Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Konflik Pencak Silat Madiun dari Cerita Pelaku: Pertempuran Tak Akan Pernah Berakhir

Geza Xiau oleh Geza Xiau
2 Desember 2022
A A
Branding Madiun Kampung Pesilat Indonesia yang Berlebihan

Branding Madiun Kampung Pesilat Indonesia yang Berlebihan (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Suasana mencekam semacam ini sudah jadi makanan warga Madiun. Sejak 1980-an sampai 2000-an, kami sudah akrab dengan lemparan batu. Tragedi konflik pertikaian terbesar kedua perguruan silat ini terjadi pada dekade 1990-an. Lebih dari 20 ribu manusia terlibat dalam tragedi ini. Tak peduli teman lama atau baru, mindset-nya kalau udah konflik ya cuman dua, kita yang membunuh atau kita yang terbunuh. Dan ini serius.

Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo Madiun dan Persaudaraan Setia Hati Terate, sejatinya punya satu guru yang sama. Kedua perguruan silat ini menginduk pada Ki Ngabehi Soerodiwirjo, kita kenal dengan Eyang Suro. Eyang Suro adalah pendiri Persaudaraan Setia Hati yang berdiri pada 1903 di Winongo, Madiun. Namun, dalam perjalanannya, salah satu murid perguruan setia hati bernama Ki Hardjo Oetomo memilih “berpisah” mendirikan Setia Hati Terate.

Sejauh yang saya ketahui, Setia Hati Terate ini punya visi besar kalau silat harusnya lebih inklusif, bisa dinikmati dan diikuti siapa saja. Tak peduli dari golongan bangsawan atau proletar, pokoknya ada niat belajar silat ya silakan gabung.

Kesannya bagus, tapi, kenapa konflik selalu muncul?

Akar masalahnya ada di “warga” yang baru pengesahan. Dalam tataran pemimpin, kedua pimpinan pencak silat yang sering konflik ini sama sekali tidak punya masalah. Bahkan, 14 pimpinan perguruan silat yang ada di Madiun sering cangkruk ngopi bareng. Bentrokan yang terjadi sampai saat ini mayoritas disebabkan oleh gesekan murid di akar rumput. Ndlogoknya, beberapa kali konflik yang merugikan banyak pihak ini sering dipicu karena kesalahpahaman individu dengan individu lain. Malu betul, belajar silat lama lama kok duduk perkaranya karena salah paham.

Selain urusan personal, hal yang memicu konflik perguruan silat di Madiun ya karena perusakan tugu. Madiun ini layak dilabeli Kota Tugu, sebab ada ribuan tugu yang berdiri kokoh di tiap gang desa. Dan namanya tugu, musuhnya ya vandalisme. Tindakan-tindakan orang kurang kerjaan inilah yang sering jadi penyulut konflik.

Selain itu, narasi provokatif yang masif disebarkan di grup Facebook dan WhatsApp sering jadi pemicu bentrokan. Sepertinya, selain belajar nangkis tendangan, pesilat sudah seharusnya paham kiat kiat nangkis hoax.

Kedewasaan itu barang yang mahal

Kalau dipikir-pikir, akar masalah konflik perguruan pencak silat Madiun itu sederhana dan cenderung sepele. Masalahnya berkutat pada ketersinggungan, pelemparan batu, ego sektoral, fanatisme, vandalisme, hanya itu. Bukan hal yang ndakik-ndakik semisal perbedaan aliran pandangan dari gurunya, nilai kepercayaan kebenaran yang mereka anut.

Baca Juga:

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

Culture Shock yang Saya Rasakan sebagai Orang Madiun Ketika Menikah dengan Orang Jogja: Saya Nggak Suka Brongkos, Doi Nggak Suka Rujak Petis, Sad

Pokoknya, mayoritas konflik perguruan pencak silat Madiun sering dipicu oleh hal-hal kecil yang harusnya bisa selesai kalau pesilat punya pemahaman “agree to disagree”. Tapi sayangnya, kedewasaan bukan untuk semua orang!

