Kemampuan Terpendam Bakul Angkringan Adalah Jadi Pendengar yang Baik bagi Pelanggan

Kemampuan Terpendam Bakul Angkringan Adalah Jadi Pendengar yang Baik bagi Pelanggan terminal mojok.co

Kemampuan Terpendam Bakul Angkringan Adalah Jadi Pendengar yang Baik bagi Pelanggan terminal mojok.co

Sebagai seorang yang berpengalaman dalam bidang pelayanan konsumen di sebuah angkringan, saya banyak mendengar cerita persoalan hidup para pelanggan. Entah blio ini hanya sekadar tukang cilok yang mampir untuk istirahat makan malam sementara, hingga pegawai negeri yang merasakan penatnya bekerja dari pagi sampai senja.

Anehnya, pegawai negeri yang sehabis ngantor ini nggak pulang, tapi malah mampir, cerita, dan pesan kopi. Pak, itu lho, anak istrimu itu menanti dirimu di rumah. Lha kok malah enak-enak ngopi di angkringan saya itu gimana? Yoweslah, hitung-hitung ngelarisi dagangan saya.

Sebut saja Mang Kris. Blio ini adalah pedagang cilok yang merantau dari Sunda ke tanah Jawa. Hampir dua tahun berwirausaha sebagai pedagang cilok di kota yang (katanya) romantis ini. Mang Kris pernah menuturkan bahwa untuk saat ini, zaman di mana semuanya serba dilarang dan harus taat peraturan menggunakan masker.

Para wirausaha menengah memang harus benar-benar mempunyai cara tersendiri untuk membuat usahanya semakin maju. Contohnya saja, blio ini sudah menggunakan mode online untuk mengiklankan cilok. Ya walaupun jam operasional online hanya dari jam tujuh pagi sampai jam duabelas siang. Namun, blio tetap suka hati melakoni pekerjaannya tersebut.

Sementara Pak Darsono yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, yang jika pulang ngantor sering mampir dulu untuk sekadar ngopi, beliau juga sangat sering menceritakan tentang perilaku anaknya yang tidak jauh dari sifat ayahnya. Koclok memang, tapi ya sudah sifat turun temurun. Beliau bercerita tentang anaknya yang sering sekali pipis di kompor istrinya, menjilat sarang laba-laba, hingga menyobek uang seratus ribu.

Saya nggak habis pikir, ketika besar nanti, anaknya mau jadi seperti apa. Jujur saja, dari sekian banyak cerita tentang tingkah anaknya Pak Darso ini, saya malah mumet sendiri. Lha kalau Pak Darsonya malah tenang sambil ngopi, nggak tau istrinya. Mungkin sudah judeg

Ada juga yang namanya Mas Putra. Blio ini sama seperti saya yang berlatar belakang jomblo hina lumutan naudzubilah. Bedanya hanya satu, blio nggak punya yang namanya mantan kekasih. Iya, bener itu Mas Putra nggak pernah sekalipun nembak cewek. Katanya pernah ditolak sebelum nembak. Lha wong blio sempat punya pemikiran bahwa suatu saat jika sudah menginjak umur tiga puluhan dan nggak punya pasangan hidup, blio bakal ngadopsi anak saja.

Curhatan Mas Putra ini sering kali menjadi inspirasi saya untuk menjadi anak literasi. Tersiksanya hati blio adalah cerita haru dalam setiap halusinasi. Pernah ditikung oleh pemuda hijrah sampai ditinggal rabi. Tapi terakhir saat kami bertemu, blio sudah boncengan sama cewek dan mukanya tetep nggateli seperti biasanya. Seolah mengejek saya yang nggak laku-laku ini. Semoga PDKT-nya Mas Putra ini cepat berakhir, kemudian jomblo seumur hidup.

Pernah juga saya didatangi mbak kos seberang angkringan hanya untuk ngelarisi dagangan. Saya lupa namanya, tapi yang jelas blio ini nggak pernah mampir ke angkringan saya lagi setelah gerobak angkringan saya digondol bapak-bapak Satpol PP.

Saya pernah mendengarkan keluh kesah mbak-mbak lucu ini tentang nasibnya yang baru saja menjadi mahasiswa baru di sebuah kampus Yogyakarta. Setiap hari menggunakan pembelajaran online sebagai mitra untuk tetap kuliah. “Saya itu capek, Mas. Pengin nikah aja.” Saya sempat baper ketika blio bilang seperti itu. Lha wong baru kenal, kok malah langsung cak-cek ngomongnya nggak dijaga. Mak deg ser rasanya.

Serius badan saya langsung adem panas waktu itu. Saya kira pengin ngajak saya rabi, ternyata hanya sebatas curhatan sehari-hari. Selain itu, blio mengungkapkan bahwa kegiatan kuliah online ini sebenarnya sangat sulit untuk dipahami. Kadang sinyal hilang, kadang laptop yang ngelag, dosen yang ketiduran, dan lain sebagainya. Menghambat dalam kegiatan belajar, katanya.

Yap, angkringan. Di mana obrolan receh berbagai kasta dari mulai atas sampai bawah menjadi satu gabungan literasi dalam memecahkan masalah hidup. Walaupun tetap saja kebanyakan dari mereka nggak pernah menemukan solusinya, setidaknya dagangan saya tetap dilarisi. Sebatas merokok dan ngopi saja, sudah cukup meringankan beban pikiran. Semoga pelanggan saya tetap diberikan kesejahteraan dan kemajuan dalam hidup.

BACA JUGA Saya Bakul Angkringan dan Ini 6 Menu yang Paling Laris Tanpa Harus Diromantisasi dan tulisan Grantino Gangga Ananda Lukmana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version