Meski zaman sudah begitu maju, dan hampir segala rahasia di dunia terkuak kebenarannya, masih banyak orang yang percaya betul dengan teori konspirasi. Bagi mereka, teori ini menjelaskan hal-hal yang mencurigakan dan seakan tak terkuak.
Banyak teori konspirasi beredar, dan sumbernya tak jarang bikin kita terheran-heran, kartun The Simpsons, misalnya. The Simpsons seringkali dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa penting dunia. Beberapa orang berpendapat tentang episode-episode yang tayang seolah mampu meramalkan kejadian di masa depan.
Selain konspirasi The Simpsons, paling hangat adalah konspirasi elit global. Ketika pandemi covid-19 lalu orang-orang sepertinya percaya peran elit global yang sedang mengontrol dunia.
Tapi, yang paling terkenal dan (entah kenapa) paling sering dipercaya adalah penganut Flat Earth. Mereka adalah sekumpulan orang yang nggak paham pelajaran SD percaya bahwa bumi itu datar.
Hal-hal seperti itu terkesan tidak masuk akal dan biasanya tidak dibarengi dengan fakta empiris yang jelas. Pun, sering kali dibantah dengan metode yang teruji dan terukur. Namun, mengapa hingga kini masih banyak orang-orang percaya dengan teori konspirasi meskipun kebenarannya masih sering dipertanyakan?
Sebelum itu, kita perlu merunut terlebih dahulu penjabaran tentang konspirasi. Karen Douglas, seorang profesor psikologi sosial di University of Kent dalam tulisannya berjudul Are Theory Conspiracy Harmless menjelaskan tentang teori konspirasi. Menurutnya, teori konspirasi menjelaskan tentang peristiwa atau keadaan signifikan sebagai suatu tindakan rahasia yang jahat dan kuat dan dilakukan oleh kelompok tertentu. Karena umumnya teori konspirasi seringkali menyasar kejadian, peristiwa, dan tokoh besar dunia.
Mari kita bahas beberapa teori konspirasi. Mungkin, siapa tahu kalian jadi paham kenapa teori konspirasi terkesan “indah” dan “mencerahkan”.
Daftar Isi
- Teori konspirasi Kematian Lady Diana
- Teori konspirasi The Beatles
- Hingga kini, tak ada pembuktian akan teori konspirasi tersebut
- Paranoid pada kelompok lain
- Ketakutan tidak menemukan kebenaran
- Ingin merasa unik dibanding yang lain
- Pengaruh kultur kepercayaan magis
- Disanggah sekalipun, tetap banyak yang percaya teori konspirasi
Teori konspirasi Kematian Lady Diana
Kematian Lady Diana di tahun 1997 tidak luput dari beragam teori konspirasi yang menyelimuti di dalamnya. Klasifikasi yang disebutkan oleh Karen Douglas tentang teori konspirasi yang menyasar kejadian besar dunia. Dilansir dari artikel The Guardian berjudul Diana Verdict Sparks Fayed Appeal, dijelaskan tentang ringkasan putusan yang diterbitkan setelah penyelidikan.
Artikel tersebut menyebutkan bahwa setelah kecelakaan Diana masih tampak dalam keadaan sadar, dan sedang berjongkok di lantai mobil. Kecelakaan yang semula diperkirakan diakibatkan oleh paparazi yang mengejar Mercedes milik Diana, berganti menjadi ditemukannya hasil penyelidikan bahwa kecelakan diakibatkan oleh pengemudi yang dalam keadaan mabuk dengan mobil yang berkecepatan tinggi.
Beberapa teori konspirasi pun mencuat ke permukaan. Berbagai sumber menyebut motif yang berbeda tentang kematian Lady Diana. Seperti kekhawatiran Lady Diana akan “kecelakaan” untuknya melalui catatan miliknya usai perceraiannya dengan Charles pada 1996, yang kemudian diterbitkan oleh mantan pelayannya.