Kedamaian pencak silat Madiun hanya berhenti di tingkat pimpinan. Butuh reformasi pencak silat agar benih kedamaian bisa sampai di akar rumput. Nasihat-nasihat klise dari para sesepuh bukan lagi solusi untuk meredam konflik. Permasalahan ini nggak akan selesai dengan panggung-panggung pertemuan atau podium rekonsiliasi. Analogi bodohnya, kalau tokoh atas tidak ada masalah, penyelesaian konflik akar rumput akan lebih mudah tercapai. Tapi faktanya konflik masih terjadi sampai saat ini.

Sejak Orde Baru, posisi Terate dan Tunas Muda Winongo sudah dikendalikan untuk beberapa kepentingan. Perguruan silat adalah alat politik yang seksi karena basis massanya. Selain itu, mustahil juga berharap perdamaian bisa tercipta kalau dari pimpinannya saja masih senggol-senggolan.

Saya telanjur pesimis konflik ini bisa selesai. Dendam ini diwariskan dan seperti dirawat dari generasi ke generasi. Dendam udah jadi budaya. Memikirkan solusi pun, agaknya percuma jika memang ada yang merawat pertikaian ini. Menciptakan perdamaian di Madiun dalam konteks pencak silat memang bukan hal yang mudah, tapi akan selalu ada upaya untuk mencapainya. Dan upaya yang saya lakukan adalah pesimis.

Dalam setiap konflik, nalar memang akan jadi hal yang dibuang pertama kali. Pelaku, tak merasakan kerugian apa pun. Tapi, di balik teriakan perang, ada orang-orang tak bersalah yang menanggung derita paling besar. Yang tak mau terlibat, selalu kena pedih paling hebat.

Penulis: Geza Xiau
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Sisi Gelap Julukan ‘Madiun Kota Pendekar’

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 2 Desember 2022 oleh

Tags: konflikmadiunpencak silatSH Teratetubir-mjkWinongo
Geza Xiau

Geza Xiau

Pemuda males ibadah tapi percaya Tuhan.

ArtikelTerkait

Rasanya Bermalam di Ketajek Jember, Tempat Konflik Tanah yang Hingga Kini Belum Usai

Rasanya Bermalam di Ketajek Jember, Tempat Konflik Tanah yang Hingga Kini Belum Usai

11 Desember 2024
Kertosono, Daerah Nggak Terkenal di Jawa Timur yang Pecelnya Paling Enak di Dunia (Pixabay.com)

Kertosono, Daerah Nggak Terkenal di Jawa Timur yang Pecelnya Paling Enak di Dunia

23 Januari 2024
Tukang Parkir Liar Nggak Hanya Bikin Pengendara Sebel, tapi Juga Bikin Pengusaha Kecil Bangkrut tempat parkir ilegal tukang parkir atm, capres surabaya bogor, kota malang polisi cepek qris parkir indomaret

Surabaya Itu Kota Paling Nyaman di Jawa Timur, asal Tukang Parkir Liar Dibasmi Total!

21 Februari 2024
Meskipun Upah di Jogja Murah, Saya (Terpaksa) Kuat untuk Bertahan

Meskipun Upah di Jogja Murah, Saya (Terpaksa) Kuat untuk Bertahan

30 November 2022
Tukang Parkir Liar Nggak Hanya Bikin Pengendara Sebel, tapi Juga Bikin Pengusaha Kecil Bangkrut tempat parkir ilegal tukang parkir atm, capres surabaya bogor, kota malang polisi cepek qris parkir indomaret

Solusi Parkir Ilegal Itu Bukan dengan Cara Dilegalkan, Malah Jadi Masalah Baru yang Lebih Besar

9 Desember 2023
5 Film Korea Selatan yang Ceritakan Konflik dengan Korea Utara Terminal Mojok

5 Film Korea Selatan yang Ceritakan Konflik dengan Korea Utara

23 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.