Ibu saya suka sekali menonton kontes pencarian bakat penyanyi dangdut, seperti KDI, Bintang Pantura, Dangdut Academy, dan Liga Dangdut Indonesia (LIDA). Beliau bahkan sudah punya beberapa penyanyi favorit jebolan kontes tersebut, seperti Lesti Kejora, Irwan (karena sama-sama orang Madura), Rangga, Paul, Evi Masamba, dan banyak lainnya yang nggak saya ingat.
Bagi ibu saya, acara-acara semacam itu nggak terlalu membuatnya sakit kepala dan emosional seperti saat menonton sinetron. Padahal, bagi saya sama saja. Pasalnya, sering kali saya melihat ibu tiba-tiba tertawa terbahak lalu menangis tersedu-sedu. Terkadang malah jengkel setengah mati. Lah, sama emosionalnya dengan nonton sinetron, dong?
Menurut saya, beliau seharusnya nggak perlulah mengalami perubahan emosi sebanyak itu kalau seandainya kontes-kontes dangdut tersebut nggak kebanyakan gimmick. Bayangkan, nyanyinya aja kadang hanya lima menit, tapi komentarnya bisa setengah jam lebih. Apa nggak modyar, tuh?
Gimmick #1 Cerita mengenai latar belakang si kontestan
Sering kali ajang kontes dangdut tersebut mengulik secara dramatis mengenai keluarga si kontestan, memperlihatkan rumahnya, asal-usulnya, hingga peristiwa-peristiwa menyedihkan yang pernah dialaminya. Pokoknya, para penonton bakalan dibikin menangis tersedu-sedu. Hingga terkadang saya bingung sendiri, ini ajang nyari bakat penyanyi dangdut atau curahan hati kontestan?
Gimmick #2 Para komentator dan host acara yang kebanyakan ngomong dan sibuk sendiri
Di acara-acara tersebut, sering kali saya temui para komentator dan host acara yang saling melemparkan guyonan dan tertawa dengan suara keras. Beneran nyaring banget suaranya karena pas ketawa mulutnya mangap dan pelantangnya diarahkan persis ke depan mulutnya. Bikin telinga saya yang nonton jadi kaget.
Tak ayal, banyaknya guyonan tersebut sering membuat mereka melupakan si kontestan yang lagi ada di tengah-tengah panggung. Padahal, si kontestan sedang harap-harap cemas nungguin komentar dan kritik para juri akan penampilannya. Tapi, yang terdengar seringnya malah suara tawa ngakak yang nyaring banget.
Gimmick #3 Acara surprise party untuk para juri atau host acara yang lagi berulang tahun
Beberapa kali, saya menemukan kegiatan surprise party yang dilakukan saat acara sedang berlangsung. Eh, atau surprise party itu sendiri sebenarnya adalah bagian dari rangkaian acara tersebut? Hadeuh.
Sayangnya, kegiatan surprise party tersebut justru dilakukan di saat seharusnya juri memberikan komentar dan kritik akan penampilan kontestan. Sungguh, tim kreatif acaranya apa nggak kasihan sama muka cengo si kontestan, ya? Diam aja di panggung gitu, tolah-toleh kanan-kiri, dan seolah nggak dilibatkan dengan adanya acara dadakan tersebut. Saya aja yang nonton suka kasihan, lho.
Menurut saya, kalau memang mau mengadakan surprise party kayak gitu, mending tunggulah dulu sampai si kontestan selesai dikritik. Lagi pula, se-urgent apa sih, surprise party tersebut sampai harus masuk di tengah-tengah kegiatan komentator? Bukannya malah lebih baik lagi kalau acara surprise party-nya dilakukan diam-diam di belakang panggung, ya? Ramai-ramai bareng kru acara lainnya. Kali aja setelah itu akan ada acara traktir makan bersama. Jadi, nggak perlulah diumbar-umbar ke publik juga. Nggak penting.
Gimmick #4 Bagi-bagi hadiah fantastis
Ada banyak barang hadiah yang dibagi-bagi oleh para juri untuk para kontestan. Entah pakaian, perawatan badan, hadiah lagu, janji rekaman, dan sejenisnya. Terdapat juga sejumlah uang yang terkadang dijanjikan oleh para juri untuk mereka-mereka yang lolos babak final. Hadiah tersebut tentu saja di luar dari hadiah yang sudah disiapkan oleh pihak acara.
Pokoknya, di waktu-waktu mendekati final biasanya bakalan bertabur banyak hadiah. Sampai-sampai saya bingung, ini ajang pencarian bakat menyanyi dangdut atau acara bagi-bagi rezeki? Suka bingung, deh. Konsep acaranya hampir sama soalnya.
Gimmick #5 Menjual isu artis yang lagi happening
Yang paling anyar adalah adu gimmick antara dua pentolan ajang pencarian bakat dangdut di Indonesia di dua saluran TV berbeda, yaitu acara Kontes Dangdut Indonesia (KDI) vs Liga Dangdut Indonesia (LIDA). Yang satu mengusung gimmick tentang problematika rumah tangganya yang suram dan sedang penuh cobaan. Yang satunya lagi sedang menebar benih-benih cinta, sampai-sampai mengajak salah satu aktor yang baru naik daun itu bergabung untuk menjadi host acara.
Semuanya tentu saja cuma konsep gimmick untuk menjual dan menaikkan rating acara. Apalagi, jam tayang kedua acara tersebut barengan, seolah saling berebut atensi para penonton Indonesia.
Padahal, menurut saya sih tanpa perlu menjual gimmick yang berlebihan, kontes pencarian bakat dangdut tersebut pasti tetap bakalan laku, kok. Percaya, deh! Orang Indonesia kan, pada dasarnya emang suka dangdutan. Meskipun sedang pandemi kayak gini, mereka tetap berbondong-bondong datang ke acara dangdutan yang digelar oleh para calon pemimpin daerah. Apalagi yang sudah tersaji di TV dan dapat dinikmati secara gratis tanpa perlu berpanas-panasan.
BACA JUGA Lagu Dangdut: Satu Lagu Sejuta Penyanyi dan tulisan Siti Halwah lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.