Lalu adanya paparazzi yang mengejar mobil Diana sehingga mengakibatkan kecelakaan. Pun juga tentang Lady Diana yang disebut sedang mengandung anak Dodi al-Fayed, sehingga kecelakaan itu seolah direncanakan. Banyak sekelompok orang percaya dan meyakini kalau kecelakaan Lady Diana bukanlah akibat kecelakaan biasa. Melainkan disengaja atau “dibunuh” oleh sosok tertentu yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya juga hingga sekarang.
Teori konspirasi The Beatles
Lain lagi dengan Lady Diana, The Beatles pun memiliki teori konspirasinya sendiri yang cukup terkenal. Salah satunya pada cover album Abbey Road dan pada personilnya Paul McCartney.
Kegaduhan tentang ini mulanya berawal pada tahun 1969 dari munculnya rumor bahwa Paul McCartney telah meninggal akibat kecelakaan mobil pada 1966. Seorang DJ, Russ Gibb pada saat itu menyebarkan berita palsu dengan memutar lagu dari White Album secara mundur, dan terdengar seperti “Turn me on, dead man” di akhir lagu.
Kenapa sih orang selo banget memutar lagu secara mundur? Why don’t you get a job?
Kemudian sebelum rilisnya album Abbey Road, muncul sebuah surat kabar pada September 1969 yang menyatakan Paul telah meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dan kemudian Paul digantikan dengan orang yang sangat mirip di The Beatles.
Di dalam cover album tersebut terlihat mereka berempat sedang berjalan di atas zebra cross. John Lennon berada di barisan paling terdepan dengan setelan jas dan serba putih, dan banyak yang beranggapan John diisyaratkan sebagai tuhan. Lalu ada Ringo Star dengan setelan jas serba hitamnya seperti seorang yang sedang datang ke pemakaman. Sedangkan di belakangnya ada Paul McCartney yang mengenakan setelan jas juga tapi tidak memakai alas kaki, banyak yang menganggap ini sebagai cocokologi kematian Paul. Dan yang paling belakang diisi oleh George dengan setelan kemeja dan celana jeansnya yang dianggap sebagai tukang gali kubur.
Hingga kini, tak ada pembuktian akan teori konspirasi tersebut
Teori konspirasi ini cukup terkenal dan bercabang dengan cocokologi yang lainnya, seperti pada plat mobil VW di belakangnya. Pun pada langkah kaki Paul yang berbeda sendiri dibanding yang lain, seolah memperkuat rumor meninggalnya Paul. Dan kembali lagi, hingga kini tidak ada pembuktian sebenarnya bahwa ada dua Paul dalam beberapa tahun ke belakang. Atau makna sesungguhnya di balik album White Album dan Abbey Road.
Lalu kenapa orang-orang masih tertarik dan percaya dengan teori-teori konspirasi seperti cerita di atas? Meskipun terkadang sudah diberikan penjelasan secara ilmiah dan empiris pun, masih ada saja beberapa orang yang tetap mempercayai teori konspirasi. Setidaknya menurut Douglas ada beberapa alasan mengapa orang-orang masih percaya dengan teori konspirasi. Pertama, epistemik—atau berkaitan dengan kebutuhan untuk pengetahuan dan kejelasan. Kedua, ingin merasa unik dibanding yang lain.
Paranoid pada kelompok lain
Dalam sebuah jurnal berjudul Paranoia and Conspiracy Thinking milik Anna Greenburgh dan Nichola J. Raihani menjelaskan bahwa persepsi terhadap konspirasi adalah kunci fenomenologis dari paranoid, yang sering melibatkan kekhawatiran tentang dianiaya oleh sekelompok orang lain yang terkoordinasi dalam upaya mereka untuk menyakiti individu.
Teori konspirasi lahir dengan adanya kelompok orang yang memiliki pendapat yang sama. Beberapa orang memilih untuk percaya pada satu konspirasi karena memiliki ketakutan terhadap kelompok tertentu. Sehingga agar merasa aman, kemudian bergabung dengan kelompok tersebut. Agar memiliki kesamaan pendapat sehingga tidak merasa sendiri.
