Kecepatan jaringan 5G begitu menjanjikan, bersaing dengan internet kabel berlangganan seperti IndiHome atau First Media dan tentu lebih cepat dari 4G. Ponsel 5G juga sudah beredar di sini, mulai dari POCO M3 Pro sebagai yang termurah hingga Samsung Galaxy Z Fold3 jadi yang termahal. Apakah sudah saatnya kita membeli ponsel 5G?
Saat ini baru Telkomsel dan Indosat yang menggelar komersialisasi 5G, belum di semua kota dan bahkan di Jakarta saja baru beberapa area dicakup dengan luas yang relatif kecil. Frekuensi yang digunakan juga berbeda, Telkomsel di 2300 MHz dan Indosat di 1800 MHz. Sisanya, XL yang sedang melakukan sesi showcase 5G di beberapa kota dengan frekuensi 1800MHz, Smartfren yang bersiap ULO, dan Tri yang mungkin akan bergabung bersama Indosat. Jadi, untuk saat ini, memiliki ponsel 5G pun boleh dibilang belum bisa menikmati kecepatan 5G itu sendiri.
Sudah punya ponsel 4G? Tahan dulu!
Jaringan 5G di sini pun masih non-standalone, alias belum berdiri sendiri dan masih mengandalkan jaringan 4G sebagai anchor band-nya. Kecepatan jaringan 5G tidak akan optimal jika tidak diiringi dengan optimalnya kecepatan jaringan 4G, jadi tidak perlu khawatir operator telekomunikasi akan menurunkan fokusnya terhadap 4G dan kecepatannya melambat. Sekalipun nantinya 5G sudah meluas, 4G itu tepat di bawah 5G dan masih akan diperhatikan.
Bagi kalian yang sudah merasa kecepatan 4G cukup dan memiliki ponsel 4G apalagi di rumah menggunakan internet berlangganan, tidak perlu dulu bela-belain beli sambil menunggu dua sampai lima tahun lagi demi meratanya ketersediaan 5G di seluruh Indonesia. Saya work from home dengan tethering 4G masih sangat mumpuni kok.
Berdasarkan pengalaman saya, 3G yang meluncur sejak akhir 2006 masih terus dikembangkan dan memiliki performa layanan yang baik sampai sekitar pertengahan 2020 sebelum akhirnya mulai dilepas pelan-pelan agar memberikan ruang kepada 5G. Operator telekomunikasi itu akan mempertahankan fokusnya ke dua generasi jaringan berbeda, tidak yang lama langsung dihapus begitu datang yang baru karena mengembangkannya tidak murah dan peralihan konsumen juga tidak secepat itu. Komersialisasi 6G di luar negeri pun diperkirakan baru akan dimulai pada 2030, masih ada sekitar delapan tahun untuk 4G.
Sedang membutuhkan ponsel baru? Langsung beli ponsel 5G jika harganya memang worth, sesuai budget, dan sesuai kebutuhan!
Bagaimana jika ponsel yang Anda miliki sekarang sudah tidak mumpuni, rusak, atau masih mentok di konektivitas keluarga 3G (termasuk HSDPA, HSUPA, dan HSUPA+)? Ya, itu sih memang sudah perlu membeli ponsel baru. Jika budget-nya ada dan di kelas harga itu ada ponsel 5G yang worth serta sesuai kebutuhan, go for it. Jika tidak, beli ponsel 4G dulu juga tidak apa-apa karena siklus pergantian ponsel zaman sekarang yang cenderung lebih pendek. Satu, dua, atau tiga tahun, banyak orang sudah mengganti ponselnya dengan yang baru.
Kita tahu bahwa POCO M3 Pro varian 4GB/64GB dijual dengan harga Rp2,6 juta sebagai ponsel resmi 5G termurah saat ini. Jadi, jika budget Anda masih di bawah itu apalagi masih kisaran Rp1 jutaan dan mau membawa pulang ponsel baru, terpaksa memilih ponsel 4G. Menunggu Snapdragon atau MediaTek merilis chipset 5G yang seluruh inti prosesornya berbasis ARM-Cortex A5x, demikian pula dengan Advan merilis penerus seri GX berbasis chipset 5G dari Unisoc tidak akan cepat.
Di kelas Rp3 jutaan, memboyong pulang Xiaomi Redmi Note 10 5G bisa dipertimbangkan daripada POCO X3 NFC yang harga resminya malah lebih mahal Rp300 ribu jika Anda berfokus soal performa. Kemampuan prosesor yang setara, perbedaan refresh rate yang kurang berarti untuk ponsel midranger, resolusi kamera yang sama-sama sudah lebih dari cukup, baterai sama-sama besar, daya pengecasan 18 W milik Redmi sudah cukup tinggi, dan 5G Redmi mendukung frekuensi Indosat, XL Axiata, Indosat, serta kemungkinan besar Smartfren itu alasan membawa pulang Redmi. Akan tetapi, jika yang Anda cari di kelas ini adalah panel Super AMOLED dan fast charging dengan daya 30 W ke atas, maaf ponsel 5G dengan harga Rp3 jutaan belum bisa memberi karena justru dua hal inilah yang dipangkas demi bisa menghadirkan konektivitas 5G. Itu mah mending Redmi Note 10 atau Note 10S saja.
