Ketika Warga Surabaya Lebih Percaya Radio ketimbang Polisi

Ketika Warga Surabaya Lebih Percaya Radio ketimbang Polisi

Ketika Warga Surabaya Lebih Percaya Radio ketimbang Polisi (Pixabay.com)

Suara Surabaya menyelesaikan separuh masalah warga Surabaya

Di era internet seperti sekarang, posisi radio sedikit banyak mulai terpinggirkan. Saya, mungkin juga Anda, memutar radio di dalam mobil umumnya hanya sebagai hiburan, alternatif mengusir rasa bosan. Atau sekadar untuk menemani perjalanan agar suasana di dalam mobil nggak sepi-sepi amat.

Namun, alasan sekadar biar nggak bosan atau sekadar biar nggak merasa sepi tersebut nyatanya membuat radio tetap eksis sampai sekarang. Di Surabaya, sebuah radio bahkan tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan atau sarana mencari informasi, tapi juga sebagai tempat curhat dan wadah pengaduan berbagai masalah. Nama radionya adalah Suara Surabaya (setelahnya kita sebut saja radio SS). Segala masalah warga Surabaya bisa kita dengar di sini, radio SS sudah mirip 911-nya Kota Pahlawan, meskipun Surabaya juga punya command center 112.

Pagi kemarin (17/10) dalam perjalanan menuju kantor, saya memutar saluran radio SS dan mendengarkan curhatan seorang bapak yang anaknya diundang Dinas Pendidikan untuk nobar di CGV Marvel City dengan jadwal acara pukul 8.30 pagi. Namun, ketika jam menunjukkan pukul 9.30 acara belum dimulai, bahkan satpam Marvel City pun tidak mengetahui perihal acara tersebut. Akhirnya, karena bingung harus bertanya kepada siapa, si Bapak melaporkan kejadian yang dialaminya ke radio SS dan laporan tersebut langsung diteruskan oleh radio SS ke Dinas Pendidikan. Nggak lama kemudian, permasalahan tersebut menemukan titik terang. Kabarnya sih hanya soal miskomunikasi.

Laporan lain yang juga sering saya dengar di radio SS adalah tentang curanmor. Nah, pelaporan curanmor di radio SS ini cukup menarik. Sebab, tak jarang ketika penyiar radio bertanya kepada korban, “Apakah Anda sudah melaporkan (motor atau mobil) yang hilang ke pihak kepolisian?”, jawabannya belum. Bukankah polisi seharusnya menjadi instansi pertama yang muncul di benak warga Surabaya ketika terjadi kasus pencurian?

Nyatanya, banyak warga Surabaya memilih melaporkan kehilangan motor atau mobil ke SS terlebih dahulu. Selama kurun waktu enam bulan saja (Juli 2021 sampai Januari 2022) ada 445 laporan kendaraan hilang yang dicatat oleh radio Suara Surabaya. Data tersebut diperoleh dari call in pendengar SSFM (laporan warga ke radio Suara Surabaya melalui telepon).

Pertanyaannya, kenapa banyak orang melaporkan curanmor ke radio, alih-alih langsung ke kantor polisi? Menurut saya setidaknya ada dua alasan.

Pertama, radio, dalam konteks ini Suara Surabaya, tidak prosedural seperti kantor polisi. Bagi Anda yang pernah mengurus kehilangan motor dan mobil di kantor polisi tentu tahu kalau prosesnya ribet. Perlu mengisi data diri dan melakukan laporan ini dan itu. Saking ribetnya, ketika sedang mengurus proses kehilangan di kantor polisi, bisa jadi motor kita yang dicuri sudah sampai di luar kota.

Jika Anda belum pernah mengurus kehilangan motor di kantor polisi, pengalaman Mas Rizky (redaktur Mojok) bisa jadi gambaran betapa ruwet dan menjengkelkannya urusan motor hilang di kantor polisi. Tulisannya bisa dibaca di sini. Saya kira hampir seluruh kantor polisi di negeri ini memiliki prosedur yang kurang lebih sama.

