Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Kenapa Kita Sering Beramai-ramai Membenci Orang Lain di Twitter?

Rizky Adinda Febriyanti oleh Rizky Adinda Febriyanti
10 Juni 2020
A A
twitter

twitter

Share on FacebookShare on Twitter

Kenapa kita suka merawat kebencian di Twitter?

Saat ini, saya kuliah di jurusan yang mengharuskan mahasiswanya untuk aktif menggunakan media sosial. Ya tidak wajib juga, sih. Minimal biar tidak kalah update dengan dosen dan tidak kelihatan bego di kelas. Oleh karena itu, saya harus sering-sering bersabar dari segala keanehan dan perkara toxic di media sosial.  Lama-lama terbiasa, tetapi kadang saya masih geleng-geleng kepala melihat tingkah laku para netizen.

Salah satunya contohnya adalah fenomena unik bin nyeleneh di jagat Twitter yang baru-baru ini saya sadari. Orang-orang kelihatannya suka sekali mengajak-ajak untuk menghujat atau membenci yang lain. Bukan memberi kritik, tetapi cenderung menyampaikan kekesalannya yang kemudian berujung memojokkan orang lain. Biasanya, bermula dari curhat atau screenshot yang dianggap bermasalah dan disebarkan kepada publik. Beberapa kasus bahkan disertai dengan tag langsung ke akun orang bermasalah yang sedang dibicarakan. “Spill the tea,” kalau kata orang-orang.

Tinggal menunggu waktu sampai kasusnya mencapai ratusan hingga ribuan retweet dan like. Kemudian, yang lain datang untuk menghakimi, ikut marah, atau sebaliknya malah menyerang orang yang mengunggah permasalahan tersebut. Hal ini berulang kali terjadi dengan pola yang sama di beragam kasus.

Kalau kasus yang dipermasalahkan memang parah atau merugikan orang lain masih mending. Mungkin tujuannya diumbar agar bisa ditindak lanjut atau menuntut kejelasan dari pihak yang bersangkutan. Misalnya kasus konten prank bingkisan sampah oleh seorang (yang katanya) YouTuber pada bulan Mei kemarin. Atau mungkin tentang selebgram yang “keceplosan” menyebut dirinya enggan menggunakan masker selama pandemi.  Akan tetapi, tak jarang hal yang dipermasalahkan hanyalah pembelaan atas selera musik atau makanan, gosip-gosip tentang selebritas TikTok, mendebat orang yang berpendapat bahwa lelaki perwira hanya cocok dengan perawat, dan sebagainya.

Hal ini sering saya jumpai pada akun-akun auto base atau menfess yang mengunggah twit dari para pengirim secara anonim. Pokoknya kalau sudah diimbuhi kata “wdyt?” dan sejenisnya, tanda-tanda siap untuk menghujat bersama-sama. Beberapa bahkan sudah mengklaim di bio akunnya bahwa akun tersebut dibentuk memang untuk meributkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan.

Siapa sangka akan ada masa di mana cari ribut pun difasilitasi lewat akun media sosial? Makanya, jangan heran lagi kalau sekarang sudah muncul tren, “Saya haus keributan.”

Saya sempat berpikir, apakah orang-orang ini tidak bisa membenci sesuatu sendirian saja? Kenapa ketika merasa orang lain salah, maka ia harus mengumbarnya di Twitter secara terbuka? Padahal, sesuatu yang salah menurut satu orang belum tentu salah juga bagi yang lain. Inilah akibatnya kalau kebiasaan rasan-rasan sudah mendarah daging. Mungkin kurang sreg kalau membenci sendirian, akhirnya memilih untuk mengajak yang lain. Atau mungkin, orang-orang ini hanya membutuhkan validasi atas rasa bencinya tersebut?

Baca Juga:

4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang

Akun Affiliate yang Jualan Numpang Tragedi Itu Biadab, dan Semoga Nggak Laku!

Saya pernah mencoba berpikir positif bahwa orang-orang ini mungkin tidak punya tempat lain untuk bercerita. Makanya, semua ceritanya ditumpahkan di Twitter atau mungkin media sosial lainnya juga. Toh, katanya media sosial itu tempat untuk bebas berekspresi dan berpendapat. Hanya saja, rasanya sayang kalau kebebasan itu malah berakhir diwarnai dengan kebencian satu sama lain.

