Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Kalau Nggak Pernah Merantau, Baiknya Nggak Usah Bacot

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
3 Desember 2022
A A
Merantau ke Jogja Menyadarkan Saya tentang Privilese Hidup di Jakarta

Merantau ke Jogja Menyadarkan Saya tentang Privilese Hidup di Jakarta (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Perdebatan tentang upah Jogja yang merembet ke perkara merantau, makin hari makin tak jelas ujungnya. Artikel tentang tak mudahnya orang Jogja merantau itu sebenarnya sudah menjawab jelas. Tapi, orang-orang tetap ngeyel. Masalahnya, yang ngeyel itu bukan perantau. Maka, saya merasa harus menulis tentang merantau dari perspektif pelaku, saya sendiri. Ya, saya adalah seorang perantau.

Saya sudah merantau di Jogja selama 11 tahun. Saya jelas tahu betul tentang perkara ini, setidaknya lebih tahu ketimbang para orang yang menyuruh minggat dari Jogja. Saya telah mengalami banyak hal, dan banyak hal itu membuat saya paham betul bahwa merantau sebenarnya bukan opsi, tapi keterpaksaan.

Tujuan saya merantau awalnya satu: kuliah. Dari semua pelajaran sekolah yang ada, saya hanya jago di pelajaran bahasa Inggris. Sialnya, tak banyak universitas berdiri di Wonogiri. Setahu saya, hanya ada UT, AKBID, dan AKPER di Wonogiri. Kampus tersebut jelas tak mengakomodir minat saya. Mau tak mau, saya harus ke Solo atau Jogja, yang masih masuk akal untuk saya jangkau.

Setelah saya lulus, saya tak bisa begitu saja pulang dan membangun desa. Skill saya tak laku di Wonogiri. Saya hanya bisa menulis (itu pun kalau tulisan saya dianggap bagus) dan menguasai sedikit hal tentang game. Mana bisa saya kerja di Wonogiri? Mau tak mau ya, saya harus merantau (lagi) ke Jogja. Sebab ya, hanya kota ini yang punya tempat untuk orang macam saya.

Merantau bukan lagi jadi opsi, tapi keharusan.

Dari titik ini saja, sudah bisa dipahami bahwa merantau, bagi saya, atau banyak orang lain, harus dilakukan karena mereka tak punya tempat. Orang-orang zaman dulu yang merantau ke kota besar, ya karena kampung mereka tak memberi ruang dan kesempatan.

Melihat alasan di atas, harusnya orang bisa paham, bahwa menyuruh orang merantau dan keluar dari Jogja itu anehnya minta ampun.

Lho, ya jelas aneh. Di sini, segala skill diterima dengan tangan terbuka. Kamu jago coding? Laris di sini. Jago bikin event? Ya memang sini tempatnya. Ingin kerja sambil main? Jadi tour guide jelas pilihan yang masuk akal. Suka bacok orang? Klitih!

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Masalah utama di Jogja ya pengupahan yang nggak masuk akal. Solusinya ya hanya satu: dibikin masuk akal. Pengupahan yang baik dan masuk akal, tentu meningkatkan produktivitas dari pegawai yang direkrut dan bikin perkembangan kota jadi lebih baik. Ini masalah yang harusnya diselesaikan oleh pemerintah, bukan malah diserahkan ke individu. Untuk apa negara ada jika masalah kesejahteraan diserahkan ke rakyatnya sendiri?

Jadi jelas ya, masalah upah rendah, ya diselesaikan dengan pengupahan yang masuk akal. Bukan malah menyuruh tenaga kerja di kota ini untuk angkat kaki. Apalagi jika yang disuruh pergi malah pekerja kreatif.

Ya aneh, kan kota in memang tempatnya pekerja kreatif. Kalau menyuruh mereka pergi, sama saja membunuh industri yang dibangun dalam waktu yang tak sebentar. Ini sama saja menembak kaki sendiri.

***

Orang kerap lupa, bahwa merantau itu bukan urusan yang sepele. Pergi dari rumah dan berjudi dengan nasib itu masalah yang amat pelik. Syukur-syukur dadi sukses neng paran, ha nek ora?