Di kelas Rp5 jutaan, Realme GT Master Edition bisa dilirik oleh pengguna Indosat dan XL Axiata karena band keduanya di atas kertas tertulis untuk dukungannya. Desain mewah varian koper voyager grey hasil karya Naoto Fukusawa, performa prosesor yang keunggulannya sudah berbeda kasta, layar Super AMOLED dengan refresh rate 120Hz, fast charging 65W, membuatnya tentu lebih unggul dari Oppo Reno6 4G, saudara dari keluarga BBK dengan harga setara. Jika rela menurunkan daya pengecasan ke 33W, muncul pesaing baru berupa POCO F3. Jika Anda pengguna Telkomsel, mau tidak mau Anda perlu melirik Oppo Reno5 5G. Akan tetapi, jika yang Anda cari adalah jaminan software update lebih lama, Samsung Galaxy A52 atau A72 tentu lebih cocok dengan jaminan major update sebanyak tiga kali dan mereka memulainya dari Android 11, bukan 10. Jika Anda melirik baterai jumbo berkapasitas 7000mAh, belum ada ponsel 5G yang bisa memberikannya dan Samsung Galaxy F62 lebih pas bagi Anda.
Di kelas Rp7 jutaan, Vivo X60 bisa dipertimbangkan atas Samsung Galaxy S20 FE Snapdragon Edition dengan keunggulan spesifikasi yang jauh ke mana-mana dan dukungan 5G baik untuk Telkomsel, XL Axiata, maupun Indosat. Satu hal yang perlu dipertimbangkan lagi-lagi adalah software update, Galaxy dijamin untuk tiga major software update dan titik start di Android 10 seharusnya bisa membawanya ke Android 13. Vivo? Informasinya agak simpang siur, tetapi dua major software update saja sudah membuatnya seri dengan Galaxy.
Jika Anda punya uang sekitar Rp12 juta, Oppo Reno6 Pro 5G bisa dilirik dibandingkan terhadap Samsung Galaxy Note 20 4G. Performa prosesor yang bersaing, RAM yang lebih besar, pengecasan yang jauh lebih cepat, dan sudah mendukung jaringan 5G milik Telkomsel, XL Axiata, serta Indosat bisa menjadi alasan kuat memilih ponsel Oppo. Bagi saya, keunggulan Samsung dengan layar berbasis Gorilla Glass Victus, kemampuan merekam video beresolusi 8K, reverse charging, dan adanya kamera telephoto mungkin tidak terlalu diperhatikan oleh banyak orang. Galaxy memang dijanjikan mendapatkan tiga major upgrade untuk OS, tetapi memulainya dari Android 10. Oppo dapat dua kali saja, sudah sama dengan Galaxy.
Perlu dicatat bahwa semua perbandingan di atas melibatkan antarponsel Android saja yang pada umumnya memang hanya memberikan major software update paling banyak tiga kali. Jika Anda membandingkannya dengan iPhone yang memberikan dukungan software bertahun-tahun lamanya, saya tidak menyarankan Anda melakukannya. Lebih baik bawa pulang iPhone 4G saja.
Punya budget Rp13 juta ke atas? Anda bisa melirik ponsel kelas atas berspesifikasi tinggi dari keluarga iPhone 12, Samsung Galaxy S21, Mi 11 Ultra, Oppo Find X3 Pro, atau ASUS ROG Phone 5 Ultimate yang sudah support 5G untuk Indosat, XL Axiata, dan Smartfren. Dengan adanya beberapa pilihan, saya merasa aneh jika Anda masih memilih ponsel 4G seperti iPhone 11 atau Samsung Galaxy Note20 Ultra non-5G, misalnya.
Ada pertimbangan lain? Kembali kepada Anda
Di luar ketersediaan jaringan 5G yang masih terbatas saat ini, belum jelasnya frekuensi yang akan digunakan oleh Smartfren dan Tri, kemungkinan ekspansi 5G ke low-band 700 MHz yang sebarannya lebih luas setelah peralihan ke televisi digital rampung, dan budget yang memang tidak mencukupi untuk membeli ponsel 5G mana pun, tidak ada salahnya membeli ponsel 5G. Ketika daerah Anda mendapatkan jangkauannya, Anda tidak perlu lagi menukar kartu SIM seperti peralihan 3G ke 4G. Ya, peralihan di gerai layanan pelanggan menjadi hal yang dihindari banyak orang di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.
Selebihnya, saya tanyakan kembali. Benar Anda butuh ponsel baru, tanpa memedulikan 5G-nya dulu deh? Jika iya, beli saja. Jika tidak, tidak usah beli ponsel mana pun dan simpan uangnya untuk berjaga-jaga. Selama pandemi COVID-19 belum berakhir, perekonomian masih mungkin bergejolak dan hindari saja pengeluaran yang belum perlu.
BACA JUGA Kebelet Beli Ponsel 5G? Jangan Nafsuan. Pikirin Soal Jaringan, Operatornya, dan Ponsel yang Kamu Pakai dan tulisan Christian Evan Chandra lainnya.