Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Kisah Luqman dan Fenomena Haters di Indonesia

Novianto Topit oleh Novianto Topit
17 Juni 2019
A A
haters luqman

haters luqman

Share on FacebookShare on Twitter

Luqman merupakan sosok yang secara khusus namanya di cantumkan dalam Alquran. Dalam Alquran di ceritakan secara khusus bagaimana Luqman mendidik anaknya. Suatu ketika Luqman berniat untuk mengajari anaknya tentang gambaran kehidupan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah. Luqman membawa anaknya menaiki keledai.

Luqman yang mengendarai keledai memboceng anaknya, setelah tibah di kerumunan, orang-orang yang melihat mulai nyinyirin mereka “Dasar bapak sama anak gendheng! Udah tahu keledai kecil, dinaikin pula!”

Keesokan harinya Luqman kembali mengajak anaknya, kali ini anaknya dibiarkan naik di atas keledai dan Luqman berjalan kaki, orang yang melihat pun kembali menyinyiri mereka “Dasar anak durhaka! Dia naik keledai bapaknya jalan kaki!”.

Besoknya lagi Luqman kembali mengajak anaknya, kali ini Luqman naik di keledai dan anaknya berjalan kaki, meski begitu tetap saja dinyinyirin “Dasar orangtua tidak tahu diri! Kok anaknya di dibiarkan jalan sendiri!”.

Terakhir Luqman dan anaknya bersepakat untuk berjalan tanpa menaiki keledai, e tetap aja di nyinyirin “Anak dan Bapak gila, ada keledai kok nggak dimanfaatin”.

Dari kisah Luqman ini, kita bisa memahami keadaan di tengah masyarakat, di antara masyrakat yang baik tetap saja ada masyrakat yang sama lakunya dengan kisah Luqman ini.

 

Haters di Indonesia

Baca Juga:

Cuma Haters yang Bilang Pemerintah Jember Nggak Paham Prioritas

Iklan Indomilk Gemas 2022: Iklan Cerdas yang Tampar Masyarakat Indonesia

Bahkan dalam peradaban modern, memasuki era revolusi industri 4.0, yang masyarakatnya semakin akrab dengan media sosial, justru sebanyak tipikal masyrakat yang seperti di gambarkan dalam kisah Luqman.

Istilah populer yang sering kita dengar adalah haters—mau Presiden, artis, atau siapapun sudah pasti ada hatersnya. Haters suka memantengi akun Facebook, Twitter, Instagram setiap harinya—tujuannya apa? Jelaslah, untuk nyinyirin kehidupan orang lain.

Sebagai contoh awalnya, kita ambil saja kisah Jokowi yang sering dinyinyirin haters—sebut saja Kampret. Bagi Kampret apapun yang dilakukan Jokowi tetap saja salah.

Lihat bagaimana mereka mengata-ngatai Jokowi sebagai pemimpin yang lemah, pemimpin yang tidak tegas. Tapi, ketika Jokowi sedikit saja tegas dengan mengatakan “Saya akan lawan”. Mereka mala menertawai dan mengatakan “Jokowi tidak cocok begitu, jangan dipaksakan!”. Jokowi Komunis, Antek PKI, Petugas Partai – PDI P, Jokowi Boneka, semua yang buruk – buruk, itu Jokowi.

Bangun jalan toldianggap salah, naikan gaji PNS dianggap salah, bagi-bagi sertifikat tanah dianggap salah, pokoknya bagi Kampret semuanya salah. Sebenarnya mau Kampret ini apa?

Begitupun sebaliknya, Prabowo yang harus menerima nyiyiran Cebong yang mungkin kuantitasnya lebih banyak dari Kampret. Apapun program, visi dan misi yang di sampaikan Prabowo, bagi Cebong tetap saja Prabowo akan menciptakan Neo Orde Lama. Prabowo titipan Trump, Prabowo antek Amerika, Prabowo Penjahat HAM, semua yang buruk – buruk, itu Prabowo. Prabowo mau sedekah gaji presidennya ke anak yatim salah, Prabowo dapat dukungan HTI, dibilang mau ganti Pancasila dengan khilafah. Sebenarnya mau Cebong ini apa? Setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan Polri dituduh memihak ke Jokowi, kita lihat saja apa yang akan dituduhkan kepada Mahkamah Konstitusi.

Selain kalangan Politisi yang paling sering di nyinyirin adalah Kalangan Artis, coba perhatikan bagaimana para haters bekerja menyinyirin para artis. Punya kasus ini dinyinyirin, kasus itu dinyinyirin, nggak punya kasus apa-apa aja dinyinyirin “Ke mana aja, Mba/Mas, udah sepi job ya?”. Masya Allah beginilah negeri kita.

Secara umum, fenomena ini dapat terjadi di kalangan masyarakat ‘akar rumput’. Katakanlah, orang yang tiba-tiba kaya, pasti dinyinyirin—ya paling tidak dianggap pakai pesugihan. Alasannya dengan segala Tuyul, Babi Ngepet, disebutin semua.

Orang cerai dinyinyirin, orang nikah lagi dinyinyirin, nikah dua tiga empat dinyinyirin—ya, apalagi yang nggak nikah-nikah. Mengenaskan~

Sederhana saja sebenarnya, sebagai solusi untuk pihak pertama—jika dinyinyirin tutup telinga aja, kalau boleh sumbat pakek kapas. Nggak ada gunanya mendengarkan hal yang begituan. Paling tidak, masuk telinga kiri, keluar telinga kanan lah

Untuk pihak kedua, yang berpotensi jadi tukang nyinyir—urusan orang, ya, nggak usah terlalu di urusin, mending kita ngurusin urusan kita. Kalau urusan kita sendiri aja belum kelar, gimana kita mau ngurusin urusan orang lain. Iya kan, my lov~

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2022 oleh

Tags: HatersKisah LuqmanKritik SosialPilpres 2019Politik Indonesia
Novianto Topit

Novianto Topit

ArtikelTerkait

selesai dari masalah

Kita Tidak Akan Pernah Selesai dari Masalah-Masalah

25 Mei 2019
pelakor

Sudah Saatnya Berhenti Menggunakan Istilah Pelakor dan Pebinor

20 Juli 2019
[injam buku teman buku bajakan etika meminjam buku bacaan terminal mojok.co

Memotret Buku lalu Menguploadnya di Media Sosial itu Sebenarnya Buat Apa, Sih?

14 Agustus 2019
Ustaz Rahmat Baequni

Soal Ustaz Rahmat Baequni Buat Kita Lupa Capres – Cawapres

14 Juni 2019
hewan atau diam

Mau Mengkritik, Tetapi Takut Dianggap Anakan Hewan

28 Mei 2019
Mohon Dimengerti, Indie Itu Bukan Aliran Musik! terminal mojok.co

Mendengarkan Musik Mainstream Tanpa Prasangka

17 Mei 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

28 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.