Anak merupakan anugerah yang tak ternilai harganya yang dititipkan Tuhan kepada manusia. Banyak orang tua yang melakukan berbagai cara untuk menghasilkan keturunan, baik direncanakan dengan matang maupun tidak alias sesukanya saja. Program kehamilan pun bermacam-macam, mulai dari memakan makanan sehat, mengonsumsi obat-obatan herbal untuk kesuburan (yang iklannya menjamur di Instagram melalui endorse ke selebriti beranak banyak), hingga program bayi tabung yang harganya bikin sesak napas. Dari semua proses kehamilan hingga memiliki anak, ada satu hal yang tak bisa dilewatkan begitu saja, yaitu pemberian nama anak.
Soal pemberian nama anak ini, ngaku saja, dulu waktu kecil kita sering kan berkhayal kelak di masa depan, kita akan memiliki anak dengan gebetan yang kita sukai, lalu mencoba merangkai nama-nama terbaik untuk anak kita. Tapi sepertinya bukan hanya ketika kita kecil, hasrat merangkai nama anak pun bermunculan ketika kita sudah memasuki jenjang yang serius bersama pasangan.
Akhir-akhir ini netizen Indonesia sedang ramai berbincang soal nama anak. Kenyataannya, nama anak zaman sekarang itu susahnya nauzubillah. Ada versi kebarat-baratan dengan huruf vokal atau konsonan ganda seperti Queenzha, Kenzo, Moonella, Shafeea, hingga kealam-alaman seperti Biru, Senja, Bumi, Antariksa, Komet, Petir, Tanah, hingga Black Hole. Sungguh suka-suka si orang tua saja. Bahkan, seorang Fiersa Besari memiliki gebrakan baru di dunia pernamaan anak dengan memberi kata kerja di dalam nama anaknya, Kinasih Menyusuri Bumi. Unik dan antimainstream. Dan jangan lupakan pula rangkaian nama bak kereta api, minimal 3 kata, maksimal tak terhingga.
Fenomena nama Queenzha dan Kenzo yang diberikan oleh ibu-ibu muda sosialita masa kini sering diilustrasikan oleh netizen sebagai anak-anak yang bersekolah di sekolah internasional dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. Sehingga ketika anak-anak tersebut berbicara, kosakatanya bercampur aduk antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kemudian dialog yang akan terjadi kira-kira begini:
Mommy: “Queenzha, no no naughty, ya! Mami nggak suka kamu kalau makan nggak diabisin. Ayo, makannya udah ditemenin Sus loh itu, cepetan!” (Sambil Instastory-an)
Queenzha: “Tapi Queenzha don’t like salmon, Mamiii. Queenzha sukanya tahu goreng.” (Lah, ternyata ketularan babysitter-nya doyan tahu goreng. Kemudian followers Instagram Queenzha terkejut dan gemas karena Queenzha lidahnya lokal abis. Padahal sih wajar-wajar saja)
Lalu, kenapa sih nama-nama keren seperti Queenzha atau Kenzo ini jadi favorit orang tua muda zaman sekarang? Apa mereka menganggap nama seperti Hendra, Putri, Yani, dan Ahmad sudah sangat ketinggalan zaman dan jadul sehingga memilih nama-nama yang terdengar keren namun rumit ini? Jujur, waktu saya mengetik nama-nama itu juga susah banget dan harus fokus biar nggak typo. Hmmm, jadi apa kira-kira alasan pemilihan nama tersebut?
Menurut saya, tren penamaan anak memang secara alami terus berubah. Di angkatan kakek nenek saya, banyak orang tua memberi nama anaknya dengan awalan Su-, akhiran -to, atau akhiran -min. Ambil saja contohnya nama mantan presiden kita: Soekarno dan Soeharto. Berbeda lagi di zaman saya, sangat jarang saya menemukan teman-teman seangkatan saya memiliki nama seperti yang tadi saya sebut di atas karena dianggap terlalu kuno dan jadul. Kalaupun ada, biasanya itu adalah nama keluarga yang diturunkan dari orang tua ke anaknya.
Nah, tren penamaan anak ini biasanya menular. Lihat anak orang lain namanya bagus, diikutin. Nama anak tetangga kebule-bulean, nggak mau ketinggalan juga. Lihat selebgram namanya mengandung unsur alam, langsung ikut bikin daftar nama anak dengan unsur alam yang paling langka sedunia. Teman arisan baru lahiran lalu nama anaknya islami banget, berusaha buat nama yang islami tapi diubah sedikit hurufnya biar kelihatan keren. Waduh, capek juga ya jadinya. Belum lagi kalau ada yang menuntut orang gara-gara ada anak orang lain yang namanya sama dengan anaknya dan si orang ini merasa nama anaknya adalah nama paling unik sedunia karena dia buat sendiri, nggak nyontek buku nama. Makin ribet ini cuma perkara nama.
Sebenarnya nggak ada yang salah dari urusan nama anak ini. Anak juga anak sendiri, orang tuanya jelas berhak memberi nama yang terbaik. Pemberian nama juga merupakan sebuah doa orang tua agar kelak anaknya menjadi orang yang diharapkan (sesuai arti namanya). Ada juga yang mengatakan bahwa orang tua zaman sekarang berharap dengan memberi nama anak se-unik dan se-modern mungkin, maka akan meningkatkan status sosial di lingkungannya sebagai orang tua kontemporer yang tidak kaku pada perkembangan zaman. Bisa juga sebagai cara untuk membuat anak terlihat lebih menonjol karena memiliki nama yang unik bin susah itu.
Di balik itu semua, biarlah orang tua muda zaman sekarang menamai anaknya dengan kata apa pun yang mereka sukai. Tapi kalau menurut saya, alangkah lebih bijak jika menamai anak dengan nama yang ringkas, tidak menyulitkan anak, dan timeless. Lebih terasa elegan saja. Karena saya susah membayangkan apa jadinya jika anak saya sudah jadi nenek, lalu cucunya memanggil dengan panggilan Nek Queenzha. Oh ya, jangan sampai saya malah lupa sama nama anak sendiri. Jangan sampai pula saya harus bikin acara bubur merah putih buat ganti nama anak saya gara-gara keberatan nama, hahaha!
BACA JUGA 6 Rekomendasi Nama Anak yang Nyentriknya Setara Nama Anak Elon Musk.