Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Kayutangan Heritage: Malioboro KW yang Begitu Mahal

Mohammad Faiz Attoriq oleh Mohammad Faiz Attoriq
15 Januari 2023
A A
Kayutangan Heritage: Malioboro KW yang Begitu Mahal

Kayutangan Heritage: Malioboro KW yang Begitu Mahal (Dokumentasi pribadi)

Share on FacebookShare on Twitter

Lihat gambar utama artikel. Pasti Anda bilang kalo ini di Jogja kan? Selamat, Anda terkecoh! Ini Kayutangan Heritage di Malang. Desainnya mirip kan? Pedestrian super ini letaknya memanjang dari kantor PLN sampai patung Chairil Anwar. Coba diperhatikan baik-baik, mulai dari kursi, trotoar, lampu, sampai penataan pohon-pohonnya pasti bikin Anda tadi sempat keliru kalo ini di Malioboro. Bukan kok, ini namanya Malangbro, pelesetan Malioboro tapi cabang Malang, kayak cabang Mixue yang sudah menjamur ke mana-mana.

Koridor Kayutangan ini katanya bakal jadi ikon pariwisata Kota Malang. Dengan penambahan destinasi wisata tersebut, kota ini bakal bersaing dengan Kabupaten Malang yang punya coban (air terjun), candi, gunung, dan pantai dan Batu dengan wisata alamnya dan mulai banyak beton kayak Jatim Park, vila, hotel, dan sebangsanya. Pedestrian yang dikerjakan sejak sekira 2021 ini memakan anggaran 32,6 M dengan perincian 23 M dari Kementerian PUPR buat ganti jalan jadi paving, 3,6 M dari APBD 2021 buat lampu hias, dan 6 M dari APBD 2022 untuk perbaikan trotoar. Fantastis bukan?

Memang, Kayutangan (si paling) Heritage klaimnya jadi destinasi wisata baru Malang. Tapi, apa bisa bikin wisatawan banyak? Ah kejauhan kalo sebut banyak, wisatawan lokalnya tertarik atau enggak? Bukannya underestimate atau menjelek-jelekkan, tapi sebagai permanent resident selama 11 tahunan, saya merasa Kayutangan ini bisa dikatakan produk gagal. Di sini, saya sudah jelaskan kenapa bisa mengatakan begitu. Tapi sebelumnya saya berterima kasih kepada Adinda Sayyidah Hajar dan M. Iqbal Mubarok yang menginspirasi saya untuk mengembangkan sambatan tentang Kayutangan.

Kopas Malioboro

Sudah sejak 2021 hingga sekarang, beberapa kota mulai copy-paste Malioboro, termasuk Malang. Pastinya ini diilhami oleh Malioboro di Jogja yang berhasil memikat wisatawan lintas negara. Sehingga, beberapa kota mulai mendesain trotoar di lokasi yang strategis, kayak Malang di kawasan Kayutangan yang sudah terkenal dari era Belanda. Trotoar dilebarkan, jajaran pohon ditanam, lampu dengan tiang hijau mulai dipasang sedemikian rupa.

Bisa dikatakan Kayutangan (si paling) Heritage ini adalah wujud nyata minimya kreativitas di Malang. Kota Malang yang dari dulu dikenal sebagai pelopor mulai luntur begitu pembangunan kembaran Malioboro ini. Ambil contoh nyata, Aremania yang berkembang di Malang sebagai kota kelahiran Arema adalah pelopor chant yang sampai sekarang dipakai seluruh suporter klub, contoh “ayo, ayo Arema, sore ini kita harus menang” itu yang menjamur. Namun, semangat kreativitas itu nggak ada pada jajaran pemerintahan. Bangun trotoar mirip-mirip Malioboro, kursi kayunya mirip-mirip Malioboro, sampai lampu taman mirip banget kayak Malioboro.

Kenapa sih apa-apa harus dibuat mirip Malioboro alih-alih mengembangkan kearifan lokal Malang. Minimal, riset dulu apa ciri khas Malang, kalo nggak ornamen singa (yang besar, jangan kayak di lampu taman), topeng malangan, warna biru, ornamen Tugu Malang, atau apa pun yang berbau Malang. Nggak harus ATM (amati, tiru, modifikasi), bisa juga benar-benar berinovasi dengan kearifan lokal. Kalo mau paham soal heritage secara radikal, kaji foto-foto sejarahnya, bangun ulang, poles sedikit, beres! Terus, kalo apa-apa mirip Malioboro, krisis identitas dong, atau enggak bangga dengan ikon kota sendiri? Kenapa seolah jadi produk gagal dari segi kreativitas?

