Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Karakter Perempuan Madesu dalam Anime Bukan Cuma Masalah Naruto dan Boruto

Raynal Payuk oleh Raynal Payuk
21 Desember 2020
A A
karakter perempuan karakter anime hobi beban selain Sakura Haruno Naruto mojok

karakter perempuan karakter anime hobi beban selain Sakura Haruno Naruto mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa hari lalu ada tulisan menarik dari Mas Adi Sutakwa terkait kembalinya Masashi Kishimoto sensei sebagai mangaka Boruto dan nasib buruk yang bakal menimpa karakter perempuan di dalamnya. Dari tulisan tersebut, ada kesan banyak mangaka enggan menulis cerita dengan karakter perempuan kuat dan multidimensional. Salah satunya adalah manga Naruto yang memaksa mayoritas ninja perempuannya menjadi ibu rumah tangga alias sindrom Dragon Ball. Di Dragon Ball, banyak petarung perempuan yang disajikan sebagai karakter badass di awal serial, akhirannya cuma berakhir jadi ibu rumah tangga.

Namun, yang jadi pertanyaan, kenapa industri manga memilih rute masa depan suram dalam menampilkan karakter perempuannya? Setelah kita lihat, ternyata banyak manga dengan model karakter perempuan seperti ini condong ditemukan pada demografi majalah shonen. Pakem industri manga sendiri awalnya membagi jenis manga berdasarkan demografi pembaca majalah tempat serial tersebut terbit. Ada empat klasifikasi demografi majalah manga yaitu shonen (remaja laki-laki), seinen (pria dewasa), shoujo (remaja perempuan), josei (wanita dewasa).

Alasan majalah shonen salah satu paling bermasalah dalam menulis karakter perempuannya adalah karena mereka nggak punya editor perempuan. Di tahun 2020 seperti ini, banyak perusahaan majalah Shonen raksasa seperti Shueisha masih ogah mempekerjakan editor perempuan. Bahkan salah satu berita kontroversial tentang Shueisha setahun terakhir, selain Nobuhiro Watsuki dipekerjakan kembali oleh Shonen Jump setelah tertangkap mengoleksi pornografi anak adalah fakta bahwa belum ada editor perempuan sepanjang 50 tahun sejarah Shonen Jump.

Dalam salah satu seminar terkait profesi editor manga di suatu universitas, salah satu pembicara menjawab pertanyaan peserta soal apakah perempuan bisa menjadi editor Shonen Jump. Pertanyaan tersebut dibalas dengan jawaban bahwa bisa tetapi Anda harus mengerti perasaan para laki-laki seperti dilansir Huffington Post. Jawaban seksis ini menjadi lucu karena sepertinya Shueisha lebih berat hati mempekerjakan editor perempuan. Celakanya, Shueisha mempekerjakan kembali tiga predator seksual (Shimabukuro, Watsuki , dan Matsuki) yang telah dinyatakan bersalah oleh pengadilan.

Tentunya pernyataan bahwa perempuan harus bisa mengerti perasaan pria kalau mau jadi editor majalah Shonen adalah argumen omong kosong. Banyak mangaka shonen sukses dan ternama adalah perempuan termasuk yang serialnya diterbitkan oleh Shueisha. Sebut saja Katsura Hoshino (D.Gray-man), Akira Amano (Katekyo Hitman Reborn), Kazue Kato (Blue Exorcist), dan terbaru Gege Akutami (Jujutsu Kaisen). Jika perempuan tidak mengerti perasaan pembaca laki-laki, kenapa Shueisha menerbitkan manga Shonen karya perempuan?

Terus, apakah memang betul mayoritas pembaca Shonen Jump itu remaja laki-laki? Menurut survei Oricon, Shonen Jump adalah manga pilihan nomor satu pembaca perempuan Jepang, bahkan di atas majalah Shojo. Survei lebih mengejutkan dari Nikkei menyatakan bahwa setengah pembaca Shonen Jump itu perempuan. Manga seperti Haikyuu!, Gintama, Katekyo Hitman Reborn, Kuroko no Basuke, dan One Piece ternyata adalah serial yang populer di kalangan pembaca perempuan.

Dalam hal ini, masalah kebutuhan editor perempuan di majalah Shonen Jump bukan lagi masalah representasi tapi juga masalah sensitivitas dalam membuat cerita. Hiromu Arakawa, mangaka shonen legendaris ini pernah mengeluh kesulitan menghadapi editor pria di awal penulisan Full Metal Alchemist. Arakawa bilang bahwa dia ingin menghadirkan Winry Rockbell lebih cepat untuk mengimbangi dominasi karakter pria di awal cerita, tetapi usul itu ditolak oleh editornya. Full Metal Alchemist juga terkenal karena banyaknya karakter perempuan kuat dan multidimensional seperti Olivier Mira Armstrong dan Riza Hawkeye. Kedua karakter ini ada bukan hanya ada sebagai beban atau calon ibu rumah tangga, tetapi sebagai partner setara dan bahkan pelindung karakter pria di dalam Full Metal Alchemist.

