Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Otomotif

Kasta Penumpang dalam Angkutan Umum

Siti Halwah oleh Siti Halwah
14 Agustus 2019
A A
angkutan umum

angkutan umum

Share on FacebookShare on Twitter

Sebelum saya memaparkan lebih jauh, ada baiknya pikiran kita sepaham lebih dulu. Angkutan umum yang saya maksud di sini adalah angkot. Mobil, len, atau di daerah saya adalah bus mini dan mobil berjenis Carry. Angkutan umum lawas yang pengoperasiannya memerlukan sopir dan kernet. Sepakat? Oke, saya lanjutkan pemaparan hasil riset dan penelitian saya ini.

Sebagai manusia yang suka keluyuran bersosial, saya sudah akrab menggunakan transportasi angkutan umum sejak Sekolah Menengah Pertama. Jarak antara rumah dan sekolah hanya ditempuh sekitar 7-10 menit perjalanan menggunakan angkot. Uang saku yang hanya tiga ribu, harus rela dipotong dua ribu untuk ongkos perjalanan pulang dan pergi. Nggak apa-apa, saya sudah belajar ikhlas sejak dulu.

Menginjak SMA, jarak yang lumayan jauh membuat orangtua saya harus mengeluarkan uang ekstra sebagai kompensasi biaya perjalanan. Delapan ribu rupiah dengan ongkos PP 6 ribu rupiah. Sungguh, betapa saya merasa menjadi bagian anak-anak tangguh sejak dulu.

Lika-liku perjalanan saya menggunakan angkot, secara tidak langsung membuat saya mengamati pola pak sopir dan kernet dalam pemutusan pengangkutan penumpang. Tidak semua penumpang yang ada di jalan akan mereka bawa. Di situasi tertentu, mereka justru memilih menolak meskipun masih terdapat tempat kosong dalam angkot.

Ada banyak alasannya. Namun, yang pasti adalah ongkos yang ditawarkan oleh si penumpang ataupun jarak perjalanannya yang jauh. Semakin jauh jarak perjalanan, semakin besar biaya yang harus dikeluarkan, dan semakin banyak pula uang yang didapatkan kernet dan supir. Nah, berikut susunan kasta penumpang berdasarkan intensitas kecepatannya dalam memperoleh angkot.

Peringatan: survei kasta penumpang ini berdasarkan pengalaman dan riset saya pribadi. Tidak dapat disangkutpautkan dengan lembaga survei manapun. Kalau kalian nggak setuju, buat saja kasta penumpang versi kalian sendiri. Nggak perlu berisik.

Pegawai

Pegawai PNS mungkin memang selalu menjadi idaman. Nggak cuma di hati mertua, namun juga di hati para pak sopir dan kernet angkot. Setiap pagi, secrowded apa pun jalanan, akan selalu ada ruang bagi lelaki atau perempuan pegawai—khususnya yang berseragam—tersebut di dalam angkot.

Baca Juga:

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

Umur 30 Tahun Nggak Bisa Naik Motor Nggak Bikin Saya Malu, Menjadi Penumpang Sejati Nggak Seburuk yang Dipikirkan Orang

Saya mencoba mencari alasannya. Apakah karena mereka memiliki gaji tetap, lengkap dengan tunjangannya? Ataukah karena mereka mengenakan baju rapi yang menurut mayoritas masyarakat adalah simbol kesuksesan? Atau mungkin karena mereka berbau wangi, sehingga harus diperlakukan khusus?

Sampai detik ini, saya masih belum menemukan jawabannya. Namun yang pasti, jika ada pegawai berseragam sedang menyetop angkot yang saya tumpangi, maka saya yang notabene hanya mahasiswa—tahap akhir—sudah bersiap untuk dipinggirkan, dimarjinalkan dan tersingkir. Saya ikhlas, kok. Karena mungkin bagi sopir dan kernet, ongkos mereka yang bekerja sebagai pegawai jauh lebih banyak dari pada mahasiswa yang selalu membayar setengah dari biaya perjalanan sebenarnya.

Emak-Emak Pasar

Emak-emak selalu punya kekuatan super. Menurut pengamatan saya, di kasta penumpang angkot ini, emak-emak menduduki peringkat kedua tertinggi setelah pegawai. Emak-emak—khususnya yang bekerja di pasar—akan selalu menjadi incaran para supir angkot, karena ongkos perjalanan mereka biasanya dua kali lipat.

