Orang Jogja pasti sudah banyak yang tahu kalau Kotabaru dulunya adalah kawasan pemukiman Eropa khususnya para tuan Belanda. Walaupun ada juga sebenarnya beberapa kawasan pemukiman orang londo lain yang ada di Jogja, tapi entah kenapa Kotabaru lebih terkenal daripada kawasan lain dan sampai sekarang nggak hilang kesannya sebagai wilayah elit di Jogja.
Kawasan ini dulunya memang disediakan untuk orang londo yang saat itu adalah warga kelas satu. Ini merespons pemukiman Belanda lain terutama yang ada di kawasan Kraton Jogja yang sudah penuh. Pihak Belanda ingin ada pemukiman yang lebih eksklusif dan punya fasilitas yang lengkap untuk mereka. Dibangunlah pemukiman baru di utara Kraton tepatnya di sisi timur Sungai Code. Makanya namanya adalah Kotabaru atau bahasa Belandanya Nieuwe Wijk, karena memang itu adalah kawasan pemukiman yang baru.
Pemukiman di Kotabaru Jogja ini menerapkan konsep garden city, terlihat dengan adanya boulevard yang sekarang jadi Jalan Suroto. Bangunanya bercorak indies yang sangat tertata. Bukti kerapian dan kokohnya bangunan-bangunan di Kotabaru masih dapat kita lihat sampai sekarang. Fasilitas umum yang ada di Kotabaru pun bukan kaleng-kaleng pada masa itu. Satu kawasan yang sebenarnya nggak terlalu luas cuma 70 hektare, tapi punya fasilitas umum yang komplit pake banget. Ini mungkin yang bikin kawasan Kotabaru lebih terkenal daripada kawasan londo lainnya.
Dua rumah sakit
Yang pertama, ada rumah sakit yang nggak cuma satu tapi ada dua. Yaitu Petronella Hospitaal yang sekarang jadi RS Bethesda dan Militair Hospitaal yang sekarang jadi RS DKT. Rumah sakit ini dulunya dekat sama fasilitas keamanan dan militer Belanda yaitu Politie Posthuis dan gudang senjata atau Magazijnen van Oorlog yang sekarang juga jadi aset TNI AD. Selain rumah sakit, juga ada beberapa klinik.
Selanjutnya tentu ada sarana pendidikan. Ada Gouvernement Europeesche Lagere School atau SD negeri untuk orang Eropa yang sekarang jadi SD Ungaran, ada juga Normaalschool voor Inlandsche Onderwijzerssen atau sekolah guru pribumi yang sekarang adalah SMP 5 Yogyakarta, AMS atau sekolah setingkat SMA yang sekarang adalah SMA 3 Yogyakarta, kemudian ada Christelijke MULO atau sekolah katolik setingkat SMP yang sekarang jadi SMA Bopkri 1, dan Kweekschool voor Inlandsche Christelijke Onderwijzen dan Keuchenius School atau sekolah kejuruan guru katolik untuk pribumi yang sekarang jadi UKDW.
Kemudian ada juga sarana ibadah yaitu Nieuw Wijk Katholieke Kerk atau Gereja Katolik Santo Antonius Padua yang satu komplek sama Noviciaat en Pastorie Kolsani atau Kolese Santo Ignatius dan Canisius seminarie atau sekarang Sekolah Tinggi Kateketik. Kemudian juga ada gereja protestan yaitu Gereformeerde Kerk Djogja yang sekarang jadi Gereja HKBP Yogyakarta. Dulu zaman Belanda sudah pasti belum ada Masjid Syuhada karena baru ada setelah Indonesia merdeka. Dulunya di tempat yang sekarang jadi Masjid Syuhada itu adalah Oudheden Museum.
Sebagai kawasan pemukiman elit nggak lengkap kalau nggak ada sarana olahraganya. Di Kotabaru Jogja ada Bijleveld Stadion yang sekarang jadi Stadion Kridosono berupa voetbal terrein atau lapangan sepakbola, tennis terrein atau lapangan tenis, dan Zwembad Djogja yang sekarang bernama kolam renang Umbang Tirta. Warga Jogja pasti sudah kenal sama Stadion Kridosono yang sekarang lebih sering jadi venue konser ketimbang menggelar pertandingan bola.
Jalan Kotabaru yang rapi
Selain itu, Kotabaru Jogja juga punya jaringan jalan yang rapi dan punya nama yang seragam pakai nama-nama gunung seperti Merapilaan, Merbaboelaan, dll., di mana pada zaman itu belum lazim penggunaan nama jalan. Jaringan air minum dan drainasenya juga top. Soal jaringan listrik juga nggak kalah keren. Ada Gaerdoe Aniem Faridan atau Babon Aniem yang ikonik yang dulunya adalah gardu listrik yang mengalirkan listrik ke seluruh penjuru Kotabaru.
Kotabaru sekarang jadi kawasan yang sarat sejarah di Kota Jogja. Beberapa bangunan menjadi cagar budaya dan dijaga keasliannya. Nggak sampai situ, Pemerintah Kota Jogja lewat Dinas Pariwisata belakangan ini cukup gencar menjadikan kawasan Kotabaru sebagai destinasi wisata baru di Jogja. Beberapa kali Dinas Pariwisata Kota Jogja mengadakan event-event yang bertujuan mengenalkan potensi Kotabaru untuk masyarakat Jogja sendiri dan wisatawan.
Nggak hanya seputar wisata sejarah saja, tapi juga potensi wisata lain. Bahkan juga sampai sport tourism seperti event lari bertajuk Tour de Kotabaru yang sudah terselenggara beberapa tahun terakhir. Menurut saya ini adalah langkah yang sangat baik mengingat pariwisata Kota Jogja yang terlalu terpusat sama Kraton dan Malioboro saja. Lagipun ini juga langkah agar generasi muda Jogja tidak melupakan sejarah kotanya sendiri. Setiap hari lewat Kotabaru dan Kridosono tapi nggak tahu sama sejarahnya, kan malu-maluin.
Sumber gambar: Biro Wisata Jogja
Penulis: Rizqian Syah Ultsani
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kotabaru, Permukiman Orang-orang Eropa yang Dibangun Bukan dengan Patokan Arah Angin