Jika kalian pernah mendengar nama Kartasura, kalian adalah orang beruntung yang bisa mengenal kecamatan ini. Di masa lampau, kecamatan ini memang sebuah wilayah kerajaan yang dihuni oleh raja dan para bangsawan Mataram. Namun seiring berjalannya waktu, kerajaan ini harus runtuh dan hanya menyisakan nama Kartasura hingga sekarang
Sebenarnya saya dan keluarga bukan pribumi Kartasura. Hanya saja kami sudah menetap dan kebacut cinta dengan Kartasura. Daerah ini memberi kami penghidupan, memberi sebuah nafas serta memberikan sebuah kebahagiaan kecil yang jarang didapat oleh orang-orang perkotaan.
Tentu saya hafal betul dengan kecamatan ini. Saya tumbuh bersama Kartasura yang semakin berkembang mengikuti jaman. Tahun demi tahun kecamatan ini mulai bertumbuh. Jalan yang dulu sepi, kini kondisinya semakin ramai. Warung yang hanya beberapa, kini saling merapat menjajakan dagangannya. Betapa majunya kecamatan ini mampu beriringan dengan zaman yang semakin edan.
Ada satu hal yang Kartasura punya, dan bikin daerah ini istimewa, yaitu letak yang strategis.
Daftar Isi
Letak Kartasura yang kelewat strategis
Kartasura terletak tepat di titik vital yang menghubungkan lintas provinsi Jawa Tengah dan DIY. Orang-orang menyebutnya jalur emas karena letaknya memang sestrategis itu. Coba lihat di maps, kalian bakal ngeh kalau daerah ini tepat ada di antara titik penghubung provinsi yang ditandai dengan tugu pahlawan yang bertengger di tengah simpang Kartasura.
Jika ingin ke Yogyakarta kita tinggal mengarah ke selatan mengikuti jalan. Tinggal lurus saja sekitar satu jam lebih nanti akan ketemu Candi Prambanan yang kerap dianggap sebagai batas Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Bila ingin ke Semarang, kita tinggal ke barat mengikuti sepanjang jalan. Kira-kira sekitar 3 jam kita sudah sampai di Ibu Kota Jawa Tengah itu. Kalau ke Solo? Wah kalau itu dekat, ngegas ke arah timur 10 menit aja udah sampai tujuan.
Gimana, strategis toh?
Inilah yang bikin Kartasura bisa menepuk dada. Secara letak, daerah ini amat diunggulkan. Meski ya, keuntungan geografis itu belum terlihat berhasil dikonversi jadi sesuatu. Nggak kayak Solo Baru, yang jelas jauh lebih maju, yang bisa mengkonversi keuntungan dari sisi letak geografis.
Tapi, menurut saya sih, masih nggak apa-apa lah. Ora kabeh-kabeh kudu mewah.
Akses super mudah
Soal penataan wilayah Kartasura memang kalah. Tapi saya ingatkan lagi, ini berbicara letak strategis. Cuman menunggu waktu saja Kartasura bisa jadi “Solo Baru kedua”, pun nggak ada juga yang mewajibkan harus jadi kayak gitu. Untuk apa kota gemerlap jika nggak accessible?
Itulah unggulnya Kartasura. Aksesnya mudah, mudah banget. Misal ke stasiun, Kartasura dekat dengan stasiun Purwosari yang hanya memakan waktu 10 menit. Terus mau ke bandara Adi Sumarmo, wah wah juga dekat bos juga memakan waktu hanya 10 menit. Kalau mau ke luar kota? Seperti yang saya tulis di atas tadi, lebih dekat ketimbang kita dari Solo Baru dan Sukoharjo. Piye? Strategis toh.
Daerah ini memang kalah dari Solo Baru, dari segi kemewahan dan kelengkapan hiburan, tapi juga nggak bisa dibilang nggak punya infrastruktur yang mewadai. Kecamatan ini punya berbagai fasilitas pendidikan dan kesehatan. Selain itu di sini juga ada destinasi wisata keluarga yang cocok disambangi saat liburan tiba seperti The Heritage Palace, sebuah museum yang mirip museum angkut di Malang.
Kampus gede? Ada!
Untuk pendidikan, kita bisa tengok di sisi barat. Ada Kampus UIN Raden Mas Said yang melahirkan dai-dai atau semacamnya (soalnya orang-orang masih beranggapan kuliah di UIN melahirkan ustad yang hebat). Lalu di sisi timur perbatasan dengan Surakarta, ada UMS yang melahirkan cendekiawan-cendekiawan muda Sang Surya.
Memang secara nama kedua kampus ini menggunakan embel-embel Surakarta. Tapi, soal tata letak wilayah, kedua kampus ini bermukim di Kartasura, anak Kabupaten Sukoharjo. Adanya kedua kampus ini bikin masyarakat juga kecipratan rezekinya dan memiliki mata pancaharian sehari-hari.
Soal fasilitas kesehatan? Lengkap bro. Ada RS Yarsis, RS UNS, RS Bedah Karima Utama, dan yang paling kondang rujukan skala nasional ada RS Ortopedi Dr. Soeharso. Dulu saya masih ingat waktu sendi pergelangan tangan saya bergeser. Saya dirujuk di RS Ortopedi. Memang betul, saya bertemu para pasien dari berbagai daerah, yang masih saya ingat ada yang dari Lampung jauh-jauh ke Kartasura untuk dirujuk di sini. Benar kata orang, kalau RS Ortopedi ini rumah sakit tulang rujukan skala nasional. Menjadi poin plus untuk Kartasura yang tidak Anda dapatkan di Solo Baru maupun Sukoharjo, atau bahkan di kota madya sekalipun.
Kuliner Kartasura terbaek
Selain letak strategis dan pelbagai fasilitasnya. Kartasura juga memiliki beragam kuliner, apalagi soal ayam goreng atau penyetan. Di sini surganya bro. Teman saya luar kota pernah berujar, di Kartasura makanan lengkap. Apalagi soal lalapan dan penyetan, juara!
Kalau kalian tak percaya, coba search bebek goreng H. Slamet yang punya mitra 100-an lebih di nusantara asalnya dari mana? Nantinya kalian bakal diberitahu Mbah Gugel kalau asal bebek goreng legendaris ini dari Kartasura. Gimana? Udah ketemu? Bener kan?
Selain bebek goreng H. Slamet, di Kartasura masih banyak pelaku usaha ayam goreng seperti Pak Cipto yang sudah berkelana se-karesidenan. Lalu ada penyetan Pak Tri yang sempat viral di jagat media sosial Karesidenan dan Yogyakarta.
Tak hanya itu, di Kartasura tak melulu ayam dan bebek goreng. Daerah ini masih banyak kuliner beragam, saya tidak bisa menyebutkannya satu persatu, nanti tulisan ini bakal kepanjangan hehehe.
Kartasura masih kurang di sana-sini, betul. Saya tak menampik. Tapi agar kalian paham, saya perlu memberikan hal-hal yang indah. Biar kalian nggak lewat doang dan nggak mampir. Apalagi kalau mau hidup di Kartasura, monggo banget. Kapan lagi coba hidup di daerah paling strategis di Surakarta dan DIY?
Penulis: Akbar Maulana
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kiat Memahami Perbedaan Solo, Surakarta, Solo Baru, dan Kartasura