Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Kecamatan Porong bak Kota Mati, Dianggap Bukan Bagian dari Sidoarjo

Mohammad Bagas Nur Cahyo oleh Mohammad Bagas Nur Cahyo
8 November 2024
A A
Kecamatan Porong bak Kota Mati, Dianggap Bukan Bagian dari Sidoarjo

Kecamatan Porong bak Kota Mati, Dianggap Bukan Bagian dari Sidoarjo (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kecamatan Porong sering dianggap bukan bagian dari Sidoarjo. Padahal secara administratif, kecamatan ini masih bagian dari Sidoarjo. Masalah utamanya balik lagi ke insiden lumpur Lapindo tahun 2006 lalu. Tragedi inilah yang membuat Porong berubah drastis.

Dulu, sebelum ada lumpur, Porong adalah kawasan yang hidup. Warganya bertani, punya bisnis kecil-kecilan, dan ada pasar lokal yang ramai. Tapi sejak muncul semburan lumpur yang nggak berhenti-berhenti, banyak area di Porong yang tenggelam. Lahan yang tadinya produktif ditanami jadi lautan lumpur. Ribuan orang harus angkat kaki karena rumah mereka hancur atau kebanjiran lumpur.

Tak adanya kawasan terpadu

Sementara Sidoarjo yang lain, khususnya bagian utara, malah semakin maju dan berkembang pesat. Kawasan seperti Waru, Taman, dan Candi berkembang jadi pusat industri, bisnis, dan perumahan. Sementara Porong? Ya gitu, deh, malah makin dikenal sebagai “kawasan lumpur” atau “zona merah” yang rawan bencana.

Imbasnya, warga Sidoarjo yang lain jadi seperti memandang Porong sebagai area yang beda sendiri. Kalau ngomongin Porong, yang kepikiran bencana lumpur itu, bukan bagian dari Sidoarjo yang sedang berkembang.

Stagnannya perkembangan Porong Sidoarjo

Dari sisi ekonomi juga beda jauh. Sejak bencana lumpur, bisnis di Porong semakin sepi. Pertanian susah berkembang di sini dan akses ke daerah ini juga nggak sebagus kawasan lainnya. Banyak investor atau pebisnis yang ogah buka usaha di sini karena takut masalah lumpur muncul lagi dan membuat usaha mereka rugi.

Waktu Sidoarjo bagian utara terus maju, Porong malah kayak jalan di tempat. Infrastruktur di sini juga nggak mendukung. Jalanan di Porong sering rusak dan macet, terutama jalur yang menjadi penghubung dari Surabaya ke Malang. Hal ini makin membuat Porong kayak terasing dari wilayah Sidoarjo lainnya mengingat orang saja malas lewat sini, apalagi untuk datang dan menetap. Sejauh ini hanya Pasar Porong yang menjadi pusat roda perekonomian masyarakat setempat.

Jarang diperhatikan pemerintah

Lalu ada lagi faktor kebijakan pemerintah yang nggak kalah penting. Lantaran Porong sering diperlakukan sebagai kawasan bencana, fokus kebijakan di sana lebih banyak ke mitigasi dan penanganan dampak lumpur, bukan pengembangan ekonomi jangka panjang. Bantuan yang dikasih buat Porong biasanya fokus ke penanganan darurat. Beda dengan daerah lain di Sidoarjo yang lebih banyak mendapat proyek infrastruktur, pembangunan fasilitas publik, dan perumahan baru.

Makanya banyak warga yang merasa kalau Porong diabaikan. Sebab, kecamatan ini diprioritaskan hanya sebagai area yang perlu ditanggulangi bencana.

Baca Juga:

Sidoarjo yang Membuat Wisatawan Bertanya-tanya, Antara Resah dan Heran karena ini Bukan Kabupaten tapi Kota yang Menyamar

Saya Warga Sidoarjo, tapi Nggak Pernah Bangga dengan Kota Sendiri

Usaha membangkitkan kembali Porong Sidoarjo

Meski begitu ada juga kok usaha untuk mengubah citra Porong. Beberapa komunitas lokal dan pemerintah setempat mencoba mengangkat potensi wisata edukasi di area lumpur. Mereka berusaha membuat branding Porong sebagai tempat edukasi bencana, di mana orang-orang dari luar bisa datang buat belajar tentang pentingnya mitigasi dan proses penanggulangan bencana lumpur dilakukan.

