Daftar Isi
Susah cari makanan
Tak dapat dimungkiri bahwa banyak sekali penjual makanan di lingkup kampus UNESA Ketintang. Ada food court fakultas, food court kampus, Sentra Wisata Kuliner (SWK), pedagang kaki lima, dll. Tapi, gara-gara membludaknya kuota maba, mahasiswa yang berkegiatan di Ketintang jadi makin sengsara.
Gimana nggak sengsara, makan di food court fakultas penuh. Makan di SWK, wah, makin nggak karuan ramainya. Melihat area parkirannya aja rasanya sudah nggak ada tenaga untuk mencari makan di sana. Pergi agak jauh dari kampus pun sama aja, tetap ketemu mahasiswa Ketintang yang sedang cari makan. Kalau dulu saya beli makanan paling lama antre 10 menit, sekarang minimal harus menunggu 20 menit. Keburu laper!
Kekurangan ruang kelas
Berdasarkan pengalaman pribadi, beberapa program studi di UNESA Ketintang memang nggak memiliki fasilitas yang mumpuni bagi mahasiswanya. Apalagi masalah ruang kelas. Tak jarang, kuliah tatap muka dialihkan menjadi kuliah online akibat keterbatasan ruang kelas. Mahasiswa juga harus bergantian dengan prodi lain untuk mendapatkan ruang kelas. Ada kalanya juga harus antre dengan adik tingkat atau kakak tingkat.
Nah, karena tahun ini kuota maba ditambah, gimana coba nasib kuliah di kampus Ketintang? Tolong, dong, mau ditaruh di mana nih mahasiswanya?
Harga kos-kosan di Ketintang jadi melejit
Penambahan kuota maba UNESA jadi ladang rezeki bagi para pemilik kos di Ketintang. Gimana nggak ladang rezeki, hampir 10 ribu maba berbondong-bondong mencari kos-kosan dan kontrakan. Di satu sisi, para pemilik kos mungkin akan bergembira, sementara di sisi lain mahasiswa akan menderita.
Fyi, range harga kos di Ketintang mulai Rp250 ribu sampai Rp700 ribu untuk kamar mandi luar. Sedangkan untuk kamar mandi dalam non-AC biasanya harga sewanya Rp800 ribu sampai Rp1 juta per bulan. Kalau mau pakai AC dan kamar mandi dalam tentu harganya lebih mahal, berkisar Rp1,3 juta hingga Rp2,6 juta.
Tapi itu dulu. Sekarang, harga kos di Ketintang perlahan naik. Kalau dulu harga sewanya Rp900 ribu per bulan sekarang naik jadi Rp1,2 juta tanpa adanya penambahan fasilitas. Bahkan teman saya ada yang cerita kalau dia dapat kos dengan harga Rp1,5 juta per bulan tapi kosongan dan kamar mandi luar. Derita ini tentu nggak cuma dirasakan mahasiswa di Ketintang, tapi juga orang tua yang membiayai.
Lebih banyak menghirup udara tak sehat
Seperti yang kita ketahui bersama, Surabaya sudah dipenuhi bangunan-bangunan dan pabrik sehingga menyebabkan udara tercemar. Penambahan kuota maba di UNESA Ketintang juga otomatis meningkatkan jumlah kendaraan di jalanan dan menambah polusi udara. Akibatnya, kita jadi lebih sering menghirup udara yang tak sehat. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan penyakit pada saluran pernapasan.
Begitulah derita baru yang menimpa mahasiswa di UNESA Ketintang. Saya penasaran, apakah mahasiswa di Lidah Wetan merasakan hal serupa mengingat secara fisik, kondisi kampus Lidah Wetan lebih luas.
Penulis: Audea Septiana
Editor: Intan Ekapratiwi