Ketakutan tidak menemukan kebenaran
Karena banyaknya kemungkinan yang bermunculan akibat dari konspirasi yang disematkan pada suatu kejadian. Hal ini mengakibatkan seseorang bingung untuk percaya pada kemungkinan mana yang paling benar. Apalagi jika orang tersebut adalah penggemar The Simpsons, Lady Diana, atau The Beatles sekalipun.
Kecenderungan untuk mempercayai satu kebenaran akhirnya menjadikan mereka memutuskan untuk memilih mempercayai teori konspirasi. Bukan karena informasi yang diterima adalah sebuah fakta empiris, melainkan pengaruh keberpihakan mereka terhadap objek atau subjek yang digemarinya. Seperti mereka tidak percaya Lady Diana meninggal akibat kecelakaan yang umum karena kebaikan selama Diana hidup. Akhirnya, mereka memilih percaya pada teori Diana yang dibunuh.
Ingin merasa unik dibanding yang lain
Selanjutnya, ada beberapa orang yang mempercayai teori konspirasi hanya karena ingin terlihat berbeda dibanding yang lain. Mereka yang berada di posisi ini cenderung narsistik karena ingin menonjol di sekumpulan kelompok yang memiliki pendapat seragam.
Selain itu, mereka cenderung ingin memiliki kontrol atas orang lain, dan menjadikannya tetap mempercayai teori konspirasi. Meski mungkin saja baginya tetap tidak masuk akal.
Pengaruh kultur kepercayaan magis
Teori konspirasi umumnya terlihat tidak masuk akal dan sulit dibuktikan secara empiris. Hal ini sama dengan kepercayaan orang-orang terhadap paranormal atau magis. Mereka yang tinggal di lingkungan mayoritas kuat pada kepercayaan magisnya, cenderung lebih mudah terpapar teori konspirasi. Karena menganggap bahwa ada one man behind yang mengontrol ini, dan percaya ada hal yang tidak masuk logika tapi tetap dipercayai.
Mereka cenderung percaya hal-hal magis dan teori konspirasi berdasarkan kepercayaan pribadi, tanpa perlu pembuktian lain untuk memperkuat kepercayaannya. Dalam kata lain, apabila sudah percaya pada satu hal, itu tidak akan berubah dengan cepat. Meskipun ilmu pengetahuan telah menjelaskan semuanya. Dan kebiasaan ini biasa terjadi pada keadaan yang kultur kepercayaan magisnya kuat.
“Kadang-kadang kita mengatakan orang beragama lebih cenderung percaya pada teori konspirasi karena mereka mengadopsi pandangan dunia Manichean baik versus jahat, tapi itu lebih rumit dari itu,” menurut Drochon seorang profesor teori politik Universitas Nottingham, Inggris. “Ini sering tentang berada di posisi minoritas, jadi jika Anda sangat religius di dunia sekuler, Anda lebih cenderung percaya pada teori konspirasi. Tetapi jika Anda sangat ateis di dunia religius, Anda juga akan rentan.”
Disanggah sekalipun, tetap banyak yang percaya teori konspirasi
Oleh karena itu, memang ada beberapa alasan logis mengapa masih ada orang yang percaya teori konspirasi. Pengaruh keadaan sekitar dan kondisi psikologis dari orang tersebut ternyata mampu memengaruhi pilihan mereka untuk mempercayai sesuatu., Sederhananya teori konspirasi akan selalu menyasar hal-hal besar yang sedang terjadi dan selalu menarik perhatian banyak orang.
Akan tetapi semua kemungkinan masih bisa saja terjadi. Seperti Lady Diana yang mungkin benar hanya kecelakan biasa. The Simpsons yang hanya kebetulan episodenya mirip dengan kehidupan nyata. Ataupun The Beatles yang mungkin saja membuat sedemikian rupa cara dan eksperimennya untuk mempromosikan album White Album dan Abbey Road-nya.
Penulis: Rizky Surya Nugraha
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Teori Konspirasi: Apa Itu Sebenarnya dan Bagaimana Orang Bisa Percaya?