Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Ketika VAR di Sepak Bola Indonesia Hanyalah Mimpi

Aditya Mahyudi oleh Aditya Mahyudi
5 September 2019
A A
VAR

VAR

Share on FacebookShare on Twitter

Video Assistant Referee atau VAR bisa dibilang sebagai fenomena baru di dunia sepak bola. Teknologi dengan sejuta umat dihadirkan untuk meredam dramatisasi sepak bola yang sering menimpa Kompetisi Top Eropa. Anda masih ingat dengan gol Lampard di Piala Dunia 2010 yang dianggap tidak sah akibat bolanya memantul di gawang? Lalu kasus diving Neymar ala Oscar yang sengaja dibuat-buat biar wasit semakin takluk padanya demi sesuap penalti. Semua itu tidak akan terjadi apabila VAR diterapkan di seluruh kompetisi sepak bola.

Mau percaya atau tidak, kehadiran VAR sungguh membuat drama sepak bola semakin hilang sehingga menontonnya saja terkadang bosan bahkan harus rela menunggu keputusan wasit selama berjam-jam. Konsekuensinya bisa kita lihat sendiri yaitu menonton Sepak bola dengan memakai VAR saja seperti menantikan episode selanjutnya yang entah sampai kapan ditayangkan. Kalau begini caranya, lebih baik main FIFA saja daripada menonton pertandingan sepak bola yang isinya hanya menunggu dan terus menunggu hingga ayam jantan berkokok.

Berbicara tentang VAR, Indonesia tidak mau kalah dengan negara-negara Eropa. Melalui kompetisinya dengan titel Liga 1, rencana penggunaan VAR sudah dicanangkan oleh Ratu Tisha supaya kontroversi dan segala kesalahan wasit di dunia sepak bola Indonesia langsung hilang dalam sekejap. Sekaligus mampu meringankan beban wasit supaya tidak repot lagi melihat pelanggaran pemain.

Sayangnya, keterbatasan biaya membuat rencana ini gagal dilaksanakan. Kendala utamanya terlihat jelas ketika harga VAR semakin mahal dan tidak cukup kantong bagi orang Indonesia. Yang lebih mencengangkan lagi, harga VAR mampu mengalahkan harga motor Harley Davidson yang seringkali dipakai para kaum adam untuk touring serta disetarakan dengan harga batangan emas.

Bukan hanya itu, teknologinya yang terlanjur sangat ribet dan minimnya sumber daya manusia adalah salah satu faktor utama yang kemungkinan besar sulit untuk diwujudkan. Meski embel-embel “demi kemajuan bangsa” semakin menggelora, nyatanya langkah yang dilakukan oleh PSSI terbilang nekat bahkan agak sedikit dipaksakan.  Daripada hanya memikirkan wacana ibukota, lebih baik memajukan sepak bola di Indonesia adalah hal yang lebih penting supaya bisa bersaing di tingkat internasional sekaligus mengaungkan semangat Garuda di dadaku.

Jauh sebelum demam VAR melanda Piala Dunia, Indonesia sebenarnya sudah menerapkannya terlebih dahulu di ajang Bandung Premier League yang diklaim sebagai Liga Pertama di Indonesia dengan sentuhan VAR. Walaupun sebatas kompetisi amatir, penggunaan VAR yang hanya bersenjatakan kamera menandakan adanya kemajuan kecil di sepak bola Indonesia di tengah-tengah minimnya anggaran. Tidak sampai di situ saja, penggunaan spray sampai papan pergantian elektronik telah lama diterapkan di kompetisi itu yang seakan menjadi babak baru di sejarah persepakbolaan Indonesia. Bisa dikatakan laga amatir mampu mengalahkan Liga 1 terkait VAR hanya dalam hitungan detik.

Harus diakui, penerapan VAR masih kalah jauh dengan negara tetangga walaupun sepak bola di Indonesia secara de jure hanya unggul dalam urusan pendukungnya saja dari tahun ke tahun.