Sementara itu, radio Suara Surabaya menawarkan hal sebaliknya. Korban kejahatan curanmor, nggak perlu mengisi laporan ini dan itu, nggak perlu juga membawa STNK apalagi BPKB asli. Korban hanya perlu telpon ke SSFM dengan menyebutkan nama, nopol, beserta ciri-ciri fisik kendaraannya, lalu menceritakan detail kejadiannya. Sesimpel itu, Rek, nggak sampai sepuluh menit, nopol lengkap dengan ciri-ciri fisik motor atau mobil yang hilang tersebut sudah terdengar oleh telinga seluruh orang yang ada di jalanan Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Mojokerto dan Lamongan yang kebetulan sedang mendengarkan radio SS.

Jangan meremehkan kekuatan pendengar radio SS di seantero Surabaya dan kota sekitarnya. Jika mereka melihat ada motor atau mobil dengan nopol dan ciri-ciri yang sama (sesuai deskripsi korban), para pendengar radio SS dengan senang hati akan langsung menginformasikan ke SSFM. Tindakan seperti ini meskipun terlihat sepele nyatanya berhasil juga.

Juni lalu, berkat SSFM dan pendengarnya, mobil Ertiga yang hilang di daerah Manyar, Kota Surabaya, berhasil ditemukan dalam waktu satu jam saja. Hal ini bukanlah yang pertama, sudah beberapa kali radio SS dan pendengarnya berhasil menggagalkan pencurian kendaraan bermotor. Meminjam istilah Tirto, pendengar Suara Surabaya bersatu tak bisa dikalahkan!

Kedua, kepercayaan yang sudah terbangun antara warga Surabaya (baca: pendengar) dengan Suara Surabaya. Meskipun tidak semua kasus curanmor berhasil ditemukan. Tapi, ada banyak kasus lain yang mendapatkan penyelesaian dan titik terang ketika melaporkannya ke radio Suara Surabaya. Misalnya saja kasus orang hilang yang berhasil ditemukan dalam waktu yang singkat dan beberapa kasus jalanan lainnya mendapatkan titik terang berkat laporan di radio SS. Kepercayaan pendengar (mayoritas warga Surabaya dan sekitarnya) terhadap radio SS terbangun secara positif.

Hal ini jelas berbeda dengan pihak kepolisian. Banyak aduan curanmor dan kasus-kasus lain tak menemukan titik terang, kadang malah makin ruwet ketika melaporkannya di kantor Polisi. Kejadian tersebut terus berulang sehingga membuat kepercayaan warga terhadap kepolisian menurun.

Sebenarnya korban curanmor yang laporan ke radio maupun ke kantor Polisi tentu saja mengetahui kalau mobil atau motor yang hilang tak selalu kembali. Namun, lapor ke Suara Surabaya bikin korban punya secercah harapan. Sebab, ya, pendengarnya banyak. Apalagi, penyiar radio SS bersama gatekeeper—sebutan untuk para pemantau informasi yang masuk ke radio SS—melakukan update berkala ke pendengar radio SS di hari yang sama. Hal seperti ini tampaknya sederhana, tapi membuat korban merasa jika musibah yang mereka alami langsung direspons dengan baik.

Pada akhirnya, korban curanmor memang mau tidak mau tetap melaporkan kehilangan motor atau mobilnya ke pihak Kepolisian meskipun sebelumnya telah melaporkan musibahnya ke radio Suara Surabaya. Namun, hal tersebut tak mengubah kepercayaan orang Surabaya terhadap radio SS dan tetap jadi pilihan utama mencurahkan masalah.

Jika Anda berada di Surabaya dan ingin tahu kondisi kemacetan jalanan, radio Suara Surabaya juga lebih bisa diandalkan daripada aplikasi Waze ataupun Google Maps. Hebat betul radio ini.

Satpam BCA, katanya, menyelesaikan separuh masalah nasabah yang datang. Suara Surabaya pun sama, menyelesaikan separuh masalah warga Surabaya.

Penulis: Tiara Uci
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Membedah Tugas Penyiar Radio yang Sering Dibilang Ngemeng doang

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version