Menjadikan proses pemeriksaan dokter obgyn sebagai konten TikTok adalah hal yang sungguh nggak etis dan bikin geram!
Saat hamil dulu, saya berusaha keras mencari dokter obgyn perempuan untuk tempat saya berkonsultasi. Sekaligus “menyapa” si jabang bayi saat kontrol setiap bulannya. Tentu saja, hal ini saya lakukan karena alasan kenyamanan. Saat itu, ada 3 dokter perempuan yang saya temui, sampai saya betul-betul merasa nyaman pada satu dokter. Sampai saya merasa lebih bisa terbuka dan nggak gaguk saat berkonsultasi.
Pasalnya, yang sering terjadi, saat di rumah ada begitu banyak pertanyaan yang ingin saya tanyakan. Namun, saat sudah berhadapan dengan dokternya, langsung bingung gitu aja. Seolah saya sedang diuji di depannya. Padahal, kan, saya “membayar” jasanya untuk berkonsultasi tentang yang saya alami, rasakan, sekaligus yang saya bingungkan. Namun, entah karena cara komunikasi beliau yang kurang “mengayomi” atau saya sendiri yang gampang nggak percaya diri, semua pertanyaan itu hilang seketika. Tertinggal jawaban “iya” dan “iya”. Lalu ucapan terima kasih dan cusss menuju bagian pembayaran.
Dalam situasi yang berkaitan langsung dengan hal yang sangat personal ini, kenyamanan adalah hal penting dan nggak bisa ditawar.
Tekad kuat saya untuk terus diperiksa sama dokter perempuan gagal ketika saya lahiran di kota tempat tinggal orang tua saya. Dengan keterbatasan informasi dan hanya dari katanya-katanya, saya akhirnya periksa di dokter laki-laki. Pun ketika lahiran, ndilalah yang sedang jaga juga dokter obgyn laki-laki. Di antara rasa sakit kontraksi yang luar biasa itu, ada ketidaknyamanan saat tahu yang akan membantu saya adalah dokter laki-laki.
Maka, ketika ada konten TikTok seperti ini saya langsung merinding.
Hold my beer pic.twitter.com/Ws8HPgi6PI
— #beranijujurpecat (@JakaWiradinata) April 16, 2021
Di konten TikTok ini, menunjukkan aktivitas seorang dokter laki-laki saat sedang mengecek pembukaan seorang ibu yang akan melahirkan dengan ekspresi yang bagi saya sangat menganggu kenyamanan. Apalagi, saat dia menunjukkan kedua jarinya untuk VT (Vaginal Touche), mengecek sudah pembukaan berapa. Sungguh, saya merasa begitu ngiluuu sekali. Pasalnya, mengecek pembukaan itu adalah suatu hal yang bagi saya cukup sakit. Ketika itu ditunjukkan dengan bercandaan, kok rasanya jadi lebih lebih menyakitkan, ya?
Saya rasa, banyak perempuan yang nggak nyaman diperiksa dokter obgyn laki-laki. Dan dengan apa yang diperlihatkan tersebut, rasanya “rasa nyaman” itu akan semakin sulit ditemukan.
Oh iya, ketika itu, dokter laki-laki yang membantu proses persalinan saya cukup santai. Ia sesekali melemparkan joke yang pas di situasi yang “dramatis” tersebut agar saya lebih rileks dan bisa mengatur nafas dengan baik. Apa yang beliau lakukan, cukup membantu saya menghilangkan stigma terhadap dokter obgyn laki-laki. Intinya, saya merasa lebih nyaman dan tenang di periksa oleh mereka.
Namun, dengan adanya video tersebut, saya ragu-ragu dengan keputusan saya. Bagaimana, kalau ternyata mereka diam-diam membercandai pasien seperti itu. Apa yang mereka pikirkan ketika melihat kondisi saya, ya? Jangan-jangan itu jadi bahan rasan-rasan yang seksis di antara mereka. Dan sederet pikiran negatif lain.
Jadi, sungguh yang ia lakukan itu nggak etis dan begitu menjijikkan. Hal ini justru memperpanjang stigma-stigma dan trust isue soal dokter obgyn laki-laki saat memeriksa pasiennya. Padahal, di luar sana ada banyak dokter obgyn laki-laki lain yang sedang berusaha dengan sepenuh hati memberi kenyamanan pada setiap pasiennya. Eh, lah, kok, muncul dokter semacam ini, yang nggak punya kemampuan mikir panjang hanya demi konten. Kan, nganuuu, yaaa~
BACA JUGA Daftar Istilah dalam Parenting untuk para Calon Orang Tua biar Woles dalam Pergaulan dan tulisan Audian Laili lainnya.