Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Kota Purwokerto Kini Semakin Kehilangan Identitasnya sebagai Kota Tua yang Eksotis

Santhos Wachjoe P oleh Santhos Wachjoe P
20 Januari 2024
A A
Kota Purwokerto, Kota Tua yang Kehilangan Sisi Eksotisnya (Unsplash)

Kota Purwokerto, Kota Tua yang Kehilangan Sisi Eksotisnya (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Siapa yang tidak mengenal Kota Purwokerto? Dulu, banyak orang mengenalnya sebagai kota keripik yang berlokasi di lereng Gunung Slamet. Jangan meragukan keindahan alam Purwokerto. Dari ujung barat ke timur, atau dari sisi utara yang “dijaga” dengan gagah oleh Gunung Slamet, ke sisi selatan yang dihiasi aliran Sungai Serayu.

Bagi para pendaki gunung, kiranya Gunung Slamet pasti sudah menjadi salah satu “jujugan” utama. Gunung setinggi kurang lebih 3.416 meter dari permukaan air laut, menawarkan keindahan flora dan juga fauna yang menawan. Para pendaki senior tentu sudah tidak asing lagi dengan keberadaan bunga edelweis yang indah di sepanjang pendakian. 

Menengok ke sisi selatan Purwokerto, kamu akan menemukan aliran Sungai Serayu yang bersumber dari mata air di wilayah Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Di sana berdiri juga Bendung Gerak Serayu. Dulu, adalah Presiden kedua RI, Bapak H.M. Soeharto yang meresmikannya.

Dari sisi barat hingga ke timur, “benteng pegunungan” yang melingkari Purwokerto sangat memanjakan mata. Bentang pegunungan ini melintasi Kabupaten Brebes di barat hingga Kabupaten Kebumen di sisi timur. 

Akan tetapi, dari segala keindahan dan pesona di atas, kiranya ada hal yang berubah dan memang harus berubah. Meskipun, pada akhirnya, menghilangkan ciri khas Purwokerto sebagai Kota Tua yang membuat setiap warganya yang merantau selalu rindu untuk pulang. Termasuk saya.

Kota Purwokerto sebagai kota pensiunan

Saya lahir di Jakarta pada tahun 1972. Namun, menginjak usia 1 bulan, saya pindah ke Purwokerto bersama kakek. Sementara itu, orang tua dan adik saya tetap di Jakarta. Namun, keberadaan kakek dan nenek kiranya agak bisa mengganti keberadaan orang tua kandung.

Sejak saya masih kecil, sudah banyak yang mengenal Purwokerto sebagai kota pensiunan. Maklum, hampir setengah dari penduduk saat itu adalah pensiunan, baik PNS sampai TNI. 

Banyak orang tua yang bercerita bahwa Purwokerto adalah kota yang nyaman untuk pensiun. Buktinya, di sepanjang jalan tempat rumah saya berada, 70% penduduk adalah warga pensiunan. Saya dan keluarga tinggal di Jalan Mas Cilik (dahulu disebut Gang Mas Cilik. Di sini, mereka hidup tenang, tanpa terburu-buru. Pokoknya hidup santai menikmati hari tua. 

Baca Juga:

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Keadaan mulai berubah di awal periode 1990-an ketika saya mulai kuliah di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Saat itu, semakin banyak pendatang dan semakin banyak warga pensiunan yang meninggal. Purwokerto berubah, bukan lagi menjadi kota pensiunan. 

Semakin banyak anak muda yang kuliah di Purwokerto. Kota ini memang semakin berkembang. Namun, para warga seakan-akan jadi “tergesa-gesa” tanpa bisa menikmati hidup.

Kota tua yang eksotis

Sekitar awal periode 1980-an, masih banyak bangunan dan rumah tua peninggalan Belanda. Meski rata-rata sudah berusia di atas 100 tahun, bangunan tua itu masih kokoh berdiri. Rata-rata, bangunan tersebut berdiri di antara tahun 1950-1960.

Salah satu bangunan yang sangat terkenal di Purwokerto adalah Villa Krandji. Rumah peninggalan Belanda ini terletak di tepi selatan Jalan Jenderal Sudirman. Villa Krandji adalah ikon kota, bersama bangunan tua lainnya yang sudah tergerus oleh perkembangan zaman.

Saat ini, ruko memadati sepanjang Jalan Jenderal Sudirman. Padahal, sampai 1997, saya masih ingat, di depan Alun-Alun Kota yang sekarang berdiri sebuah mall, dahulu ada gedung bioskop dengan nama Bioskop Garuda. Bioskop Garuda menjadi satu-satunya gedung bioskop yang memiliki balkon seperti layaknya gedung kesenian di Eropa yang masih tersisa di Jawa Tengah.

Menurut cerita simbah, dulu Bioskop Garuda merupakan gedung kesenian. Gedung ini menjadi pusat berbagai jenis kegiatan seni. Adalah Karesidenan Banyumas, meliputi Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Cilacap yang mengadakan. Selanjutnya, Gedung Kesenian Sutedja di Pasar Manis menggantikan Gedung Garuda sebagai pusat kegiatan budaya. Gedung Sutedja dibangun untuk mengenang dan menghormati tokoh budaya Banyumas pada masa lalu.

Baca halaman selanjutnya

Sisa peninggalan Belanda

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 25 November 2025 oleh

Tags: Bendung Gerak Serayujawa tengahkota pensiunankota purwokertokota tua purwokertopurwokertosroto sokaraja
Santhos Wachjoe P

Santhos Wachjoe P

Seorang pengelana dan penjelajah kota di Indonesia.

ArtikelTerkait

3 Daerah di Semarang yang Nggak Cocok bagi Perantau, Jangan Tinggal di Sini kalau Mau Aman

3 Daerah di Semarang yang Nggak Cocok bagi Perantau, Jangan Tinggal di Sini kalau Mau Aman

26 Agustus 2024
5 Tempat Main Gratis di Area Kampus Unsoed Purwokerto yang Jarang Disadari Mahasiswa

5 Tempat Main Gratis di Area Kampus Unsoed Purwokerto yang Jarang Disadari Mahasiswa

17 April 2025
3 Keunikan Ambarawa yang Tidak Dimiliki Kota Lain Terminal Mojok

3 Keunikan Ambarawa yang Tidak Dimiliki Kota Lain

16 Agustus 2022
Kecamatan Kepil, Jalur Penghubung Wonosobo-Magelang yang Mengancam Nyawa Pengendara

Kecamatan Kepil, Jalur Penghubung Wonosobo-Magelang yang Mengancam Nyawa Pengendara

19 Oktober 2023
4 Hal yang Bisa Kalian Capai di Usia 22 Tahun selain Jadi DPRD Jateng Mojok.co

4 Hal yang Bisa Kalian Capai di Usia 22 Tahun selain Jadi DPRD Jateng

9 September 2024
Kecamatan Kaliwungu Semarang, Anak Tiri yang Jauh & Terasing (Unsplash)

Kecamatan Kaliwungu Semarang, Anak Tiri Kabupaten yang Malah Lebih Akrab dengan Boyolali

12 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.