baju Adat (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Seragam sekolah, agaknya, jadi perhatian yang lebih penting ketimbang kualitas pendidikan yang merata di Indonesia.

Ini dibuktikan oleh Permendikbud No. 50 tahun 2022 yang mengatur perihal seragam sekolah jenjang SD-SMA. Aturan ini berisi penambahan seragam khas sekolah dan pakaian adat dalam seragam murid-murid nanti. Jadi nantinya adik-adik di sekolah akan punya 4 jenis seragam yaitu seragam nasional, pramuka, seragam khas sekolah, dan baju adat.

Padahal zaman saya sekolah dulu, seragamnya udah banyak. Ada seragam putih-putih—yang saya nggak habis pikir kenapa diciptakan, seragam nasional yang berbeda di tiap jenjang pendidikan, batik sekolah, seragam olahraga, dan seragam pramuka. Belum lagi ditambah jas almamater dan jas lab untuk praktikum. Itu pun selalu wajib beli di sekolah. Untung sekarang kebijakan jualan seragam udah dilarang.

Menurut opini saya, aturan ini sangat nirfaedah. Buat apa sih pemerintah ngurusin seragam segala? Lebih ribet pula. Masih banyak loh urusan lain yang lebih penting dan mendesak buat diurus. Buat warga yang tinggal di daerah dengan kentalnya budaya adat, mungkin peraturan masuknya baju adat ke seragam sekolah ini bukanlah masalah berat.

Misalnya saja Jogja yang sudah menerapkan aturan menggunakan baju adat tiap Kamis Pahing dan hari besar tertentu. Atau Bali yang saat sembahyang memang menggunakan baju adat. Di daerah lain yang nggak saya tau mungkin aturan pakai baju adat ini juga sudah diterapkan jauh-jauh hari. Tapi, saya yakin masih lebih banyak yang asing dengan aturan ini daripada yang sudah menerapkan.

Memang aturan ini terlihat menyenangkan. Pada akhirnya siswa berkesempatan pakai baju bebas ke sekolah walaupun jarang-jarang. Sekolah jadi kelihatan warna-warni seperti mau pawai. Soalnya ada juga tipikal siswa yang kurang suka pakai seragam ke sekolah karena terlihat monoton. Tapi, di balik keriangan para siswa menyambut peraturan ini, pasti ada orang tua yang dibikin mumet.

Mewajibkan penggunaan baju adat ke sekolah sangat berpotensi membebani ekonomi keluarga. Nggak masalah kalau orang tuanya punya duit yang turah-turah. Lha kalo pas-pasan piye? Tau sendiri kan ekonomi lagi susah. Harga BBM dan kebutuhan pokok pada melonjak, ditambah ada ancaman resesi tahun depan. Nggak semua keluarga peduli dengan pengadaan baju adat di keluarganya. Kalau kondangan ya bisa pakai baju apa aja yang penting pantes, nggak harus berkebaya.

Saya ambil contoh dari yang saya lihat saja. Waktu peringatan Kartinian di sekolah, tetangga saya pada kelabakan minjem kebaya sana-sini untuk anaknya, berusaha keras untuk nggak nyewa karena harganya lumayan. Kalau misalnya aturan ini jadi dieksekusi, kasian kan mereka harus terpaksa mengadakan baju adat di rumahnya biar nggak bingung nyari pinjaman terus. Lagi pula, penerapan aturan ini berpotensi menunjukkan kesenjangan antar para siswa. Bisa jadi hari berbusana adat menjadi ajang OOTD para siswa, yang ujungnya membuat siswa kurang mampu jadi minder.

Baca Juga:

Dosa Jurusan Pendidikan yang Membuat Hidup Mahasiswanya Menderita

Sekolah Swasta Gratis, Ide Gila yang Bisa Bikin Pendidikan Makin Miris

Di sisi lain jauh di daerah pelosok sana, yang keberadaannya saja sering kali tidak kita ketahui, seragam masih menjadi barang mewah. Saya melihat sendiri dengan mata kepala saya, betapa adik-adik di Pulau Moa pergi sekolah dengan baju dan perlengkapan seadanya. Nggak semua siswa bisa pakai seragam dan bersepatu. Bisa pergi sekolah saja sudah sangat bersyukur. Setimpang itu pendidikan (dan tentu saja, ekonomi) kita. Menurut saya, pemerataan pendidikan semacam ini lebih penting untuk dipikirkan daripada urusan seragam.