Nirkonsep

Kalo mau bangun apa pun dengan klaim heritage, sepatutnya mempertahankan keasliannya. Kalo pun dipugar, nggak boleh mengubah keasliannya, cuma sebatas hal yang urgen, misal terancam roboh atau bocor kena hujan. Menambahkan ornamen yang mendukung masa lalu harus dengan pendekatan historis agar enggak ada miskonsepsi. Memang berat kalo membangun sesuatu dengan embel-embel heritage demi sejarah yang bisa dipelajari generasi penerus

Tapi, apa Kayutangan yang mengusung konsep heritage benar-benar heritage? Jawabannya cenderung nggak.

Baca Juga:

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Meski masih ada bangunan yang asli, tapi overall nggak khas bangunan era kolonial Belanda. Banyak yang sudah jadi bangunan modern. Kalo punya koleksi foto lawas era Belanda, pasti bingung karena kebanyakan sudah berubah. Mulai jadi hotel, toko elektronik, dealer motor, bank, dan toko elektronik, rata-rata pakai konsep bangunan baru. Kalo pun masih ada bangunan lama, malah dipasang ornamen yang sangat mengganggu kayak Toko Avia yang merupakan bangunan kuno ketempelan iklan rokok.

Lalu, ramai-ramai soal spot foto, kayak phone box dan bentuk trem yang nggak masuk konsep sama sekali. Kenapa nggak ada kajian sejarah soal Malang tempo dulu? Idealnya loh ya, harusnya dibuatkan replika trem yang dulu pernah melintasi Kayutangan minimal mendekati yang pernah ada lah, kayak pernah disinggung oleh akun Twitter @MalangTramway soal pendekatan bentuk trem yang logis di Malang kala itu.

Jadi, terasa janggal kalo bawa-bawa heritage yang harusnya cocok untuk Kampung Kayutangan yang terpinggirkan dan mulai meredup. Wisatawan lebih memilih Pedestrian Kayutangan ketimbang kampungnya, itu pun enggak terlalu banyak yang ke sana. Terlalu menganakemaskan trotoar Kayutangan bisa jadi pemicunya. Paling mentok ramainya Pedestrian Kayutangan saat Kayutangan Fashion Week, itu pun copas dari Citayam Fashion Week juga (lagi-lagi, nggak ada kreativitas). Maaf, Kayutangan jadi produk gagal.

Baca halaman selanjutnya

Kayutangan adalah jalan poros dan pusat ekonomi…

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 16 Januari 2023 oleh

Tags: kayutanganMalangMalioboro
Mohammad Faiz Attoriq

Mohammad Faiz Attoriq

Si pria random yang tubirnya meletup-letup

ArtikelTerkait

Andai Dulu Kota Batu Nggak Memisahkan Diri dari Malang, Ini yang Akan Terjadi

Tidak Ada Hal Paling Menyebalkan dan Bikin Lelah selain Menjelaskan Perbedaan Kota Batu dan Malang

20 April 2025
Ribetnya Jadi Warga Sawojajar 2 Malang yang Serba Nanggung terminal mojok

Ribetnya Jadi Warga Sawojajar 2 Malang yang Serba Nanggung

24 Mei 2021
Titik Nol Jogja: Tempat Terbaik Wisatawan untuk Menonton Kemacetan dan Keruwetan Hidup Warga Jogja Mojok.co

Nol Kilometer Jogja: Titik Terbaik bagi Wisatawan Mengenal Kacaunya Kota Jogja

15 Februari 2024
Kota Malang Itu Bukan Kota Slow Living, tapi Slow Motion (Unslash)

Kota Malang Itu Bukan Kota Slow Living, tapi Slow Motion

4 Januari 2025

Harga Parkir dan Makanan ‘Nuthuk’ di Jogja Adalah Warisan Feodal Paling Ra Mashok

2 Juni 2021
Bumiaji Kota Batu Memang Nyaman Dijadikan Tempat Tinggal, Asal Bisa Berdamai dengan Sisi Gelapnya Mojok.co

Bumiaji Kota Batu Memang Nyaman Dijadikan Tempat Tinggal, Asal Bisa Berdamai dengan Sisi Gelapnya

21 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.