Konten rekomendasi kota untuk slow living sedang ramai di media sosial. Salah satu kota yang masuk dalam daftar rekomendasi adalah Kota Malang. Menurut Wikipedia, slow living adalah gaya hidup yang mendorong pendekatan yang lebih lambat terhadap aspek kehidupan sehari-hari, yang melibatkan penyelesaian tugas dengan santai.
Saya tidak mendukung atau menolak gaya hidup seperti ini. Yang mengusik saya adalah ketika Kota Malang masuk dalam daftar kota yang cocok untuk slow living.
Katanya, Kota Malang cocok karena udaranya masih sejuk, harga masih murah, orangnya santai, dan punya banyak tempat wisata. Katanya, sih, begitu.
Bayangan orang tentang Kota Malang
Banyak orang suka menggambarkan Kota Malang dengan kalimat dan konten yang indah. Misalnya, konten Malang setelah hujan, romantisasi tempat wisata, estetika coffee shop, udara yang dingin nan syahdu, sampai kehidupan malam di sini.
Ah, sungguh indah dan menarik sekali. Sudah begitu, banyak konten yang menggambarkan nyamannya hidup di sini. Pokoknya hal-hal yang membuatnya bangga, serasa berada di dalam surga dunia.
Namun, melihat dengan mata sendiri, merasakan sendiri, segala hal yang “indah-indah” itu nggak sepenuhnya “indah”.
Baca halaman selanjutnya: Nggak cocok buat slow living, karena di sini slow motion.