Krim Kelly, si Jadul yang Sering Difitnah Mengandung Merkuri

andaikan krim kelly bisa ngomong terminal mojok

Kelly Pearl Cream atau biasa akrabnya dipanggil Kelly doang ini sudah saya kenal dari zaman SD. Setelah memakai krim Nivea dan sebelum bedakan, Mamah saya selalu memakai krim Kelly terlebih dulu. Pun dari saya SD hingga sekarang, kemasan krim Kelly ini nggak ada bedanya. Mungkin kalau Kelly ini jadi orang, doi tipikal manusia setia. Sama kayak Kak Seto dengan model rambutnya, dan sama juga kayak kita yang terus-terusan nggak berubah memanggil blio dengan sebutan “Kak”. Harusnya sudah panggil “Kek” nggak, sih? Ehehehe.

Berkaca dari Mamah, awal mula saya belajar dandan pun saya menggunakan apa yang biasa saya lihat darinya. Gincu Arab, celak, dan termasuk Kelly. Awalnya saya hanya coba-coba, tapi kemudian kok malah enak. Akhirnya saya ketagihan. Di tengah modernisasi dunia per-makeup-an Tanah Air, saya tetap memilih krim Kelly. Kenapa? Ya karena murah banget, dong. Apalagi coba alasan saya?!

Hingga suatu ketika, saat saya tengah KKN (yang otomatis tinggal serumah ramai-ramai dengan anak kelompok), seorang teman nyeletuk, “Ndi, jangan pakai Kelly. Bahaya!” Saya yang lagi siap-siap mau pupuran rada syok. “Hah? Bahaya gimana?” tanya saya. Teman saya hanya menjawab, “Iya, ada merkurinya!”

Ebuset, bak tersambar geledek saya kaget. Serius nih ada merkurinya?

Setelah ditodong pernyataan menohok itu, saya berusaha mencari tahu apakah benar krim Kelly mengandung merkuri. Dulu, belum ada tuh kanal YouTube-nya dr. Richard Lee dan dokter-dokter estetik lainnya yang mengedukasi seputar skincare. Saya googling, baca-baca artikel, cek nomor BPOM, tapi kok ya petunjuknya mengarah semua ke konklusi kalau krim Kelly itu aman digunakan. Siapa manusia pertama yang menyebarkan rumor kejam kalau Kelly ini bermerkuri coba?

Sampai suatu hari saya menemukan sejelas-jelasnya penjelasan bahwa Kelly Pearl Cream yang diisukan bermerkuri sama sekali TIDAK BERMERKURI. Capslock jebol, noh.

Jika kalian cek nomor POM-nya, Kelly ini terdaftar. Otomatis jelas sudah keamanannya untuk digunakan. Dan, jika kalian mau meninjau ulasan dr. Richard Lee terhadap Kelly Pearl Cream ini, beuh… jelas banget, Cuk, kalau Kelly ini aman, no debat!

Alasan mengapa isu miring Kelly bermerkuri ini tiada lain karena hargannya. Krim Kelly ukuran 15gr saja cuma dibanderol kisaran 7 ribu perak. Bayangin dah tuh, lo pegang 10 rebu aja masih ada kembaliannya?! Like… for real??? Mangga, waktu dan tempat dipersilakan kepada Sisca Kohl.

Padahal nih, menurut penjelasan dr. Richard Lee (lagi-lagi saya kutip dari beliau, karena beliau salah satu dokter kecantikan dengan nama cukup santer di Tanah Air), yang menjamin keamanan suatu produk adalah komposisinya. Kita nggak bisa lihat cuma dari harganya saja. Sudahlah, pokoknya yang jadi tolok ukur paling utama adalah komposisinya. Dan, komposisi si Kelly ini sama sekali nggak mengandung merkuri.

Krim yang harganya mihil tapi ternyata abal-abal, ada. Yang murah tapi aman, ya juga ada. Jadi, jangan jadikan harga sebagai acuan keamanan suatu produk. Kejelian kita harus diuji sampai pada kolom tulisan komposisi. Mau bagaimanapun, yang relatif itu harga, sementara komposisi itu mutlak statusnya.

Sudah ya Kelly, jangan sedih lagi. Sudah aku bantu melalui tulisan ini. Semoga nggak ada lagi menungsa-menungsa yang bilang kamu bermerkuri. Cup, cup, cup, sini peyuk duyu~

Duh, lambemu, lambemu. Seenak udel aja nuduh Kelly bermerkuri. Nggak habis thinking dah aing.

“Jangan mentang-mentang kamu kaya, seenaknya saja ngejatuhin harga diri orang lain!” tegas Kelly di suatu kesempatan saat bermonolog di depan kaca. “Yang nuduh aku bermerkuri, semoga dibalas sama Allah.” (((menangis dalam hati)))

Sumber Gambar: YouTube Crisell Easter

BACA JUGA Nggak Usah Sok-sokan Pakai 10 Step Korean Skincare Routine kalau CTMP Aja Belum Khatam! dan tulisan Nuriel Shiami Indiraphasa lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version