Di lain pihak, banyak manga shonen yang ditulis atau digambar perempuan mulai memutuskan untuk membuat karakter utama perempuan sebagai fokus utama. Dalam hal ini ada Kore Yamazaki (The Ancient Magus Bride), Posuka Demizu (The Promised Neverland), dan duo Adachitoka (Noragami). Ini menunjukkan ada usaha untuk memenuhi ekspektasi makin beragamnya pembaca Shonen terhadap karakter perempuan yang bukan cuma pemanis mata.

Baca Juga:

Pengalaman Belajar Ilmu Tenaga Dalam di Pesantren Berharap Bisa Rasengan Kayak Naruto

Perbandingan Jumlah Guru dan Murid yang Ideal serta Keberadaan Support System Adalah Rahasia Kecerdasan Upin Ipin dan Naruto

Menaruh editor perempuan pada majalah yang secara tradisional fokus kepada pembaca pria juga bukan suatu upaya mengurangi kelaki-lakian majalah tersebut. Majalah Shoujo dan Josei sudah punya tradisi lama mempekerjakan editor pria walaupun target demografi majalah tersebut adalah untuk perempuan. Makanya jangan kaget manga Shoujo seperti Cardcaptor Sakura karya Clamp atau Josei seperti Kids on the Slope karya Yuki Kodama punya karakter pria yang sama kuat dari segi fokus dan karakterisasi dengan partner perempuannya. Bahkan serial Shojo seperti Banana Fish besutan Akimi Yoshida dan Josei Showa Genroku Rakugo Shinjuu oleh Haruko Kumota diisi mayoritas karakter pria dewasa. Akhirnya banyak orang salah kaprah bahwa kedua manga terakhir adalah serial seinen untuk pria dewasa.

Saya sebagai pembaca pria pun merasa demografi manga yang ditentukan oleh gender sudah kuno. Salah satu serial manga dewasa favorit saya adalah Showa Genroku Rakugo Shinju karya Haruko Kumota. Cerita serius soal jatuh bangunnya Yakumo, seniman tradisional Jepang melawan arus zaman ini bisa dinikmati oleh pria pecinta manga seinen walaupun ditulis oleh perempuan.

Sedangkan manga Shonen sedang terbit favorit saya saat ini adalah Noragami karya duo perempuan Adachitoka. Walaupun Yato bisa dibilang lead character dari serial ini, Noragami diceritakan sepenuhnya dari perspektif Hiyori sebagai perempuan. Bahkan karakter Hiyori bisa dibilang melabrak cliche dengan ditampilkan sebagai penggemar pro wrestling walaupun punya tampilan feminin.

Kayanya pembaca manga Shonen sekarang sudah tidak bisa menerima sindrom Dragon Ball sebagai bagian dari cerita atau karakter model seperti Misa Amane dari Death Note. Apalagi jika industri manga dan anime memang mau menembus pasar Amerika Serikat dan Eropa. Menaruh editor perempuan pada majalah Shonen adalah solusi untuk mendorong mangaka membuat karakter perempuan multidimensional dan memberikan kebebasan lebih pada mangaka perempuan. Udah nggak zaman karakter beban doang model Sakura atau fan service semata seperti Misa.

Sumber gambar: Twitter Simptodoroki.

BACA JUGA 3 Film Korea tentang Kesenjangan Sosial selain Parasite dan tulisan lainnya dari Raynal Arrung Bua.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Desember 2020 oleh

Tags: Borutodragon ballkarakter perempuanmangakanarutoshonen
Raynal Payuk

Raynal Payuk

Mantan Pers Kampus Dalam Pencarian Jati Diri dan Pekerjaan

ArtikelTerkait

Jika Era Shinobi Berakhir, Ini 5 Pekerjaan yang Cocok Dilakoni Karakter di Naruto terminal mojok.co

Naruto dan Hinata: Pernikahan Mereka Bikin Saya Iri Saja, Ini 3 Alasannya

18 Agustus 2020
Tobirama Senju mojok 5 Sosok Pemimpin yang Sesuai dengan Kriteria Jokowi: Rambut Putih dan Kerut di Wajah

Tobirama Senju, Bapak Pendidikan Konoha yang Mengubah Dunia Ninja

26 November 2020
Chi-Chi dan Bulma, Tokoh Terkuat di Semesta Dragon Ball

Chi-Chi dan Bulma, Tokoh Terkuat di Semesta Dragon Ball

4 Agustus 2022
frieza dragon ball son goku mojok

Frieza, Gambaran Sempurna Pemimpin Dunia Modern

4 Januari 2021
Doraemon

Bukan One Piece atau Naruto, Manga Terbaik Itu Doraemon

28 April 2020
Jiraiya Adalah HOS Tjokroaminoto di Konohagakure konoha terminal mojok.co

Beban yang Saya Rasakan karena Dibilang Mirip Itachi Uchiha

20 November 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.