Bagi seorang cowok pendek, fisik yang tidak sempurna sering dijadikan bahan rundungan. Pikir saya, memiliki tubuh tinggi setidaknya bisa dihormati banyak orang. Sayangnya, begitulah kenyataan. Mereka yang bertubuh pendek sering dipandang sebelah mata.
Lambat laun saya mencoba survive dan menerima semuanya, termasuk tinggi badan saya yang cenderung cekak ini. Meski sulit, saya akhirnya bisa sedikit lega dan melihat semua dari sisi yang berbeda. Banyak sisi positif yang patut dibanggakan. Daripada pusing memikirkan kekurangan, alangkah bijak bila mensyukurinya.
Cowok pendek nggak terlalu pusing memilih ukuran baju
Ternyata jika melihat dari sisi yang lain, mempunyai badan yang nggak tinggi-tinggi amat lumayan enak. Misalkan dalam hal pilih-memilih baju, saya sendiri nggak begitu bingung dan mudah mendapatkan pakaian yang disukai. Nggak takut ukurannya kurang besar atau kekecilan, bisa dibilang selalu ready stock.
Memang kalau urusan celana, tak jarang selalu kepanjangan sih. Tapi, masih bisa ditolerir karena ada penjahit dengan harga terjangkau yang siap membantu. Sedangkan cowok dengan tinggi di atas rata-rata mungkin perlu berusaha lebih keras untuk mencari busana dengan ukuran yang pas.
Cowok pendek juga lebih hemat budget ketika berbelanja pakaian. Asal nggak terlalu menuruti nafsu saat ada diskon sih. Saya sendiri merasakan hematnya secara langsung karena baju yang dulu dan masih bagus tentunya masih bisa dipakai. Apalagi soal celana, kalau bosen sama modelnya ya tinggal dipotong jadi celana pendek.
Kalau beli bahan di toko kain, nggak perlu beli bermeter-meter lebih panjang hanya karena takut nggak muat dijadikan baju. Cowok pendek itu irit kalau soal busana. Belum lagi ketika ada teman atau saudara salah beli baju dan kekecilan, pasti jatuhnya ke kita juga. Masak mau dikasihin ke orang yang tubuhnya lebih tinggi dan besar?
Cowok pendek panjang umur
Saya sendiri antara percaya dan nggak percaya soal anggapan kalau cowok pendek itu panjang umur. Sebab hidup, meninggal, dan jodoh ada di tangan Tuhan. Tapi, dari literatur yang pernah saya baca, orang dengan tinggi badan kurang dari 170 cm kayak saya ini memiliki umur yang panjang. Saatnya meneriakan panjang umur perjuangan cowok pendek!
Jadi menurut Ahli Evolusi Biologi, ada hormon yang mengontrol tinggi badan yaitu Insulin-like Growt Factor atau disingkat IGF yang juga mengontrol penuaan tubuh. Orang yang memiliki tingkat IGF rendah, berpotensi memiliki umur yang panjang karena lambatnya proses penuaan. Dan, bukan hanya panjang umur (amiiin), tapi juga terlihat lebih muda, gemes, pengin nampol.
Cowok pendek nggak bingung meletakkan kaki
Ada kalanya kita dihadapkan pada posisi yang serba sulit karena ruang yang terbatas. Misalnya ketika berbaring di dalam mobil. Saya yakin, cowok dengan tubuh tinggi akan lebih sulit untuk rebahan karena kakinya kepanjangan. Sedangkan cowok pendek cukup praktis untuk melipat kaki atau bahkan memanjangkannya sampai dapat posisi yang nyaman. Hal ini juga terjadi ketika di atas motor. Bayangkan, cowok yang kakinya kepanjangan mungkin bakal kelihatan overload untuk sekadar meletakkan kaki di footstep motor matic. Mereka nggak jarang jadi bulan-bulanan teman setongkrongan karena dianggap lebih pantas naik moge dan motor sport. Cowok pendek mah bebas, mau naik sepeda BMX juga masih oke.
Selain perkara tadi, ada juga beberapa hal sepele yang bikin saya sering luput untuk bersyukur. Tak jarang sebagai cowok pendek, saya mendapat perhatian dari orang-orang secara tidak langsung. Misalkan, saat berfoto bareng, kadang saya tak perlu khawatir tidak terlihat di foto karena bakal disuruh berdiri paling depan.
Intinya sih, dalam hidup selalu ada sisi kurang dan lebihnya. Tergantung bagaimana cara memandangnya, termasuk soal tinggi badan. Mau terus melihat kekurangan dan mengamininya atau melihat sedikit kelebihan lalu bersyukur atasnya? Meski saya terlahir sebagai cowok pendek, saya sih tetap bersyukur dan menjalani hidup dengan bahagia.
BACA JUGA Motor Sport Itu Menang Bodi doang, Selebihnya Biasa Saja dan tulisan Budi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.