Saya nggak tau seberapa ketat pemberlakuan peraturan ini di lapangan. Dalam pasal yang mengatur pakaian adat sih tertulis, “Pakaian adat digunakan peserta didik pada hari atau acara adat tertentu.” Bisa jadi sebulan sekali seperti di Jogja, setiap hari jadi daerah, dan sebagainya. Kalau seminggu sekali sih rasa-rasanya kok kebangetan.

Walaupun digunakan secara seremonial, menurut saya peraturan ini tetap memberatkan. Pasalnya saat saya sekolah dulu nggak ada aturan seragam sekolah pakai baju adat untuk Kartinian, 17-an, atau HUT Kota Malang. Dengan terbitnya aturan ini, setidaknya penggunaan baju adat akan diadakan beberapa kali dalam setahun, entah berapa kali persisnya yang jelas akan lebih sering daripada sebelum-sebelumnya. Semoga saja sekolah bisa lebih bijak buat ngasih kelonggaran pada siswanya agar tidak memberatkan.

Lagi pula, kalau tujuannya untuk menanamkan rasa bangga peserta didik pada budaya daerah, saya rasa pelajaran muatan lokal Bahasa Daerah saja sudah cukup. Malahan hasilnya lebih konkret. Pelajaran Bahasa Daerah bisa saja dibuat bukan sekedar mengajarkan bahasa, tapi sekaligus merangkum nilai-nilai kebudayaan lokal entah unggah-ungguh, pengetahuan soal, upacara adat, dan sebagainya.

Bukannya saya tidak cinta budaya nih, menurut saya kecintaan terhadap budaya lokal tidak sesempit persoalan menggunakan atribut kedaerahan. Menghayati dan mengamalkan nilai-nilai budaya adalah hal yang lebih esensial untuk dilakukan dalam rangka menjaga kelestarian budaya daerah. Buat apa sih pakai baju adat kalau manusianya aja nggak ngenal adat? Pun perubahan aturan soal seragam ini nggak berkontribusi apa-apa sama kemajuan pendidikan Indonesia.

Saya tahu, beberapa kali Kemendikbud berkali-kali mengeluarkan aturan untuk memperbaiki kualitas pendidikan kita. Dan saya mengapresiasi hal tersebut. Namun, harus saya katakan bahwa aturan seragam sekolah ini jadi kontraproduktif. Semestinya, fokusnya tetap kepada peningkatan kualitas. Dasar-dasar harus lebih diperkuat. Ya pondasi memang wajib kuat kan?

Sekarang kalau mau pendidikan yang bagus itu mahal, apa-apa diduitin. Kalau ditambah urusan seragam yang ribet, maka semakin banyak saja beban orang tua. Sudahlah, fokus saja meningkatkan kualitas pendidikan daripada repot-repot ngurusin seragam.

Penulis: Erma Kumala
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Bullying Masih Subur karena Sekolah Lebih Fokus Ngurusin Rambut dan Kaos Kaki

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Oktober 2022 oleh

Tags: baju adatmerataPendidikanseragam sekolah
Erma Kumala Dewi

Erma Kumala Dewi

Penggemar berat film kartun walaupun sudah berumur. Suka kulineran dan kekunoan.

ArtikelTerkait

Meme ‘Nggak Bisa Basa Enggres’ dan Latahnya Kita dalam Belajar Bahasa Inggris terminal mojok.co

Belajar Bahasa Inggris Jangan Dibuat Runyam

2 Maret 2021
Logo Tut Wuri Handayani dan Tebakan Makna Filosofisnya terminal mojok.co

Logo Tut Wuri Handayani dan Tebakan Makna Filosofisnya

16 November 2021
Guru Honorer Tetap Mengajar dengan Gaji Kecil Bukanlah Pengabdian, Itu Terjebak Keadaan Mojok.co

Guru Honorer Tetap Mengajar dengan Gaji Kecil Bukanlah Pengabdian, Itu Terjebak Keadaan

8 Desember 2023
Begini Rasanya Jadi Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam, Jurusan yang Lulusannya Bisa Jadi Kepala Sekolah

Begini Rasanya Jadi Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam, Jurusan yang Lulusannya Bisa Jadi Kepala Sekolah

8 Februari 2023
dilarang kuliah

Di Kampung Saya, Anak Mudanya Terancam Dilarang Kuliah

26 Juli 2019
kangen sekolah MOJOK.CO

Kangen Sekolah Bukan Berarti Kangen Belajarnya

14 Juli 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.