Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pengalaman 32 Jam Naik Kereta Api Pakistan seperti Kembali ke Era 90-an

Ibnu Fikri Ghozali oleh Ibnu Fikri Ghozali
5 Januari 2025
A A
Pengalaman 32 Jam Naik Kereta Api Pakistan seperti Kembali ke Era 90-an Mojok.co

Pengalaman 32 Jam Naik Kereta Api Pakistan seperti Kembali ke Era 90-an (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Apa yang kalian bayangkan tentang layanan kereta api di Pakistan? Bisa duduk manis di gerbong ber-AC sambil mengisi daya ponsel? Kalian salah besar. Naik kereta api di Pakistan itu seperti naik kereta api era 90-an di Indonesia. Saat di mana kereta ekonomi tidak mengenal dinginnya AC, nomor kursi, dan pedagang bebas keluar-masuk gerbong. 

Itulah yang saya rasakan ketika beberapa tahun lalu kuliah di Pakistan dan melakukan perjalanan jauh menggunakan kereta api. Pada saat itu, saya dan 6 teman memutuskan berlibur ke Karachi. Jarak sejauh 1.521 kilometer itu ditempuh menggunakan Awami Express dalam waktu 32 jam. Iya, kalian tidak salah baca, lebih dari 1 hari kami di perjalanan.  

Kekacauan tampak sejak di stasiun

Awalnya kami mengira, ini akan menjadi pengalaman yang seru. Bayangkan saja, betapa  asyiknya bisa menghabiskan 32 jam perjalanan dengan ngobrol dan menikmati pemandangan bersama teman. Namun, semua itu salah besar. 

Sebenarnya, kami sudah syok dengan layanan kereta api Pakistan sejak dari Stasiun Islamabad. Kalau boleh mendeskripsikannya dalam satu kalimat, Stasiun Islamabad adalah chaos dalam bentuk paling murni. Orang lalu-lalang membawa berbagai macam barang, ada yang menjinjing karung besar hingga membawa hasil panen. Di tengah keramaian ini, pedagang kaki lima menyerbu. Mereka menawarkan chai (teh susu khas Pakistan), roti naan, dan samosa sambil berteriak. 

Pemandangan itu tampak begitu kontras dengan kami yang menenteng koper. Kami yang belum punya pengalaman soal perkeretaapian Pakistan hanya bisa menatap bingung. Berusaha menyesuaikan diri.

Kami naik Awami Express yang punya dua jenis tiket: closed dan open. Kami memilih tiket closed yang artinya kami sudah punya tempat duduk sehingga tidak perlu lagi berebut dengan penumpang lain. Berbeda dengan tiket open. Mereka bebas naik, asal kuat berdiri di lorong selama 32 jam. Atau lebih nekat lagi, duduk di lantai bersama bawaan mereka.

Naik kereta api Pakistan seperti kembali ke era 90-an

Begitu masuk ke gerbong Awami Express, saya merasa seperti dilempar kembali ke masa kecil di era 90-an. Kursinya panjang, bisa dijadikan tempat tidur kalau kalian cukup kreatif mengatur posisi tubuh. Jendela dibiarkan terbuka lebar karena tidak ada pendingin udara. 

Kereta api akhirnya mulai bergerak. Pengalaman baru yang sebenarnya kurang nyaman ini masih terasa baik-baik saja di awal, bahkan menyenangkan. Kami masih bisa bercanda, berbagi makanan, dan menikmati pemandangan luar jendela yang menyuguhkan ladang hijau dan desa-desa kecil. 

Baca Juga:

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Akan tetapi, suasana itu tidak bertahan lamai. Setiap kali kereta berhenti di stasiun, pedagang naik ke gerbong seperti pasukan gerilya. Mereka menawarkan segala macam makanan, mulai dari chai, samosa, hingga biryani pedas. Para penumpang tiket open mulai memadati lorong, duduk di lantai, atau berusaha mencari ruang di mana pun. Beberapa bahkan nekat duduk di atas koper mereka sendiri.

Baca halaman selanjutnya: Dan jangan bayangkan …

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2025 oleh

Tags: Keretakereta apikereta api pakistanpakistanpilihan redaksi
Ibnu Fikri Ghozali

Ibnu Fikri Ghozali

ArtikelTerkait

Wonogiri dan Gunungkidul, Saudara Kembar Beda Nasib

Gunung Pegat, Gunung Belah, dan Giribelah, 3 Gunung di Wonogiri yang Bikin Bingung

5 Juni 2023
Tukang Bangunan Emang Hobi Nyalahin Kerjaan Tukang Sebelumnya terminal mojok.co

Tukang Bangunan Emang Hobi Nyalahin Kerjaan Tukang Sebelumnya

15 September 2021
Susu Tunggal, Susu yang Bikin Nostalgia Masa Kecil Warga Blitar

Susu Tunggal, Susu yang Bikin Nostalgia Masa Kecil Warga Blitar

20 Januari 2024
Kerja Full Time sebagai Musisi Kafe Ternyata Masuk Akal dan Menguntungkan Juga

Kerja Full Time sebagai Musisi Kafe Ternyata Masuk Akal dan Menguntungkan Juga

29 Oktober 2023
5 Hal yang Bikin Tinggal di Surabaya Itu Perlu Disyukuri Terminal Mojok.co

5 Hal yang Bikin Tinggal di Surabaya Itu Perlu Disyukuri

1 Maret 2022
Peresmian Pembukaan Subway Pertama di Yogyakarta.

Subway Adalah Kombinasi Restoran Fast Food dengan Nyali Besar dan Makanan Enak

28 Juli 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.