Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kalau Pemerintah Sudah Buntu Meregenerasi Petani, Bikin Aja Reality Show-nya!

Kadhung Prayoga oleh Kadhung Prayoga
21 Desember 2020
A A
Kalau Pemerintah Sudah Buntu Meregenerasi Petani, Bikin Aja Reality Show-nya! terminal mojok.co

Kalau Pemerintah Sudah Buntu Meregenerasi Petani, Bikin Aja Reality Show-nya! terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa dekade belakangan, pemerintah mulai sadar jika jumlah petani di Indonesia tidak naik dengan signifikan. Mayoritas dari mereka sudah berada di ujung senja. Jarang ditemui pemandangan anak muda mau menjadi petani, bahkan di desa sekalipun. Isu ini adalah isu global yang dihadapi semua negara. Namun, beban Indonesia jelas lebih berat. Lha gimana, wong sudah mendeklarasikan diri sebagai negara agraris. Iya, toh?

Tidak tinggal diam, berbagai program sejatinya sudah dikeluarkan pemerintah agar minat pemuda terhadap sektor pertanian meningkat. Ibarat cinta yang bertepuk sebelah tangan, usaha ini pun tidak mendapatkan hasil yang diinginkan. Program-program yang dicanangkan ternyata tidak sampai menjadikan pemuda ke tahap ingin mencoba, muncul awareness saja sudah alhamdulillah.

Menjadi petani masih menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar anak bangsa. Lha gimana mau menjadi petani, media saja selalu menggambarkan petani sebagai orang tua, hidup kekurangan, rumahnya reot, dan segala hal negatif lainnya. Makin langgenglah stigma negatif anak muda terhadap petani. Ya, meskipun ada juga gerakan di dunia maya yang dengan masif memperlihatkan harapan untuk pertanian Indonesia ke depan.

Media sudah saatnya untuk memberikan sudut pandang lain kepada masyarakat terkait petani. Hmmm, mari kita berkaca ke program MasterChef yang bisa meningkatkan pamor juru masak.

Dulu, siapa orang yang bercita-cita menjadi chef? Ketika kelas 1 SD atau TK dan ditanya masalah cita-cita. Haqul yaqueeen, tidak ada satu orang pun yang menjawab ingin menjadi chef atau petani. Berbeda dengan hari ini, menjadi chef adalah harapan bagi sebagian besar orang. Salah satu penyebabnya karena program MasterChef yang naik daun.

Hampir 10 tahun, setiap Sabtu dan Minggu sore, tayangan ini semacam menjadi tontonan wajib masyarakat. Sama seperti melihat Tersanjung di awal tahun 2000-an. Endingnya, keinginan masyarakat untuk menjadi chef bisa berubah drastis. Melihat kesuksesan ini, bagaimana jadinya jika mencontek MasterChef sebagai upaya meningkatkan minat bertani para pemuda? Bukankah hobi kita memang amati, tiru, tiru, dan tiru? Modifikasinya belakangan saja.

Berkaca kepada MasterChef

“Waktu kalian tiga puluh menit lagi, make it good and delicious,” begitulah pekik Chef Arnold dan Chef Juna kepada mereka yang bermimpi menjadi chef profesional. Makian dan komentar yang sepedas sambel teri angkringan itu ternyata mampu menjadi candu masyarakat untuk melihatnya. Bahkan anak-anak muda tak kalah hebohnya, sampai lupa untuk tidak melakukan ibadah wajibnya, apalagi kalau bukan malam mingguan. Atau memang karena mereka jomblo aja, ya?

Kalau dulu weekend orang-orang sibuk mikir mau ke mana, mau makan apa, sekarang justru kebalikannya. Orang-orang menjadi rela mengosongkan jadwalnya hanya untuk duduk bersila di depan TV. Anak-anak jadi rajin mandi sore agar tidak kehilangan momentum. Bukan lagi untuk melihat kartun tetapi lebih ingin melihat orang memasak. Mungkin ini salah satu cara agar ketika mereka sudah dewasa tidak lagi minder ketika ditanya calon mertua bisa memasak ataukah tidak. Brilian!

Baca Juga:

Curahan Hati Mantri Tani, Dicari Saat Bantuan Tiba, Dicaci Tatkala Gagal Panen Melanda

Buruh Tani Situbondo: Pekerjaan yang Sering Disepelekan, tapi Upahnya Bisa Bikin Iri Pegawai Kantoran

Apalagi kaum ibu-ibu, dua chef dengan paras yang manly dan baby face jelas menjadi daya tarik tersendiri. Meninggalkan suami kelaparan pun bukan masalah berarti. Bapak-bapak, pahamilah, mungkin itu satu-satunya alasan istri Anda bahagia. Toh, bapak-bapak juga bisa melihat Chef Renatta yang tidak kalah aduhainya.

