Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Keheranan Moeldoko Kenapa UU Cipta Kerja Terus Didemo yang Bikin Saya Ikutan Heran

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
25 Oktober 2020
A A
moeldoko heran mojok

moeldoko heran mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai rakyat yang benar-benar diwakilkan secara hormat oleh wakil rakyat di Senayan, saya senang akhirnya Moeldoko angkat bicara. Bukannya membawa penjelasan yang akademik dan nalar, blio justru membawa keheranan. Nggak masalah, jajaran atas negara kita, sudah biasa membuat rakyat terheran-heran. Ya, itung-itung sekarang gantian. Walau herannya blio ini wagu.

Beginilah keheranan blio, “Wajah baru Indonesia adalah wajah rakyat. Wajah bahagia di mana kita punya harga diri, punya martabat.” Begitu katanya dalam siaran pers. Tanpa menjelaskan “rakyat”-nya ini untuk rakyat yang mana. Sungguh filsuf istana bijak bestari yang sedang berhadapan dengan para sofis seperti saya.

Nggak ada kata lain selain kagum. UU Cipta Kerja yang dibangun oleh wakil rakyat itu, dibilang sebagai wajah harga diri dan menjadikan kita punya martabat. Saat menulis ini, saya sedang tepuk tangan. Indonesia nggak pernah kehabisan orang-orang bijak. Saking bijaknya, sampai mengarah ke hal yang amat lucu.

Sekaliber Kepala Staf Kepresidenan, keheranannya ini pasti membawa arti. Kan sejak jaman dahulu, kebanyakan filsuf harus heran terlebih dahulu agar mendapat buah pikir yang lebih baik dan maju. Moeldoko pun seperti itu. Blio adalah sosok filsuf istana. Moeldoko heran, maka Moeldoko ada. Kiranya seperti itu.

Banyak narasi yang mengatakan bahwa kandungan isi UU Cipta Kerja ini hanya menguntungkan para cukong. Sebagai buruh, ya hanya bisa kempat-kempot manut sama yang di atas, si pemberi kebijakan. Rakyat berduit, menindas rakyat pekerja. Sama-sama rakyat, namun beda secara harfiah. “Rakyat” dengan tanda petik dan rakyat dengan pentung. Bukan, bukan tanda pentung, tapi pentung saja. Rakyat yang dipentung oleh kenyataan sekaligus aparat.

Saking ngefans-nya sama argumen mbois blio, saya bahkan sampai ikutan heran. Gimana nggak heran lha wong keluarga blio, sanak famili blio, tetangga blio, orang-orang baik di sekitar kehidupan blio, itu adalah rakyat lho. Kok ya bisa gitu lho nggak melihat UU Cipta Kerja secara utuh. Nggak mungkin kan keluarga blio ini “rakyat” dengan tanda kutip semua.

Jabatan yang diduduki sekarang, nggak bakal berlangsung lama. Setidaknya ya dalam tempo lima tahun saja. Apa ya mau di hari tua kelak, baru merasakan imbas dari apa yang sedang Anda upayakan. Rakyat, buruh, dan mahasiswa yang demo itu nggak bisa membalas apa-apa, tetapi alam semesta dapat. Anda percaya itu? Seorang filsuf istana yang kondang, pasti sependapat dengan saya.

Kalau sependapat bahwa alam dapat membalas, kok malah mendukung rancangan aturan yang diam-diam dan mak bedunduk itu, ya? Begitulah filsuf yang ulung. Sungguh keren bukan main, bikin semua terheran-heran.

Baca Juga:

Bersama Universitas Terbuka, Semua Mimpi Bisa Terwujud, lho!

RUU Kesehatan yang Begitu Tergesa-Gesa: Apa Itu Proses? Apa Itu Asas Keterbukaan?

Keheranan saya yang disebabkan dari Moeldoko yang terheran-heran ini nggak sampai sini saja. Blio bahkan melanjutkan begini, “Kita mengupayakan adanya jaminan lebih baik tentang pekerjaan, jaminan pendapatan lebih baik, dan jaminan lebih baik bidang sosial. Itu poin yang penting.” Bijimana? Mencerminkan sebagai sosok Kepala Staf Kepresidenan banget, kan? Kurang Kepala Staf Kepresidenan apalagi, coba?

Yang bikin saya heran itu begini, blio ini Kepala Staf Kepresidenan kan, ya? Sebuah jabatan yang nggak main-main. Tapi, kok statement menjelaskan dampak baik dari UU Cipta Kerja sama saja seperti artis-artis yang kemarin disewa itu, ya?

