Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Kita Selalu Menjadi Juri di Hajatan Orang Lain

Taufik oleh Taufik
16 Mei 2019
A A
hajatan

hajatan

Share on FacebookShare on Twitter

Pernahkah kita ke suatu hajatan, lantas teman yang kita ajak—saudara atau bahkan mungkin kita sendiri—merasa apa yang disajikan sang empunya hajat tidak sesuai dengan apa yang kita ekspektasikan? Atau ketika teman mengadakan traktiran dan syukuran untuk keberhasilan atau pencapaian hidup, apa yang disajikan justru membuat kita tidak bernafsu untuk melahapnya? Yap, hal ini terdengar sangat lumrah terjadi. Sesuatu yang di masyarakat kita justru bisa menjadi sebuah berita besar yang terkesan konyol. Kok bisa, hajatan sebesar itu makanannya tidak enak? Kok bisa syukuran tapi irit banget, nggak mau modal? Dan kok bisa dan kok bisa lainnya yang berlanjut dan panjang hampir tak ada ujung.

Fenomena ini berkembang seakan tidak akan ada perhentiannya. Menjadikan masyarakat justru memiliki standardisasi saat akan melakukan sebuah hajatan, entah hajatan kecil lebih-lebih hajatan besar supermegah. Apa yang terjadi dan berkembang juga diikuti oleh perkembangan zaman yang memang terkesan mendukung. Melaksanakan acara resepsi pernikahan misalnya, kalo tidak di gedung, tidak elit. Kalo tidak memesan katering dari luar berarti kere dan cap-cap lainnya.

Berlaku juga untuk sekedar perayaan kecil-kecilan macam syukuran naik kelas, lulus ujian, ulang tahun dan macam lainnya. Kita, entah faktor “punya” atau hanya sekedar mengikuti tren juga terpaksa manut saja. Kadang mengiyakan apa yang diinginkan mereka yang seharusnya cukup jadi tamu saja dan tidak protes macam-macam. Kita tidak berusaha mempertanyakan apa yang justru menjadi substansi dari  pelaksanaan acara tersebut (entah besar—lebih-lebih kecil). Intinya, kita mengadakan acara apapun itu, maka kita siap jadi tuan rumah yang menyediakan kebutuhan siapa saja tamu kita.

Keadaan semacam ini terpelihara justru oleh gengsi kita, teman kita, keluarga kita atau siapapun yang mengadakan acara. Merasa terpenjara sesaat setelah menyetujui acara atau kegiatan tersebut. Seolah-olah ketika kata “iya” sudah keluar dari mulut, sekaligus sebagai pernyataan siap hidup mati melayani tamu yang menganggap diri mereka “raja”. Walah, kok jadi ribet gini.

Sebenarnya, tidak ada larangan untuk menyelenggarakan acara macam apapun dengan embel-embel harus ini harus itu, harus disini harus disitu harus begini harus begitu. Sebagai manusia yang mengikuti perkembangan zaman, saya sendiri mengerti bahwa sekarang ini memang zamannya begitu. Semua hal akan disesuaikan dengan zamannya. Siapa yang tidak bisa ikut akan terlempar sendiri dari perputaran zaman. Saya benar-benar paham permasalahan itu.

Tapi mbok ya, nggak usah terlalu saklek begitu. Sekali-sekali lihat substansi dan esensi acaranya atau kegiatannya. Jika memang acara makan-makan kecil-kecilan ya tuan rumah cukup menyediakan makan-makan yang memang skalanya kecil (bukan berarti makannanya hanya setara nasi kucing juga tapi). Kalo memang acaranya bisa atau mampu mengadakan yang meriah ya bikinlah yang meriah. Sesuai dengan kemampuan dan sesuai kebutuhan agar esensi acaranya juga dapet.

Untuk yang menjadi tamu juga mbok ya paham? Masa iya, acara ulang tahun anak SD, ekspektasi kita acaranya sebesar ulang tahun Net. TV? Kalo memang acaranya besar, kondangan semisal dan memang acara orang yang “berada” ya tidak masalah eskpektasi tinggi.

Pada akhirnya, yang harus tetap kita pegang teguh adalah bahwa yang memiliki acara adalah orang lain, bukan kita. Maka segala macam hal bisa saja terjadi. Bisa sesuai espektasi kita atau bisa juga jauh dari apa yang kita inginkan. Toh yang punya acara ya orang lain, yang punya kuasa juga otomatis ya orang lain. Kenapa akhirnya kita seolah harus menjadi juri? Ha mbok ya bersyukur.

Baca Juga:

Realitas Pahit di Balik Hajatan: Meriah di Depan, Menumpuk Utang dan Derita di Belakang

Derita 3 Tahun Bertetangga dengan Pemilik Sound Horeg, Rasanya seperti Ada Hajatan Tiap Hari

Hal terbaik yang bisa kita lakukan—dan semoga ini benar-benar kita lakukan—adalah mengapresiasi apa yang telah disajikan oleh siapapun yang mengadakan acara. Istilah kerennya adalah bersyukur. Karena pada hakikatnya, ketika kita diundang sebagai tamu dalam sebuah acara adalah bentuk penghargaan si empunya acara kepada kita. Sebagai ucapan terimakasih kepada kita dari mereka. Padahal bisa jadi justru kita tidak memiliki andil kepada mereka sebelum akhirnya mereka mengadakan acara sebagai bentuk syukur tersebut. Malah seharusnya kita sekali-sekali memuji makanan yang mereka sajikan, mengapresiasi tempat yang mereka sediakan, memberikan selamat atas pencapaian mereka sehingga rela mengeluarkan biaya untuk sekedar perayaan atau ungkapan syukur mereka tersebut.

Bukankah jika kita bisa bersyukur atas sesuatu nikmat, maka Tuhan akan menambah nikmat tersebut? Walaupun acara tersebut adalah milik orang lain, bisa jadi suatu saat kebaikan melalui syukur kita untuk mereka justru kebaikannya kembali kepada kita. Semoga yhaaa~

Terakhir diperbarui pada 8 Oktober 2021 oleh

Tags: HajatanJuriPernikahan
Taufik

Taufik

Ide adalah ledakan!

ArtikelTerkait

3 Hal Sederhana yang Dilakukan Tamu Undangan, tapi Bikin Sinoman Marah

3 Hal Sederhana yang Dilakukan Tamu Undangan, tapi Bikin Sinoman Marah

28 November 2023
Menampik Stigma Masyarakat Madura yang Selalu Dibilang Keras dan Beringas terminal mojok.co

Di Madura, Halaman Rumah Luas Adalah Keniscayaan

28 Desember 2020
Song Joong Ki Umumkan Pernikahan, Netizen Mending Nggak Usah Ikut Campur deh Terminal Mojok

Song Joong Ki Umumkan Pernikahan, Netizen Mending Nggak Usah Ikut Campur deh

1 Februari 2023
Bridesmaid di Pernikahan Nggak Wajib-wajib Amat, Kenapa Masih Drama Soal Seragam sih Terminal Mojok pager ayu

Pager Ayu, Sebuah Tradisi Mantenan Jawa yang Tergusur oleh Bridesmaid

11 September 2023
Repotnya Jadi Dekorator Pernikahan yang Belum Pernah 'Didekor' terminal mojok.co

Repotnya Jadi Dekorator Pernikahan yang Belum Pernah ‘Didekor’

16 November 2020
3 Hal yang Bikin Saya Suka Datang ke Pernikahan Adat Madura

3 Hal yang Bikin Saya Suka Datang ke Pernikahan Adat Madura

21 September 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri
  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.