Berbicara output dari program ini, banyak jebolan MasterChef yang kemudian benar-benar menjadi chef. Setidaknya, mereka menjadi celebrity chef yang nampang secara rutin di kanal YouTube. Bahkan banyak dari mereka yang kemudian menjadi artis. Bayangkan saja kalau ada program seperti MasterChef tetapi khusus untuk petani. Outputnya setidaknya akan ada yang menjadi petani, YouTuber yang aktif membagikan info bertani, atau apes-apesnya bisa kerja di Dinas Pertanian. Dengan catatan, asal tidak jalur belakang dan korupsi saja.

Bikin saja MasterFarm

Balik ke ide untuk meniru, MasterFarm ini nantinya akan berkonsep sama dengan MasterChef. Namun, mari kita beri sedikit perbedaan yaitu dari sisi peserta. Khusus MasterFarm, mari kita batasi adalah mereka yang maksimal berumur 35 tahun.

Lalu untuk jurinya bagaimana? Saran saya sih coba cari sosok yang bisa menarik minat masyarakat. Tidak melulu pejabat pemerintah, rakyat sudah muak dengan mereka. Misal bisa menggandeng Melody eks JKT 48, secara doi alumni Pertanian, ambassador khusus bidang pertanian antara Jepang dan Indonesia, yang penting lagi adalah rupawan dan terkenal. Itu kan yang dicari masyarakat, apalagi fanbasenya juga patut diperhitungkan.

Ambil juga duta petani milenial yang sudah terlebih dahulu dipilih pemerintah. Biar duta-duta seperti itu ada gunanya. Terakhir, datangkan sosok petani yang kompeten sebagai juri, agar masukannya lebih berdasar kepada pengalaman lapangan. Untuk bintang tamu bisalah dibuat variatif, mulai dari petani daerah yang berprestasi, akademisi, birokrasi, hingga investor. Agar apa? Agar pemahaman dari peserta bisa komprehensif.

Setiap minggu tantangan tentu juga harus diberikan, mulai dari memilih benih yang baik, menanam berbagai jenis tanaman, membuat pupuk kompos, memformulasikan pestisida, mengenali hama penyakit, cara menyabit, mencari pemodal, hingga menjual hasil panennya. Pemenang nantinya harus difasilitasi untuk bisa menjadi petani, mulai dari penyediaan lahan hingga penjualannya.

Ngomong-ngomong, ide ini lahir dari anak petani yang tidak mau jadi petani. Jadi, mungkin nggak usah didengar saja, ya. Lagian, nambah-nambahin kerjaan pemerintah sama media nantinya. Di balik kehaluan ide ini, semoga pertanian kita baik-baik saja, meskipun tidak sehat-sehat juga, sih.

BACA JUGA Keputusan Menteri Pertanian Adalah Bukti bahwa OSIS Lebih Profesional Dibanding Pemerintah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 Desember 2020 oleh

Tags: MasterChefmasterfarmPetani
Kadhung Prayoga

Kadhung Prayoga

Anak petani yang tidak mau bertani, tetapi terjerumus menjadi pembelajar yang mengkaji kehidupan petani.

ArtikelTerkait

Pupuk Subsidi Makin Langka, Petani Makin Merana

Pupuk Subsidi Makin Langka, Petani Makin Merana

4 November 2022
petani

Pengalaman Saya Sebagai Anak Petani

30 September 2019
Jika Saya Mewakili Bantul Ikut Kompetisi MasterChef Indonesia Season 7 terminal mojok.co

Jika Saya Mewakili Bantul Ikut Kompetisi MasterChef

14 Desember 2020
Tutorial Bertani di Situbondo, Mulai dari Harga Sewa Lahan sampai Pengelolaannya

Tutorial Bertani di Situbondo, Mulai dari Harga Sewa Lahan sampai Pengelolaannya

12 Oktober 2023
UMK Situbondo Kecil Nggak Ngaruh, Selama Ada Padi dan Ikan, Tagihan Tetap Bisa Lunas! banyuwangi

UMK Situbondo Kecil Nggak Ngaruh, Selama Ada Padi dan Ikan, Tagihan Tetap Bisa Lunas!

2 Desember 2023
dana desa dan petani

Dana Desa dan Kesejahteraan Masyarakat Petani

31 Mei 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.