Bahkan penjelasannya hampir sama dengan Mbak Gritte yang videonya belagak sinematik itu. Atau si bakul burger, Gofar Hilman, anak—yang katanya—punk, tapi malah mendukung UU yang memberatkan kelas pekerja. Dalihnya nggak kalah bikin heran, saat nerima job nggak dikaji dulu. Ada apa sih dengan mereka? Bikin saya terheran-heran terus.

Tapi, Moeldoko ada benarnya. Ditinjau dari kata lanjutan yang entah akan bikin heran atau sedih. Begini, “Mau diajak bahagia saja kok susah amat!” Duh, Gusti, ngajak bahagia dua biji lu mletak! Nggak ada ceritanya ngajak bahagia tapi main kucing-kucingan.

Dalam hubungan saja nih ya, kalau salah satu pihak bikin aturan tanpa konfirmasi, itu sudah masuk kategori toksik, apalagi masalah UU. Sebuah hal yang menyangkut kehidupan bermasyarakat. Kan nggak lucu negara dan rakyat terlibat hubungan yang toksik.

Eh, tapi begini. Saya mencoba adil. Saya membayangkan saat ini sedang duduk di sofa empuk, ruangan berpendingin, bau parfum ruangan yang tentunya bukan Stella rasa jeruk, di meja ada apel dan buah naga. Terus saya memejamkan mata, menikmati apa yang ada. UU Cipta Kerja akan menjadi sebuah kebaikan. Nggak ada cela sama sekali.

Lantas dengan segala yang saya miliki ini, saya menyalakan televisi. Melihat berita yang isinya para demonstran yang berorasi, berteriak, bahkan menangis. Saya pun tertawa. Kembali memakan apel dan kemudian nyeletuk, “Mau diajak bahagia saja kok susah amat!”

Bakal jeleh nggak, Moel, makan janji sok baik di awal kontestasi dan dusta setelah pilkada? Tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, lantas setelah kami cerdas dalam hal menimang mana yang baik dan mana yang buruk, kenapa kami dibilang bikin heran, Moel?

Nah, jika sudah, coba gantian Moeldoko yang ada di posisi rakyat tanpa tanda kutip. Rakyat yang belum tahu esok bakal makan apa, orang tua buruh serabutan, ikut demo dibilang biang kerusuhan, dibayar dengan upah di bawah standar, cuti sama saja PHK, atau begini, tiap hari dicekoki janji-janji yang sudah lama mati dan kini membusuk.

Gimana? Membayangkan saja sudah ngeri, kan? Ah, sudahlah, kamu nggak akan kuat. Biar rakyat tanpa tanda kutip saja. Tugasmu hanya satu, terheran-heran dengan sesuatu yang seharusnya masyarakat lah yang heran.

BACA JUGA Boruto Beli Gacha Melulu, Uang Sakunya Emang Berapa, sih? dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Baca Juga:  Senja : Apa sih Istimewanya Bagi Para Pecintanya?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 Oktober 2020 oleh

Tags: moeldokoUU Cipta Kerja
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Panduan Singkat Andai Geger Geden Moeldoko VS AHY Diselenggarakan di Sardjito

Panduan Singkat Andai Geger Geden Moeldoko VS AHY Diselenggarakan di Sardjito

3 Februari 2021
Bersama Universitas Terbuka, Semua Mimpi Bisa Terwujud, lho!

Bersama Universitas Terbuka, Semua Mimpi Bisa Terwujud, lho!

31 Agustus 2023
RUU Kesehatan yang Begitu Tergesa-Gesa: Apa Itu Proses? Apa Itu Asas Keterbukaan?

RUU Kesehatan yang Begitu Tergesa-Gesa: Apa Itu Proses? Apa Itu Asas Keterbukaan?

20 April 2023
UU Cipta Kerja lawan buzzer pemerintah mojok

Menertawakan Buzzer Pendukung UU Cipta Kerja Adalah Kemewahan Terakhir Kita Bersama

6 Oktober 2020
gadjah mada sifat jokowi mojok

Alasan Jokowi Layak Disebut Mewarisi Sifat dan Kebijaksanaan Patih Gadjah Mada

20 November 2020
demonstrasi tolak omnibus law uu cipta kerja garut pt chang shan reksa jaya alasan buruh ikut aksi mojok.co

Bertanya Langsung Alasan Buruh Garut Ikut Demo Omnibus Law Cipta Kerja 

9 Oktober 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.