Kecamatan Sukolilo, Daerah Paling Underrated di Surabaya

Kecamatan Sukolilo, Daerah Paling Underrated di Surabaya

Kecamatan Sukolilo, Daerah Paling Underrated di Surabaya (Unsplash.com)

Orang-orang sibuk menyebutkan kecamatan ini dan itu sebagai yang paling sukses dan modern, tapi lupa kalau ada Kecamatan Sukolilo Surabaya.

Beberapa waktu lalu saya membaca tulisan Mbak Bella Yuninda Putri soal enaknya tinggal di Wiyung Surabaya. Tulisan tersebut lantas dibalas Mas Adhitiya Prasta Pratama yang mengatakan bahwa kecamatan paling sukses di Surabaya adalah Jambangan. Sebagai orang yang bukan asli Surabaya sebagaimana Mbak Bella namun cukup lama tinggal di Kota Pahlawan (9 tahun) dibandingkan Mas Adhitiya, saya merasa klaim mereka sedikit berlebihan.

Kalau bicara soal modernitas, Wiyung jelas masih kalah dengan kecamatan lainnya di pusat Kota Surabaya. Sementara bicara soal kesuksesan, saya rasa hampir semua kecamatan di Kota Pahlawan punya cerita sukses masing-masing. Bahkan klaim bahwa Jambangan sukses pasti hanya dikatakan oleh orang-orang yang tinggal di Jambangan yang nggak pernah keluar kandang menyaksikan kesuksesan kecamatan lainnya di Kota Pahlawan.

Oleh karena itu, alih-alih menyebutkan daerah sukses dan modern lainnya, melalui tulisan ini saya justru akan memperkenalkan kecamatan di Surabaya yang sejak dulu sangat underrated. Nama kecamatan underrated di Surabaya yang saya maksud adalah Sukolilo.

Kampus terkenal di Surabaya berada di Kecamatan Sukolilo

Arek-arek atau orang yang sudah tinggal lama di Surabaya mungkin akan bilang bahwa ITS bukan lagi kampus yang didamba-dambakan semua orang. Kebanyakan akan bilang bahwa kampus besar di Kota Pahlawan tak hanya ITS, melainkan ada Universitas Airlangga (Unair), Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Petra, Universitas Surabaya (Ubaya), dan masih banyak yang lainnya.

Namun, perlu saya tekankan lagi bahwa itu pasti yang bilang adalah arek Suroboyo atau yang pernah tinggal di Kota Pahlawan. Orang luar Surabaya saya pastikan lebih familier dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), yang mana berada di Kecamatan Sukolilo, tepatnya di Kelurahan Keputih.

Uniknya, jika kecamatan-kecamatan lain di Surabaya biasanya hanya punya satu atau dua, atau maksimal tiga kampus, Kecamatan Sukolilo tak begitu. Kampus lain yang cukup terkenal juga berada di kecamatan ini. Sebut saja Universitas Hang Tuah (UHT), Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), Universitas Narotama, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (Stiesia), STIE Perbanas, Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag), dan Universitas Dr. Soetomo (Unitomo).

Pusatnya warung kopi

Bicara budaya kongko-kongko di Kota Pahlawan, nggak akan jauh dari budaya warung kopi. Mulai dari remaja, pemuda, hingga orang tua berkumpul dan bercengkerama di warkop. Warung kopi ibarat representasi orang Surabaya, maka aneh rasanya jika ada tulisan tentang Surabaya yang nggak memasukkan budaya ngopi di warkop sebagai andalannya.

Keunikan dari Kecamatan Sukolilo Surabaya ini adalah menjamurnya warung kopi di sini. Jumlah pastinya saya nggak tahu. Namun sebagai gambaran, di daerah Keputih, di mana kampus ITS berlokasi, hampir tiap 3 meter ada warkop. Sementara di Nginden (daerah kampus Unitomo, Untag, dan STIE Perbanas berlokasi) beda lagi. Di sana, setiap gang yang panjangnya nggak seberapa itu selalu ada warung kopi. Warung kopi ini selalu penuh sesak oleh orang-orang dari kelurahan dan kecamatan lain di sekitaran Sukolilo.

Kompleksitas suku dan komunitas ada di Kecamatan Sukolilo Surabaya

Banyak orang yang bilang bahwa Surabaya adalah salah satu kota yang “steril” dari pendatang. Seandainya pun ada pendatang, paling mentok ya sahabat-sahabat Madura kita.

Secara umum, pernyataan ini benar adanya, terutama bagi orang-orang yang nggak pernah menginjakkan kaki di Kecamatan Sukolilo Surabaya. Kalau boleh saya beri gambaran kasarnya begini, Kecamatan Sukolilo adalah daerah dengan perpaduan masyarakat dari Sabang sampai Merauke. Di Keputih dan Nginden terutama dipenuhi oleh para pendatang dari berbagai penjuru Nusantara. Pada awal tahun 2000-an sampai 2010-an misalnya, daerah Nginden dan sekitarnya identik sebagai tempat berkumpulnya orang-orang dari Indonesia bagian timur. Saya sendiri pernah tinggal di kedua kelurahan ini.

Akan tetapi nggak hanya orang-orang dari komunitas Indonesia Timur yang tinggal di sini. Di Keputih, Nginden, dan Kecamatan Sukolilo secara keseluruhan terdapat banyak komunitas kesukuan lainnya. Misalnya, komunitas orang-orang Tionghoa (entah yang crazy rich atau bukan), orang-orang dari Sumatera, Kalimantan, Bali, NTT, NTB, dll. Intinya, kecamatan ini menjadi tempat tinggal bagi para pendatang dari luar Surabaya.

Sekarang sudah tahu kan sekilas tentang Kecamatan Sukolilo Surabaya? Tertarik untuk mampir ke kecamatan ini?

Penulis: Taufik
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Enaknya Tinggal di Wiyung, Salah Satu Kecamatan Paling Modern di Surabaya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version