Sebagai orang yang pernah singgah agak lama di Jogja, saya selalu tertarik membahas sisi “abu-abu” dari kota ini. Jadi, kalau mau mencari lebih jauh, sebenarnya ada banyak hal yang bikin heran karena memprihatinkan. Salah satunya adalah fenomena menjamurnya kos LV.
Singkatan LV dari istilah kos LV punya kepanjangan “Las Vegas”. Istilah ini merujuk ke sebuah kos yang mewah dan bebas. Yah, pembaca pasti sudah tahu arahnya ke mana. Nah, yang seperti ini sebenarnya menjadi sisi lain dari Jogja. Cuma, saya rasa kurang sering kita bahas. Memang semacam jadi area “abu-abu” dari sebuah kota budaya.
Daftar Isi
Kos LV di Jogja jadi culture shock bagi saya
Beberapa tahun yang lalu, fenomena kos LV di Jogja ini menjadi culture shock bagi saya. Sebelumnya, ketika sekolah di Malang, saya belum menemukan fenomena ini. Mungkin sekarang, sih, sudah ada. Tapi belum banyak kita perbincangkan saja. Nah, setelah selesai kuliah di Malang, saya baru menemukan fenomena ini di Jogja.
Dulu, ketika mencari kos di Jogja, saya tidak punya kriteria tertentu. Pokoknya yang nyaman, saya rasa cukup.
Nah, saya ingat persis ketika mau survei sebuah kos, si bapak kos dengan tegas bilang gini: “Tidak boleh ada tamu lawan jenis.”
Eh, sesaat kemudian, ada seorang wanita keluar dari lorong kos bersama pria. Saat itu, saya menduga si pria adalah pasangannya. Ketika melewati saya, dia menyapa bapak kos dengan senyum lebar.
Lah, bapak kos ikut tersenyum. Saya hanya terdiam. Saya heran, ini sebenarnya tamu cewek dilarang atau tidak, sih? Namun, setelah agak lama di sana, saya jadi maklum. Ternyata, saya kos yang survei adalah kos LV. Sungguh sebuah kebetulan.
Yang saya lihat langsung di sana
Selama menghuni kos LV di Jogja, saya sering melihat tetangga kos membawa tamu lawan jenis ke kamar. Mereka menutup pintu rapat-rapat, seolah ingin menyembunyikan sesuatu dari dunia luar.
Beberapa kali saya mendengar mereka memutar lagu dengan suara keras. Seakan-akan sedang menyamarkan sesuatu. Ah, kamu pasti tahu arahnya.
Lucunya, terkadang bukan lagu yang mereka dengarkan, tapi video pembawa berita. Maksud saya, siapa sih pasangan yang dengan keadaan sadar mendengarkan berita ketika berduaan? Kalau benar, sungguh pasangan yang up to date sekali.
Sudah menjadi tren
Di Jogja, kos LV saya rasa sudah menjadi tren. Saya bisa mengatakan ini karena selain di kos saya, beberapa kosan teman juga demikian. Kebanyakan memang tidak satu lokasi dengan bapak/ibu kos. Jadi memang bebas, dan siapa saja tamu yang ke sana dibolehkan, pokoknya bayar sewa, selesai, urusan moral, itu tanggung jawab masing-masing.
Bahkan, suatu kali, saya pernah mampir ke kos teman. Saya baru sadar kalau ternyata kos-kosan di sana campur antara cewek dan cowok. Bangunannya 2 lantai. Lantai pertama khusus buat cewek, lantai kedua buat cowok. Jadi, tamu lawan jenis pun tersamarkan.
Ironisnya, kosan teman saya ini jaraknya nggak sampai 500 meter dari sebuah pondok pesantren, yang seharusnya jadi simbol ketaatan dan “pembatasan” aturan lawan jenis. Artinya lokasi mana pun tidak ada yang “selamat”.
Kos LV di Jogja bukan sekadar kebebasan
Selain bikin kita garuk-garuk kepala, konsep kos LV di Jogja yang mengizinkan tamu lawan jenis ternyata punya sisi positifnya juga. Kalau mau sedikit berhusnudzan, kos ini bisa jadi tempat yang pas buat ngumpul bareng temen-temen, terutama kalau lagi ada acara atau lagi butuh tempat kerja kelompok.
Ketika lagi ada acara, baik cowok maupun cewek bisa dengan bebas masuk kos, semuanya bisa kumpul dengan leluasa. Selain itu, kalau sedang sakit, temen-temen yang lawan jenis yang sudah menjadi bestie juga bisa langsung mampir dan memberi pertolongan. Mungkin juga siap masak-masak buat nemenin.
Namun, saya pikir, sisi negatif dari kos LV yang malah menonjol. Di kos teman saya misalnya, saya sering menemukan botol miras yang masih terpajang rapi di sudut jendela. Ini menjadi bukti kadang kebebasan itu juga mengundang masalah.
Bagi sebagian orang, kos LV jadi pilihan yang ideal. Sebab, kebanyakan memang sangat menyukai kebebasan, meski harus membayar lebih mahal. Tapi ya begitu, di Jogja, ternyata banyak mahasiswa (dan pekerja kantoran) yang menyukai kebebasan. Oleh sebab itu, nggak heran kalau fenomena ini semakin menjamur. Dan pasti semakin meresahkan.
Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Kos LV di Gamping Sleman Banyak Diminati Mahasiswa Membuat Warga Sekitar Resah
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.