Bukan berarti saya tidak pernah kesal sampai marah-marah di Twitter. Waktu itu saya pernah merasa risih karena ada perempuan yang mengunggah video ketika dia ngambek dengan sang kekasih yang terus-terusan main game. Akhir cerita, sang kekasih rela berhenti bermain dan menghapus game tersebut. Bodo amat, pikir saya waktu melihat konten itu. Tidak ada yang peduli dengan seseorang yang bangga telah melanggar hak kekasihnya dengan kedok rasa sayang.

Setelah mengeluarkan unek-unek, rasanya memang lega. Akan tetapi, ada rasa bersalah yang muncul, terlebih karena saya berkomentar langsung dengan fitur quote retweet. Seolah-olah saya mau memberi tahu followers saya, “Ini lho, ada orang yang mengunggah hal-hal seperti ini.” Padahal  kalau dipikir-pikir, kenapa saya, sebagai orang yang tidak kenal pasangan tersebut, ikut meributkan hal sesepele itu?

Tulisan ini saya buat untuk memperingatkan kaum-kaum yang mungkin belum terjun bermain Twitter dan sebangsanya, atau mungkin yang sudah terlanjur tetapi belum tersadar. Selain itu, bisa juga menjadi pengingat untuk diri saya sendiri yang kadang masih suka ceplas-ceplos di Twitter.

Tidak apa-apa sih, bisa jadi ini hanya kecenderungan di timeline saya saja. Jangan buru-buru memutuskan untuk keluar atau menghindari bermain Twitter. Banyak yang bilang katanya pintar-pintar menyaring dan memanfaatkannya aja, gitu.  Twitter juga bisa kamu gunakan untuk menjalin pertemanan, mencari resep makanan ala-ala, testimoni make up, tips dan trik menata kamar kos, serta berbagai hal menarik lainnya yang lebih bermanfaat daripada hanya untuk mengumbar amarah karena kesalahan orang lain.

Eh, atau jangan-jangan tulisan ini juga bisa jadi ajakan untuk bersama-sama membenci orang lain juga, ya? Atau jangan-jangan nanti saya diomongin di akun-akun base/menfess, “Capek-capek nulis, kalau nggak suka kan bisa block/mute/unfollow aja! Atau nggak usah main Twitter sekalian!”

Lha.

BACA JUGA Kenapa Becandaan di Twitter Nggak Laku di Facebook?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 14 November 2021 oleh

Tags: BullykontenTwitter
Rizky Adinda Febriyanti

Rizky Adinda Febriyanti

Seorang mahasiswa yang sedang berlatih membiasakan diri untuk membaca dan menulis.

ArtikelTerkait

Kebiasaan Pemerintah Indonesia Minta Hapus Konten ke Google, Emang Bikin Malu! terminal mojok.co

Kebiasaan Pemerintah Indonesia Minta Hapus Konten ke Google: Emang Bikin Malu!

26 Oktober 2021
maudy ayunda

Maudy Ayunda Bicara Soal Beauty Bullying, Orang-Orang Jelek Makin Sedih

29 Juli 2019
Panduan Menghadapi Fanwar di Twitter Terminal Mojok

Panduan Menghadapi Fanwar di Twitter

21 Mei 2022
4 Dosa Akun Centang Biru yang Bikin X Jadi Makin Nggak Asik

4 Dosa Akun Centang Biru yang Bikin X Jadi Makin Nggak Asik

4 Februari 2025
Es Krim McD Geprek_ Ide Konten yang Terlalu Berlebihan Atau Sangat Kreatif_ terminal mojok

Es Krim McD Geprek: Ide Konten yang Terlalu Berlebihan Atau Sangat Kreatif?

28 Oktober 2021
maia estianty twit viral kritik pemerintah donasi kitabisa apd rumah sakit tes untuk masyarakat sosialita arisan tempey twitter mojok.co

Bunda Maia Estianty Jangan Ikut Memperkeruh Suasana ya, ya?

11 April 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.