Sudah banyak kasus perantau yang gagal total dan hidupnya malah terjun bebas. Ada yang kualitas hidupnya tak membaik, ada yang sukses. Tapi seperti formula kehidupan pada umumnya: yang bahagia, jelas jauh lebih sedikit ketimbang yang merana.

Sungguh, merantau itu menyedihkan. Kamu berkawan dengan kesepian, mencoba mengusirnya pun percuma karena ketika kamu kembali ke petak tempatmu bernaung, kesepian kembali menyapamu.

Wajah ibumu tiba-tiba terbayang, dan kau mulai merindukan makanan sederhana bikinan ibumu yang ternyata rasanya begitu lezat. Kamu terbayang betapa kesepiannya ayahmu, yang dihinggapi kekhawatiran karena anaknya sendirian di kota orang. Saudaramu mungkin bahagia karena tak lagi harus ribut denganmu, tapi dalam hati, mereka ingin menukar tiap detik yang ada dengan kehadiranmu.

Sedangkan, di petak yang menyedihkan itu, kamu tak tahu akan berhasil atau tidak. Kamu bahkan tidak tahu besok masih hidup atau tidak. Kamu hanya berharap tak mati sendirian di petak yang berisi kesepian.

Dan akhirnya, hidupmu bergantung pada seberapa besar keteguhan hatimu. Sialnya, terkadang, hidup jauh lebih keras.

***

Sebagai seorang perantau, saya betul-betul paham jika orang Jogja tak merantau meski upah di kota ini lebih tepat disebut sebagai hinaan. Sebab, kota ini menyediakan semua, kecuali regulasi upah yang masuk akal. Dan itulah yang harus diperjuangkan. Jika memang tak suka dengan perjuangan tersebut, lebih baik kalian diam.

Dan tak perlulah kalian meminta orang angkat kaki untuk cari rezeki yang lebih baik. Kalian sendiri tak pernah tau rasanya merantau, diam mendekam di ketiak feodalisme dan menyambut penderitaan dengan begitu hangat. Bacot asu i.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Upah Minimum Yogyakarta Itu ya Harus Minimum, Nggak Usah Berharap Naik Signifikan, Halu!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 3 Desember 2022 oleh

Tags: Jogjamerantaupilihan redaksitubir-mjkupah
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Founder Kelas Menulis Bahagia. Penulis di Como Indonesia.

ArtikelTerkait

Sisi Gelap Penjual Angkringan yang Perlu Diwaspadai, Pelanggan Sebaiknya Hati-Hati Mojok.co angkringan jogja angkringan di kediri

Bagi Saya, Angkringan Jogja Itu (Kini) Overrated, Tidak Perlu Dipuji Sampai Setinggi Itu

13 Juli 2025
Tersiksa dari Bali ke Jepang Bersama Maskapai LCC Terbaik di Dunia Bernama AirAsia

Tersiksa dari Bali ke Jepang Bersama Maskapai LCC Terbaik di Dunia Bernama AirAsia

19 Maret 2023
pakaian gombor tren hip hop hardcore jogja 2013-2016 mojok.co

Remaja Jogja 2013-2016 Pernah Mengidolakan Gaya Pakaian Gombor-gombor

12 Juni 2020
Kuliah S2 Beda dengan S1, Mahasiswa Jangan Kebanyakan Caper, Sudah Bukan Umur dan Tempatnya

Kuliah S2 Beda dengan S1, Mahasiswa Jangan Kebanyakan Caper, Sudah Bukan Umur dan Tempatnya

8 September 2025
Kondisi Terminal Majalaya Bandung Kumuh dan Memprihatinkan, Sebuah Ironi di Kota Dolar

Kondisi Terminal Majalaya Bandung Kumuh dan Memprihatinkan, Sebuah Ironi di Tengah Kota Dolar

22 Januari 2025
Gapura Lar Badak: Ikon Yogyakarta yang  Kian Terpinggirkan Terminal Mojok.co

Gapura Lar Badak: Ikon Yogyakarta yang  Kian Terpinggirkan

14 Maret 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.