Sudah sejak dulu perantau “menyerbu” Cikarang. Maklum, ini kawasan industri terbesar di Asia Tenggara yang menawarkan mimpi-mimpi indah. Oleh sebab itu, wajar jika kebutuhan akan tempat tinggal meningkat. Dan, orang lokal menangkap peluang ini hingga lahir sebuah kawasan yang mendapatkan julukan Kontrakan Seribu Pintu Cikarang.
Kontrakan Seribu Pintu Cikarang berada di dekat area industri. Banyaknya pekerja pabrik membuat kontrakan di sana menjadi sangat laris. Saking banyaknya kontrakan yang muncul, lahir pula julukan “seribu pintu”. Namun, jika dihitung, jumlah kontrakan di sana sudah lebih dari seribu! Tepatnya 2.600 rumah kontrakan!
Sudah terbayang bagaimana padatnya, kan? Saking padatnya, saya jadi membayangkan hal-hal konyol yang mungkin terjadi di sana.
Daftar Isi
Mencari alamat di Kontrakan Seribu Pintu Cikarang bukan pekerjaan mudah
Andai jadi kurir yang mengantarkan paket ke Kontrakan Seribu Pintu Cikarang, saya lebih baik resign, deh. Sudah terbayang repotnya. Bukan hanya repot, kemungkinan salah alamatnya pun tinggi.
Lha gimana, wong bangunan kontrakan di sana itu serupa. Mulai dari ukuran sampai bentuknya. Yang membedakan hanya warnanya saja. Itu saja banyak sekali kos yang warnanya seragam.
Meskipun punya alamat lengkap penerima barang, saya yakin betul kalau si kurir bakal sulit mencari rumah kontrakannya. Apalagi kalau kurirnya belum pengalaman ke sana. Lebih baik angkat tangan ke kamera.
Ketua RT kewalahan dengan tugasnya
Ketua RT memang pekerjaan yang kerap dianggap sepele. Meski sepele, nggak ada yang mau jadi ketua RT. Dalam rembug pemilihan ketua RT, orang-orang bukan berebut jabatan. Malah saling lempar giliran menjabat.
Maksudnya, di rembug pemilihan ketua RT, para warga lempar-lemparan jabatan ketua RT. Setiap warga mengusulkan nama yang bukan dirinya. Tapi, orang lain yang sekiranya pantas jadi ketua RT.
Memang jadi ketua RT itu kerjanya nggak sering-sering banget. Mengingat, nggak setiap hari ada permasalahan warga. Apalagi kalau daerahnya nggak padat penduduk. Mesti ketua RT-nya nyantai banget.
Akan tetapi, beda urusan kalau jadi ketua RT di kawasan Kontrakan Seribu Pintu Cikarang. Kerjaannya pasti banyak. Bagaimana tidak, wong warga di kontrakan saja banyak. Ditambah yang di luar kontrakan, makin tambah banyak.
Di area Kontrakan, saya yakin nyaris setiap hari ada masalahnya. Jumlah warga berbanding lurus dengan jumlah masalahnya. Terlebih warga di kontrakan heterogen, memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
Kemungkinan tersesat juga tinggi
Jika tinggal di Kontrakan Seribu Pintu Cikarang, saya yakin diri ini bakal tersesat. Paling tidak tersesatnya di awal saat tinggal di sana. Bukan tersesat dalam arti sesungguhnya ya. Kayak tersesat di tengah hutan atau gunung.
Tersesat di sini maksudnya adalah salah masuk gang atau lorong. Soalnya, semua gang dan lorong di sana isinya sama semua, yakni kontrakan. Hingga membuat orang yang belum terbiasa di sana, bakal kebingungan sampai tersesat.
Konon, banyak penyewa baru Kontrakan Seribu Pintu Cikarang yang salah masuk gang/lorong. Sempat dicariin Tim SAR Cikarang juga. Tapi, sampai hari ini belum ketemu juga. Hingga pencarian dihentikan sementara. Nggak ding, canda.
Tetangga nguping masalah rumah tangga orang lain
Pelanggan tukang sayur di kawasan Kontrakan Seribu Pintu Cikarang nggak bakal kehabisan bahan gosip. Selain banyak ibu-ibu, setiap masalah rumah tangga di sana mesti terdengar tetangganya. Wajar saja, kontrakan di kawasan itu satu dinding dan saling berhadapan. Maka, keributan kecil bisa terdengar tetangganya.
Lebih-lebih kalau ributnya besar. Bukan hanya tetangga sekitar rumah kontrakan yang dengar. Mungkin ratusan rumah tetangga lain juga. Bisa jadi ada yang nguping keributannya pula.
Petugas operasi yustisi nginep di kawasan Kontrakan Seribu Pintu Cikarang
Kawasan Kontrakan Seribu Pintu, biasanya, menjadi tempat tinggal pertama perantau di Cikarang. Oleh sebab itu, operasi yustisi kemungkinan besar kerap digelar di sana. Terutama selepas Lebaran.
Saya nggak bisa membayangkan capeknya petugas operasi yustisi, misalnya Satpol PP dan polisi, yang bertugas di kawasan itu. Jangan bayangkan seluruh rumah kontrakan di sana penuh. Cukup setengahnya saja.
Artinya, ada 1.300 rumah kontrakan yang wajib dicek petugas operasi yustisi. Taruhlah tiap rumah butuh waktu pengecekan selama 5 menit. Berarti butuh waktu lebih dari 100 jam untuk menyelesaikan tugas. Bisa-bisa para petugas operasi yustisi sudah pensiun ketika selesai mendata penduduk Kontrakan Seribu Pintu Cikarang.
Begitu sekiranya berbagai hal konyol yang mungkin terjadi di Kontrakan Seribu Pintu Cikarang. Kabar burung yang saya dapat mengatakan bahwa kawasan tersebut tak seramai dulu. Usut punya usut, banyak pabrik pindah dari Cikarang yang menjadi sebab. Sudah begitu, banyak pula pabrik yang sudah gulung tikar.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Yamadipati Seno