Emak-emak yang bekerja di pasar selalu berangkat dan pulang dengan membawa banyak barang belanjaan. Nah, barang-barang tersebut juga dikenakan biaya duduk. Apalagi jika belanjaannya sampai menghabiskan bagasi bagian belakang angkot. Pak sopir dan kernet bahkan sering sekali turun lapang hanya untuk membujuk emak-emak tersebut mau menaiki angkotnya tanpa memikirkan perasaan penumpang di dalam yang udah penuh sesak. hiks

Mahasiswa

Mahasiswa menempati urutan ketiga dalam susunan kasta penumpang angkot. Nasibnya hanya setingkat lebih baik daripada siswa—iyalah, kan, uadah ada tambahan “maha” sebelum kata siswa.

Ongkos yang dikeluarkan mahasiswa biasanya hampir mencapai biaya sepertiga kadang juga hanya setengah perjalanan. Bayangkan saja, dengan jarak 28 km dari rumah kampus, saya hanya perlu membayar Rp7000,00. Murah sekali, kan? Mungkin itulah yang membuat saya terpinggirkan. wqwq

Di daerah saya, mahasiswa selalu memiliki ciri khas. Berpakaian rapi dan menggendong tas yang lumayan berat berisi buku teori. Kadang juga ditambah dengan goodie bag yang isinya revisian skripsi. Mungkin karena melihat betapa beratnya beban hidup mahasiswa itulah yang membuat si supir iba dan memutuskan mengangkut para mahasiswa. Meskipun seringnya hanya mendapatkan duduk di pojokan. hehe

Siswa

Menjadi siswa itu memiliki keuntungan yang luar biasa dalam dunia per-ongkosan. Bayangkan saja, dengan jarak perjalanan sama dengan pegawai—kadang lebih jauh, ongkos yang mereka keluarkan hanya Rp. 2000. Sangat murah sekali banget, kan? Tapi, semua harus dibayar dengan konsekuensi diabaikan oleh supir. wqwq

Saya kadang berpikir, perjuangan untuk menjadi anak sekolahan sungguhlah berat di daerah saya. Selain harus menghadapi banyaknya pelajaran mulai pagi sampai siang—kadang juga sore. Di jalanan, mereka juga harus bersaing menarik perhatian angkot. Apalagi jika jam pulang para siswa tersebut bersamaan dengan jam pulang para pegawai dan mahasiswa—si nomor urut 1 dan 3, nasib perjalanan pulang mereka benar-benar memprihatinkan.

Saya pernah berada di posisi tersebut saat SMA. Ketika hari Jum’at, jam pulang pukul 3 sore. Bersamaan dengan berakhirnya perkuliahan di salah perguruan tinggi swasta dan jam kerja pegawai. Saya ditolak berkali-kali oleh angkot. Meskipun saya sudah mencoba membaur bersama para pegawai dan mahasiswa. Sopir dan kernet jauh lebih jeli. Mereka tentu melihat seragam cokelat Pramuka yang saya kenakan—meski sudah saya coba tutupi pakai jaket. hiks

Tapi, ada juga kok, sopir-sopir angkot yang membawa para penumpang tanpa melihat kasta ataupun memperhitungkan kisaran uang yang akan masuk ke kantongnya. Mereka dengan senang hati dan ikhlas mengangkut siapa pun penumpangnya dan membawa mereka pada tujuan masing-masing. Jadi, nggak usah menghakimi saya yang gabut dan membuat laporan survei kasta penumpang angkot ini. Woles~ (*)

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Terakhir diperbarui pada 4 Februari 2022 oleh

Tags: Angkotangkutan umumcarryCurhatPenumpang
Siti Halwah

Siti Halwah

menulis untuk eksis

ArtikelTerkait

Pengalaman Naik Bus Kramat Djati Jakarta-Palembang: Berasa Jadi Anak Tiri karena Pesan Tiket Lewat Aplikasi

Pengalaman Naik Bus Kramat Djati Jakarta-Palembang: Berasa Jadi Anak Tiri karena Pesan Tiket Lewat Aplikasi

26 Maret 2024
5 Jenis Driver Ojol Redflag di Mata Penumpang, Perjalanan Jadi Nggak Nyaman Mojok.co

5 Jenis Driver Ojol Red Flag di Mata Penumpang, Perjalanan Jadi Nggak Nyaman

4 Februari 2024
6 Tipe Penumpang LRT Palembang Terminal Mojok

6 Tipe Penumpang LRT Palembang yang Sering Saya Jumpai

6 Agustus 2022
ojol dan angkot

Pilih Kasih sama Ojol dan Angkot yang Sebetulnya Sama-sama Susah

21 Desember 2021
pejuang 3,5 tahun

Tidak Perlu Menjatuhkan Mimpi Para Mahasiswa Pejuang 3,5 Tahun

27 Agustus 2019
tetangga toxic

Tetangga Masa Toxic?

18 Juli 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.