Jadi, Porong nggak cuma dikenal sebagai “kawasan lumpur”, tapi juga tempat buat edukasi. Harapannya sih wisata edukasi ini bisa membantu menggerakkan ekonomi lokal walaupun nggak sebesar daerah industri di bagian utara Sidoarjo.

Akan tetapi banyak juga tantangannya. Akses jalan yang masih sering bermasalah membuat wisata edukasi ini kurang diminati. Padahal kalau aksesnya bagus, pasti bisa lebih menarik orang buat datang ke sini. Tapi, warga lokal dan pemerintah tetap optimis kalau dengan usaha yang terus-menerus, Porong bisa bangkit dan mulai dikenal nggak cuma karena lumpur, tapi juga potensi edukatif dan nilai sejarahnya.

Pada akhirnya sebagai warga saya hanya bisa berharap Porong bisa diterima sebagai bagian penting dari Sidoarjo, bukan hanya “kawasan bencana”. Memang sih tantangannya besar, tertutama karena stigma lumpur yang masih menempel kuat. Tapi kalau terus ada dukungan dari warga lokal, pemerintah, dan mungkin investor yang mau membantu, Porong punya peluang untuk mengubah citra dan menjadi contoh daerah yang bangkit setelah bencana.

Jika wisata edukasi dan peningkatan infrastruktur di sana sukses, bukan nggak mungkin Porong bisa membuktikan diri kalau ia punya nilai lebih. Hal ini nggak cuma baik buat Porong, tapi juga buat Sidoarjo secara keseluruhan. Lagi pula siapa tahu nantinya Porong malah bisa jadi inspirasi buat daerah lain yang memiliki masalah serupa.

Penulis: Mohammad Bagas Nur Cahyo
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Jalur Lingkar Timur, Bagian dari Sidoarjo yang Paling Tidak Dikenal Warganya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 7 November 2024 oleh

Tags: Kabupaten SidoarjoPorongPorong Sidoarjo
Mohammad Bagas Nur Cahyo

Mohammad Bagas Nur Cahyo

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya.

ArtikelTerkait

Sidoarjo Nggak Menarik buat Anak Muda Surabaya (Unsplash)

Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten yang Perlu Banyak Berbenah

25 Juli 2024
Sidoarjo yang Nyatanya Membuat Wisatawan Resah dan Heran (Unsplash)

Sidoarjo yang Membuat Wisatawan Bertanya-tanya, Antara Resah dan Heran karena ini Bukan Kabupaten tapi Kota yang Menyamar

28 Oktober 2025
Orang Waru Sidoarjo Lebih Suka Disebut Orang Surabaya daripada Orang Sidoarjo

Orang Waru Sidoarjo Lebih Suka Disebut Orang Surabaya daripada Orang Sidoarjo

25 Januari 2024
Derita Tinggal di Bungurasih, Daerah Perbatasan Sidoarjo dan Surabaya yang Penuh Masalah

Derita Tinggal di Bungurasih, Daerah Perbatasan Sidoarjo dan Surabaya yang Penuh Masalah

11 Maret 2024
Jalur Lingkar Timur, Bagian dari Sidoarjo yang Paling Tidak Dikenal Warganya

Jalur Lingkar Timur, Bagian dari Sidoarjo yang Paling Tidak Dikenal Warganya

2 Oktober 2024
Saatnya Kecamatan Gedangan Memisahkan Diri dari Sidoarjo (Unsplash)

Kacaunya Perempatan Gedangan Bukti Pemkab Sidoarjo Tak Serius Bekerja. Bisa Jadi Alasan Kecamatan Gedangan Memisahkan Diri dari Kabupaten

8 Juni 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.