Contohnya saja Negeri Spesialis Penghadang Indonesia juara yaitu Thailand mulai menerapkan VAR di awal musim ini. Tujuannya bisa kita lihat sendiri yaitu sebagai peningkatan kualitas yang lebih baik. Sebagai contoh, pertandingan Final Liga Thailand adalah saksi bisu sejarah VAR di Asia Tenggara. Saking canggihnya, FIFA sampai memuji Liga Thailand sebagai Liga Terbaik se-Asia bahkan nyaris sejajar dengan Premier League. Selain itu, ada juga musuh bebuyutan Indonesia yaitu Malaysia yang ikut tren demam VAR pada tahun depan berkat kerja samanya dengan Iflix.  Kalau dilihat-lihat, berarti menonton Pertandingan Liga Malaysia sama seperti menonton film beresolusi tinggi dengan suasana bioskop.

Baca Juga:

5 Alasan Banyak Orang Membenci Lionel Messi

Dear Gakpo, Plis Tidak Usah Ikut-ikutan Nunez

Sebagai penonton, saya semakin iri atas keberhasilan dua negara ini karena mereka ini dulunya menumpang hidup lalu tiba-tiba berubah 180 derajat menjadi serba maju saat Sepak Bola Indonesia sedang bermasalah dengan match-fixing oleh pengurusnya. Seandainya Bung Karno masih hidup, kita mestinya malu karena Sepak Bola Indonesia seolah-olah berjalan di tempat tanpa sedikit perubahan dan selalu diidentikkan dengan kasus suap yang terus berjalan sampai saat ini. Sungguh ironis!

Belajar dari kasus kedua negara tersebut yang sudah unggul segalanya dalam hal teknologi, sepak bola di Indonesia sebenarnya mempunyai potensi besar di dunia persepakbolaan Asia Tenggara namun kurang didukung oleh sarana dan prasarana yang membuat sepak bola Indonesia semakin amburadul. Yang lebih penting lagi, mengubah perilaku suporter sepak bola menjadi lebih dewasa atau fairplay harus diutamakan dan jangan memikirkan inovasi yang tak ada hasilnya apalagi sampai membuang uang negara segala. Ingat, pembinaan harus ditingkatkan biar kita bangga sama sepak bola Indonesia terutama kompetisinya. Sebagai saran, VAR di Indonesia sebaiknya tidak usah diterapkan dulu sebelum benar-benar sempurna.

Apapun risikonya, PSSI dan Liga 1 telah berusaha semaksimal mungkin dalam menemukan petunjuk seputar VAR meski hanya berakhir wacana semata alias isapan jempol di lain hari. Meskipun terdapat kendala, sepak bola Indonesia sangat membutuhkan VAR dan sebaliknya VAR membutuhkan Indonesia juga supaya hasilnya lebih adil. Wejangan dari saya, semoga kepimpinan wasit dengan VAR atau tanpa VAR dapat berjalan lebih baik dari sebelumnya agar nuansa kontroversial diganti dengan nuansa perdamaian. (*)

BACA JUGA Kontroversi Mola TV dan Budaya Gratisan Fans di Indonesia atau tulisan Aditya Mahyudi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 September 2019 oleh

Tags: lampardneymarPiala DuniavarVideo Assistant Refereewasit
Aditya Mahyudi

Aditya Mahyudi

Seorang freelancer asal Kota Bandung yang gemar jogging, menonton film spesialis action serta membuat desain grafis di waktu senggang. Memiliki ketertarikan mendalam pada dinamika sosial-budaya serta penerjemahan bahasa internasional, yang sering menjadi inspirasi dalam berbagai karya dan proyek manapun.

ArtikelTerkait

Kita Semua Ingin Maroko Menang, dan Itu Semua karena Cinta

Kita Semua Ingin Maroko Menang, dan Itu Semua karena Cinta

14 Desember 2022
suporter timnas indonesia

Timnas Indonesia dan Betapa Gampangnya Pendapat Suporter Indonesia Berubah

18 Juni 2019
Alasan Anak Petani Tidak Bercita-cita Menjadi Petani terminal mojok.co

Menggugat Istilah Liga Petani yang Nggak Lucu Sama Sekali

26 September 2020
Leonardo PSG FIFA PES gim sepak bola Lionel Messi Mojok

Setelah Messi Pindah ke PSG, Dunia PES dan FIFA Tak Lagi Sama

12 Agustus 2021
Di Kampung Saya, Orang-orang Lebih Suka Main PES Dibanding FIFA terminal mojok.co

Nggak Perlu Boikot, Ini Tips Menghadapi PSG di PES

14 Agustus 2021
wasit sepak bola indonesia liga 1 mojok

500 Hari Tanpa Sepak Bola Indonesia, kok Wasitnya Masih Gitu-gitu Aja?

30 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.