Salah satu kecamatan paling strategis di Kota Palembang adalah Kemuning. Lokasinya nggak terlalu jauh dari pusat kota, kawasan wisata, maupun area perkantoran. Daerah ini dekat dengan kampus seperti UIN Raden Fatah Palembang dan Falkutas Kedokteran UNSRI (untuk mahasiswa jalur mandiri).
Akan tetapi di balik semua kenikmatan yang disuguhkan, ada sejumlah permasalahan yang tak kunjung terselesaikan di wilayah Kemuning. Dalam tulisan ini, saya akan mencoba menjelaskan betapa susahnya hidup di sini. Salah satu masalah yang muncul berulang di sini adalah banjir.
Banjir jadi tradisi rutin di Kecamatan Kemuning Palembang
Kota Palembang memang terkenal akan musibah banjirnya. Tetapi seingat saya cuma di Kecamatan Kemuning yang setiap hujan turun selalu kebanjiran. Sekalipun hujannya nggak deras, pasti kawasan ini kebanjiran.
Banjir sering terjadi di lorong kecil dan sempit, terutama yang nggak ada saluran airnya. Kedalaman airnya pun nggak bisa dianggap remeh. Kadang tinggi air mencapai lutut orang dewasa, lho. Maka nggak usah kaget kalau melihat kebanyakan rumah di kawasan ini dibangun lebih tinggi dari tanah. Soalnya untuk menghindari air masuk ke dalam rumah saat banjir.
Sebagai mahasiswa rantau yang tinggal di Kecamatan Kemuning Palembang, saya hanya bisa bersabar dengan kondisi ini. Kalau kebetulan ada jadwal kuliah saat banjir melanda, mau nggak mau saya jalan kaki sampai kampus. Soalnya kalau naik motor juga nggak bisa, apalagi kalau banjir cukup dalam.
Kawasan sesak dan kumuh
Saya menduga salah satu penyebab Kecamatan Kemuning Palembang ini kerap kebanjiran adalah tata ruangnya yang sempit dan sesak. Di sini rumah-rumah berdiri rapat, apalagi kebanyakan berada di dalam gang. Penduduknya pun padat. Belum lagi ditambah mahasiswa rantau yang rata-rata kos di daerah ini.
Mungkin kondisi padat dan sesak itu masih bisa dimaklumi. Tetapi yang bikin saya nggak habis pikir soal sampah. Entah mengapa masyarakat di sini seakan nggak peduli terhadap kebersihan lingkungan. Sampah terlihat berserakkan di mana-mana, di jalan bahkan di selokan. Kayaknya sampah yang dibuang sembarangan ini penyebab utama Kecamatan Kemuning kerap kebanjiran.
Selain banjir, Kemuning juga rawan curanmor
Selain masalah banjir, saya juga sering mendengar kasus pencurian di Kecamatan Kemuning Palembang ini. Apalagi pencurian motor. Mau siang hari atau sedang ramai orang sekalipun, kasus pencurian motor bisa terjadi di sini.
Saya pribadi kerap merasa gelisah saat memarkir motor di depan kos. Bahkan tiap malam, saya selalu memasukkan motor ke dalam kos. Biarin lantai kos kotor yang penting motor saya aman.
Sekitar dua bulan lalu, mengutip Akurat.co, terjadi aksi pencurian motor dalam semalam yang menggondol tiga unit motor sekaligus. Bahkan lima kunci kontak motor lain yang terparkir di lokasi kejadian dirusak pelaku. Kejadian ini terjadi di sebuah bedeng yang terletak di Jalan Letjen Simanjuntak, Lorong Bambung Kuning, Kecamatan Kemuning Palembang.
Itulah beberapa masalah yang kerap menghantui Kecamatan Kemuning Palembang ini. Tetapi dari ketiga masalah di atas, saya menyoroti masalah banjir berulang yang seolah tak ada solusinya. Saya berharap pemerintah daerah dan masyarakat bisa menyadari masalah di Kemuning ini dan menyelesaikannya bersama-sama. Jangan sampai banjir menjadi momok dan nantinya menenggelamkan kecamatan satu ini.
Penulis: Ahmad Hafiizh Kudrawi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Masalah Besar yang Tidak Kunjung Terselesaikan dan Menggerogoti Palembang.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















